abstract - polihasnur

7
Volume 06, Nomor 1, Edisi April 2018 6 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur PENGENDALIAN HAMA TIKUS PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) FASE TANAMAN MENGHASILKAN (TM) DI PT HASNUR CITRA TERPADU Saipullah 1, dan Gusti R Iskarlia 1 1) Prodi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur Email : [email protected] ABSTRACT Pest rats are a difficult pest controlled because of their strong survival and rapid breeding.The damage caused by rats is very harmful because the disrupted pests of mice in particular are the production. Plant produces requires a lot of attention and action treatment that leads to intensive maintenance with the aim that plants and production can be maximized. Observation aims to determine the signs of rat pest attacks and control methods undertaken by PT Hasnur Citra Terpadu. This research is descriptive research, where the data obtained from the result of ovservation and interview. Observation is done by observing the sign of rat pest attack. this is the guidance in controlling. The results of observations obtained are signs of rodent pests can be seen from the former keratan existing on the fruit of oil palm, male flowers and female flowers. Control techniques undertaken by PT Hasnur Citra Terpadu are chemical, physical, technical culture, epiphytic cleansing and sanitation. Key word: Plant Results (TM), Pest, Pest Control. PENDAHULUAN Keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit ditentukan oleh beberapa aspek baik pengelolaan yang benar dan cara penerapan manajemen yang baik. Keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit juga ditentukan oleh faktor lingkungan (iklim, tanah dan tofografi), bahan tanam, tindakan kultur teknis dan faktor pendukung lainya. Dengan pengelolaan yang benar penerapan manajemen serta keadaan lahan yang sangat mendukung maka akan memperoleh hasil yang maksimal. Namun disamping itu, ada masalah yang tidak dapat di hindari yaitu berkaitan dengan organisme pengganggu tanaman atau sering di sebut dengan OPT khususnya hama. Hama adalah hewan yang mengganggu atau merusak tanaman sehingga tumbuh kembang tanaman terganggu. Ada banyak hama yang tergolong hama utama pada perkebunan kelapa sawit. Salah satu nya adalah tikus. Tikus merupakan hama penting di perkebunan kelapa sawit karena habitatnya mudah hidup dimana saja dan populasinya sangat banyak sehingga hama ini sangat sulit untuk dikendalikan. Seekor tikus pohon dapat menghabiskan sebanyak 6 sampai dengan 14 gram daging buah per hari dan membawa brondolan (buah lepas matang) ke dalam tumpukan pelepah sebanyak 30 sampai 40 kali lipat dari konsumsinya. Jika populasi tikus dalam 1 ha berkisar antara 183–537 ekor dan berfluktuasi sangat lambat, maka dapat ditaksir menyebabkan kehilangan minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) minimal antara 828–962 kg/ha/tahun, bahkan itupun belum termasuk brondolan. Selain itu, tandan buah yang luka akibat keratan tikus dapat memacu peningkatan asam lemak bebas pada minyak sawit. Pada daerah pengembangan baru

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRACT - Polihasnur

Volume 06, Nomor 1, Edisi April 2018

6

PolhaSains

Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

PENGENDALIAN HAMA TIKUS PADA TANAMAN

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) FASE

TANAMAN MENGHASILKAN (TM) DI

PT HASNUR CITRA TERPADU

Saipullah1, dan Gusti R Iskarlia1

1)Prodi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur

Email : [email protected]

ABSTRACT

Pest rats are a difficult pest controlled because of their strong survival and rapid

breeding.The damage caused by rats is very harmful because the disrupted pests of mice in

particular are the production. Plant produces requires a lot of attention and action treatment

that leads to intensive maintenance with the aim that plants and production can be

maximized. Observation aims to determine the signs of rat pest attacks and control methods

undertaken by PT Hasnur Citra Terpadu. This research is descriptive research, where the

data obtained from the result of ovservation and interview. Observation is done by observing

the sign of rat pest attack. this is the guidance in controlling. The results of observations

obtained are signs of rodent pests can be seen from the former keratan existing on the fruit

of oil palm, male flowers and female flowers. Control techniques undertaken by PT Hasnur

Citra Terpadu are chemical, physical, technical culture, epiphytic cleansing and sanitation.

Key word: Plant Results (TM), Pest, Pest Control.

PENDAHULUAN

Keberhasilan usaha perkebunan kelapa

sawit ditentukan oleh beberapa aspek baik

pengelolaan yang benar dan cara

penerapan manajemen yang baik.

Keberhasilan usaha perkebunan kelapa

sawit juga ditentukan oleh faktor

lingkungan (iklim, tanah dan tofografi),

bahan tanam, tindakan kultur teknis dan

faktor pendukung lainya. Dengan

pengelolaan yang benar penerapan

manajemen serta keadaan lahan yang

sangat mendukung maka akan

memperoleh hasil yang maksimal.

Namun disamping itu, ada masalah yang

tidak dapat di hindari yaitu berkaitan

dengan organisme pengganggu tanaman

atau sering di sebut dengan OPT

khususnya hama. Hama adalah hewan

yang mengganggu atau merusak tanaman

sehingga tumbuh kembang tanaman

terganggu. Ada banyak hama yang

tergolong hama utama pada perkebunan

kelapa sawit. Salah satu nya adalah tikus.

Tikus merupakan hama penting di

perkebunan kelapa sawit karena habitatnya

mudah hidup dimana saja dan populasinya

sangat banyak sehingga hama ini sangat

sulit untuk dikendalikan.

Seekor tikus pohon dapat

menghabiskan sebanyak 6 sampai dengan

14 gram daging buah per hari dan

membawa brondolan (buah lepas matang)

ke dalam tumpukan pelepah sebanyak 30

sampai 40 kali lipat dari

konsumsinya. Jika populasi tikus dalam 1

ha berkisar antara 183–537 ekor dan

berfluktuasi sangat lambat, maka dapat

ditaksir menyebabkan kehilangan minyak

sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO)

minimal antara 828–962 kg/ha/tahun,

bahkan itupun belum termasuk brondolan.

Selain itu, tandan buah yang luka akibat

keratan tikus dapat memacu peningkatan

asam lemak bebas pada minyak

sawit. Pada daerah pengembangan baru

Page 2: ABSTRACT - Polihasnur

Volume 06, Nomor 1, Edisi April 2018

7

PolhaSains

Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

perkebunan kelapa sawit dapat

menimbulkan kematian tanaman muda

hingga mencapai 20–30% (Sipayung, dkk,

1996). Karena begitu merugikannya

serangan hama tikus dan

perkembangbiakanya yang cepat

khususnya pada perkebunan tanaman

kelapa sawit sehingga perlunya cara

pengendalian hama tikus, untuk itu perlua

dilakukan penelitian tentang hama tikus di

perkebunan kelapa sawit PT. Hasnur Citra

Terpadu (HCT).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berlangsung mulai

Februari – Agustus 2017 di perkebunan

kelapa sawit blok M13 PT Hasnur Citra

Terpadu (HCT) Jl. Sungai puting Kec.

Candi laras Kab. Tapin. Bahan yang akan

digunakan pada kegiatan tugas akhir ini

meliputi tanaman kelapa sawit, tikus dan

rodentisida. Alat yang di gunakan dalam

pengamatan adalah alat tulis, kamera, dan

perangkap tikus.

Penelitian menggunakan metode

deskriptif dengan pengumpulan data primer

dan data sekunder. Data sekunder

merupakan SOP pengendalian hama oleh

perusahaan. Data primer melalui observasi

lapangan dengan sensus, tingkat serangan

hama dan wawancara. Wawancara

ditujukan kepada tiga narasumber yaitu

pada derektur kebun, asisten kebun dan

mandor kebun.

Pokok yang dijadikan sampel dimulai

pada jalur 4,5 dengan interval 10 jalur

untuk jalur sampel ke-2 dst. Sebagai

contoh, jalur sampel ke-1 yaitu jalur ke-4

dan ke-5, maka jalur sampel ke-2 yaitu jalur

ke 14 dan 15 dan seterusnya hingga habis

jalur pada blok.

Tingkat serangan hama tikus = Total serangan hama tikus pada jalur

Total jumlah pokok sampel pada jalur X 100

Serangan hama tikus dikendalikan apabila

hasil perhitungan melebihi 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanda Serangan Hama Tikus

Tanda serangan hama tikus bisa dilihat

pada buah mentah, buah masak, bunga

jantan dan bunga betina. Menurut

Rajagukguk, (2014) pada tanaman kelapa

sawit muda atau TBM, tikus memakan

bonggol hingga tanaman mati sedangkan

pada tanaman menghasilkan (TM) tikus

memakan buah dan bunga sehingga dapat

menurunkan produksi.

4.1. Tanda Serangan Hama Tikus pada

Buah

Berdasarkan pengamatan, tanda

serangan hama tikus dapat dilihat dari

bentuk buah yang diserang. Tikus

memakan bagian ujung dengan mengerat

buah menggunakan giginya. Sebagian

tikus juga melahap habis berondolan

sampai sisa sedikit bagian ujung

berondolan. Menurut Fauzi, dkk, (2012)

pelukaan buah akibat keratan tikus dapat

mengakibatkan peningkatan kadar asam

lemak bebas pada rendemen minyak

kelapa sawit. Serangan pada buah terbagi

dua yaitu buah yang masak dan buah yang

mentah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

hama tikus menyerang buah mentah dan

buah masak. Serangan hama tikus pada

buah mentah menyisakan bekas keratan

(gigitan) yang terlihat seperti bopeng

(Gambar 1. ). Selain itu, hama tikus juga

menyerang buah mentah yang masih

berbentuk seperti biji kopi. Menurut

Sugara (2015), buah biji kopi merupakan

buah yang terdapat pada tandan buah yang

berwarna hitam kecil seperti buah kopi.

Buah ini merupakan calon bakal buah yang

menjadi TBS yang bisa dipanen. serangan

mengakibatkan buah TBS tidak bagus

(buah tidak normal) seperti pada gambar 2.

Page 3: ABSTRACT - Polihasnur

Volume 06, Nomor 1, Edisi April 2018

8

PolhaSains

Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

Gambar 2. Tanda Serangan pada buah bentuk

seperti biji kopi (A) Buah tidak terserang

hama tikus (B) Buah dirusak oleh Hama Tikus

Gambar 3. Tanda Serangan pada Buah Masak

Gambar 4. Tanda Serangan pada Bunga

Betina (A) Bunga Betina tidak

terserang tikus (B) Bunga

Betina dimakan Habis Tikus

(C) Bunga Betina dirusak Tikus

(A) (B)

Buah masak adalah buah yang sudah

memberondol (lepas dari TBS). Serangan

tikus pada buah masak dengan memakan

sampai hampir habis dan meninggalkan

serat saja. Serangan hama tikus pada buah

masak dapat dilihat pada gambar 3.

Menurut Ditjenbun, (2016) pada tanaman

kelapa sawit yang sudah menghasilkan

(TM), tikus memakan buah baik yang

masih muda (mentah) maupun yang sudah

tua (masak).

4.2. Tanda Serangan Hama Tikus pada

Bunga

Serangan pada bunga setelah diserang

bunga akan terlihat habis dengan tidak

meninggalkan sisa. Tanda serangan hama

tikus pada bunga betina bisa dilihat pada

gambar 4.

(A) (B)

(C )

Pengamatan terhadap bunga jantan yang

terserang hama tikus ditandai dengan

bunga jantan yang dimakan hama tikus

(Gambar 5.). Bunga jantan merupakan

tempat tinggal dan tempat bertelur

serangga Elaedobius camerunicus.

Menurut Ditjenbun (2016), serangga

Elaedobius camerunicus dan telurnya

merupakan pakan dari hama tikus.

Sedangkan serangga Elaedobius

camerunicus secara nyata dapat

meningkatkan persentase pembungaan.

Gambar serangga Elaedobius camerunicus

dibunga jantan dan serangga Elaedobius

camerunicus bisa dilihat pada gambar 6.

Gambar 1. Tanda Serangan pada Buah Mentah

Page 4: ABSTRACT - Polihasnur

Volume 06, Nomor 1, Edisi April 2018

9

PolhaSains

Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

Gambar 5. (A) Serangga Elaedobius (B)

Perbesaran Serangga Elaedobius

(C) Bunga Jantan Utuh (D) Bunga

Jantan Terkena Serangan Tikus

Gambar 6. (A) Bunga jantan yang ada

serangga Elaedobius (B)

Serangga Elaedobius

Gambar 7. (A) Tanda Serangan Lama pada buah

(B) Tanda Serangan Baru pada Buah

(C) Tanda Serangan Lama pada

Bunga Jantan (C) Tanda Serangan

Baru pada bunga Jantan

(A) (B)

(A) (B)

Sumber : Tampubolon (2016)

Sensus Hama Tikus

Hama tikus dikendalikan apabila sudah

mencapai ambang batas. Ambang batas

hama tikus yang ditetapkan oleh

perusahaan PT. Hasnur Citra Terpadu

adalah sebesar 5% perblok. Apabila

serangan hama tikus sudah

melebihi/mencapai ambang batas (5%)

maka perlunya tindakan pengendalian.

Hasil ambang batas tersebut dapat

diketahui dengan cara sensus hama. Pada

penelitian ini dilakukan sensus hama pada

blok M13. Hasil sensus hama tikus pada

blok M 13. Tanda serangan yang masuk

hitungan sensus adalah serangan baru,

serangan yang sudah lama tidak masuk

hitungan karena sudah dihitung pada fase

serangan yang masih terlihat baru. Adapun

tanda yang baru dan sudah lama dapat

dilihat pada gambar 7.

Hasil pengamatan pada blok M 13 dapat

diketahui tingkat serangan pada blok

tersebut sebagai berikut:

Jumlah pokok terserang tikus : 44

Jumlah Pokok pada jalur sampel di blok

M13 : 771

Tingkat serangan: 44

771𝑥100 = 5,7 %

Berdasarkan perhitungan tingkat

serangan hama tikus tersebut di atas, maka

blok M 13 perlu dillakukan pengendalian.

Dimana tingkat serangan pada blok

tersebut sebesar 5,7% yang berarti di atas

dari ambang batas yang ditetapkan oleh PT

Hasnur Citra Terpadu.

Pengendalian Hama Tikus Pengendalian hama tikus yang

diterapkan di PT Hasnur Citra Terpadu

meliputi kegiatan preventif (pencegahan)

dan pengendalian secara kimiawi.

Kegiatan perawatan tanaman seperti

pembersihan efifit dan sanitasi secara tidak

langsung dapat mencegah bersarangnya

tikus disekitar tanaman kelapa sawit.

Menurut Priyambodo (2009) dalam

Nazarreta (2012), pengendalian tikus yang

sering dilakukan oleh manusia antara lain

dengan cara kultur teknis, pengendalian

Page 5: ABSTRACT - Polihasnur

Volume 06, Nomor 1, Edisi April 2018

10

PolhaSains

Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

Gambar 8. Tanaman Epifit pada

Kelapa Sawit

Gambar 9. Skema jarak tanam kelapa

sawit di PT Hasnur Citra

Terpadu

fisik-mekanik, pemanfaatan musuh alami,

penggunaan bahan kimia, dan sanitasi.

Kegiatan pengendalian hama tikus

yang dilakukan di PT Hasnur Citra

Terpadu sebagai berikut :

1. Membersihkan Epifit

Membersihkan epifit adalah suatu

kegiatan mencabut tumbuhan paku

(tumbuhan yang menumpang) pada pokok

kelapa sawit. Hal ini bertujuan agar tikus

tidak bersarang pada tanaman epifit.

Tanaman epifit juga mempermudah alur

jalan tikus (run ways) saat memanjat

pokok kelapa sawit. Tikus juga biasa

menyimpan/meletakan persediaan

makanan (buah sawit) pada epifit.

Menurut Pahan (2010) dalam Pertiwi

(2015) tumbuhan epifit dapat menjadi

pesaing terhadap ketersediaan cahaya.

Selain itu, akar epifit kadang-kadang

menutupi bahkan menembus batang

tanaman utama sehingga merusak

keseimbangan fisiologi tanaman inang.

Gambar tanaman efifit dapat dilihat pada

gambar 8.

2. Kultur Teknis

Tindakan kultur teknis yang diterapkan

dalam mengurangi serangan hama tikus

pada perkebunan kelapa sawit PT Hasnur

Citra Terpadu adalah pengaturan jarak

tanam. Jarak tanam yang diterapkkan di

perkebunan kelapa sawit yaitu 7,78 m x

8,98 m ke samping dan 7, 78m dan 8, 98m

ke belakang dengan kerapatan pohon per ha

sebanyak 134 pohon. Skema jarak tanam

kelapa sawit di PT Hasnur Citra Terpadu

dapat dilihat pada gambar 9.

Jarak tanam yang dianjurkan menurut

Permentan No. 131 tahun 2013 adalah 8,77

- 9,42 m x 7,60 - 8,16 m dengan kerapatan

pohon per ha sebanyak 128 - 150 pohon.

Hal ini bertujuan agar tajuk kelapa sawit

tidak saling bersentuhan antara pohon yang

satu dengan pohon yang lain sehingga

menghambat pergerakan tikus antar pohon

karena jarak pohon yang terlalu rapat

sangat memudahkan tikus berpindah

pindah dari pohon kepohoon yang lainya

(Ditjenbun 2014).

3. Sanitasi

Sanitasi pada perkebunan kelapa sawit

adalah kegiatan membersihkan kebun dari

sampah atau kotoran terutama pelepah,

daun-daun tua kelapa sawit, rumput liar dan

alang-alang (gulma). Menurut Nazarreta

(2012), pengendalian sanitasi dapat

dilakukan berupa tindakan mengelola dan

memelihara lingkungan sehingga

mencegah perkembangbiakan tikus.

Pekerjaan ini dilakukan oleh satu orang

karyawan yang khusus membersihkan

pelepah dan sampah disekitar pohon kelapa

sawit. Pelepah tersebut disusun di

gawangan mati, sedangkan sampah lainnya

harus dibawa keluar blok. Menurut

Ditjenbun (2014) tindakan sanitasi

dilakukan dengan membersihkan kebun

dari sampah, daun pelepah, dan gulma.

Page 6: ABSTRACT - Polihasnur

Volume 06, Nomor 1, Edisi April 2018

11

PolhaSains

Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

Gambar 10. Umpan Ratgone

Gambar 12. Umpan yang dimakan tikus

Gambar 13. Tikus mati yang diletakan

diperangkap

4. Fisik

Pengendalian hama tikus secara fisik

dilakukan dengan cara menghancurkan

sarang-sarang tikus dan membunuh

langsung hama tikus. Menurut ditjenbun

(2014), tindakan pengendalian secara fisik

yang dapat dilakukan adalah dengan cara

membongkar sarang tikus dan

membunuhnya.

Pengendalian Hama Tikus Secara

Kimiawi

Pengendalian hama tikus di PT Hasnur

Citra Terpadu juga dilakukan secara

kimiawi dengan umpan beracun Ratgone.

Ratgone merupakan racun anti koagulan

berbahan aktif brodifacum 0,005%. Racun

ini siap pakai berbentuk segi empat yang

berwarna hijau bisa dilihat pada gambar

10. Menurut Nazarreta (2012),

pengendalian hama tikus dengan

menggunakan bahan kimia merupakan

alternatif yang paling umum ditempuh

dibandingkan dengan upaya pengendalian

lainnya.

Umpan diamati setiap interval 4-6 hari,

apabila umpan yang dimakan tikus (dilihat

pada gambar 12) atau hilang dibawa tikus

lebih dari 20% pada suatu blok, maka

harus melakukan pemasangan umpan

kembali pada pokok kelapa sawit yang

dimakan umpannya dengan dosis

ditambahkan 1 kali dari dosis awal.

Pemasangan umpan kembali ini dilakukan

pada pokok kelapa sawit yang umpannya

telah dimakan tikus dan terus dilakukan

sampai tingkat serangan menjadi di bawah

20%.

Berdasarkan pengamatan Tikus yang

memakan umpan Ratgone tidak langsung

mati secara cepat. Tikus yang mati

memakan umpan kebanyakan ditemukan

di sekitar sumber air, seperti parit. Tikus

yang baru memakan umpan akan terlihat

gelisah serta dalam waktu 2-3 hari tikus

akan lemas, kaku dan akhirnya mati

(Gambar 13). Oudejans (1991) dalam

Aryata (2006), mekanisme kerja

Brodifakum yang terkandung dalam

Ratgone tidak langsung mematikan tikus.

Cara kerja racun ini dengan mengganggu

kerja vitamin K dalam proses pembekuan

darah. Hewan pengerat dapat menyerap

dosis yang mematikan dengan hanya 50

mg/ kg bahan aktif.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil

sebagai berikut :

1. Ada 2 bagian yang sering diserang oleh

hama tikus pada fase TM yaitu buah dan

bunga. Kedua bagian tersebut

merupakan bahan panganan dari

makhluk mamalia yaitu tikus. Bagian

yang diserang akan menimbulkan bekas

gigitan tikus berupa keratan yang

meninggalkan serabut.

Page 7: ABSTRACT - Polihasnur

Volume 06, Nomor 1, Edisi April 2018

12

PolhaSains

Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

2. Pengendalian hama tikus yang

dilakukan oleh perusahaan PT Hasnur

Citra Terpadu yang utama adalah

dengan cara meracuni tikus dengan obat

berbahan kimia yaitu ratgone.

Penggunaan ratgone cukup efektif

karena setelah pengendalian bagian

yang terserang jadi berkurang dan tanda

keberadaan tikus juga berkurang. Selain

itu ada tindakan tindakan yang cukup

mempengaruhi keberadaan tikus.

Dengan melakukan kegiatan seperti

sanitasi, cabut epifit dan kentosan, dan

tindakan kultur teknis yang dapat

membuat tikus tidak nyaman berada

diwilayah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Aryata, R.Y .(2006). Preferensi Makan

Tikus Pohon (Rattus

tiomanicus) terhadap umpan

dan rodentisida. skripsi.

Departemen Proteksi

Tanaman, Fakultas Pertanian

Institut Pertanian. Bogor.

Direktorat Jenderal Perkebunan

Kementerian Pertanian RI.

(2016). Tikus. [Online].

Tersedia :

http://ditjenbun.pertanian.go.i

d/sinta/tikus-2/. [3 Januari

2017].

Direktorat Jenderal Perkebunan.

(2014). Pengendalian Hama

Tikus Terpadu. [Online].

Tersedia :

http://ditjenbun.pertanian.go.i

d/perlindungan/berita-383-

pengendalian-hama-terpadu-

tikus-pada-tanaman-

perkebunan.html. [28

Desember 2016].

Fauzi, Y. et al. (2012). Kelapa Sawit.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Nazarreta, R. (2012). Pengujian

Preferensi dan Efikasi

Rodentisida Antikoagulan

Brodifakum Terhadap Tiga

Spesies Tikus Hama. Skripsi.

Bogor .

Pahan, I. (2010). Panduan Lengkap

Kelapa Sawit Manajemen

Agribisnis dari Hulu Hingga

Hilir. Penebar Swadaya.

Bogor.

Permada, J. (2009). Tingkat Kejeraan

Racun dan Umpan pada Tikus

Sawah (Rattus argentiventer

Rob. & Klo.), Tikus Rumah

(Rattus rattus diardii Linn.),

dan Tikus Pohon (Rattus

tiomanicus Mill.) Skripsi.

Bogor.

Rajagukguk, H, B (2014) Pemanfaatan

Burung Hantu (Tyto alba)

untuk Pengendalian Hama

Tikus di Perkebunan Kelapa

Sawit. Jurnal Saintech Vol. 06,

No.04.

Sugara, B. (2015). kajian jumlah tandan

buah segar dan grading di PT.

Sawit Sukses Sejahtera

kecamatan Muara Ancalong

kabupaten Kutai Timur

Propinsi Kalimantan Timur.

Tugas Akhir. Samarinda.

Sipayung, A. (1996). Pedoman

Pengembangbiakan Burung

Hantu (Tyto alba) Sebagai

Predator Tikus di Areal

Tanaman Perkebunan.

Departemen Pertanian.

Jakarta.

Tampubolon, Koko. (2016). Kumbang

Elaeidobius [Online].Tersedia

:

http://www.biodiversitywarrio

rs.org/isikatalog.php?idk=554

4&judul=Kumbang%20Elaeid

obius . [15 September 2017].