Download - ABSTRACT - Polihasnur
Volume 06, Nomor 1, Edisi April 2018
6
PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur
PENGENDALIAN HAMA TIKUS PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) FASE
TANAMAN MENGHASILKAN (TM) DI
PT HASNUR CITRA TERPADU
Saipullah1, dan Gusti R Iskarlia1
1)Prodi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur
Email : [email protected]
ABSTRACT
Pest rats are a difficult pest controlled because of their strong survival and rapid
breeding.The damage caused by rats is very harmful because the disrupted pests of mice in
particular are the production. Plant produces requires a lot of attention and action treatment
that leads to intensive maintenance with the aim that plants and production can be
maximized. Observation aims to determine the signs of rat pest attacks and control methods
undertaken by PT Hasnur Citra Terpadu. This research is descriptive research, where the
data obtained from the result of ovservation and interview. Observation is done by observing
the sign of rat pest attack. this is the guidance in controlling. The results of observations
obtained are signs of rodent pests can be seen from the former keratan existing on the fruit
of oil palm, male flowers and female flowers. Control techniques undertaken by PT Hasnur
Citra Terpadu are chemical, physical, technical culture, epiphytic cleansing and sanitation.
Key word: Plant Results (TM), Pest, Pest Control.
PENDAHULUAN
Keberhasilan usaha perkebunan kelapa
sawit ditentukan oleh beberapa aspek baik
pengelolaan yang benar dan cara
penerapan manajemen yang baik.
Keberhasilan usaha perkebunan kelapa
sawit juga ditentukan oleh faktor
lingkungan (iklim, tanah dan tofografi),
bahan tanam, tindakan kultur teknis dan
faktor pendukung lainya. Dengan
pengelolaan yang benar penerapan
manajemen serta keadaan lahan yang
sangat mendukung maka akan
memperoleh hasil yang maksimal.
Namun disamping itu, ada masalah yang
tidak dapat di hindari yaitu berkaitan
dengan organisme pengganggu tanaman
atau sering di sebut dengan OPT
khususnya hama. Hama adalah hewan
yang mengganggu atau merusak tanaman
sehingga tumbuh kembang tanaman
terganggu. Ada banyak hama yang
tergolong hama utama pada perkebunan
kelapa sawit. Salah satu nya adalah tikus.
Tikus merupakan hama penting di
perkebunan kelapa sawit karena habitatnya
mudah hidup dimana saja dan populasinya
sangat banyak sehingga hama ini sangat
sulit untuk dikendalikan.
Seekor tikus pohon dapat
menghabiskan sebanyak 6 sampai dengan
14 gram daging buah per hari dan
membawa brondolan (buah lepas matang)
ke dalam tumpukan pelepah sebanyak 30
sampai 40 kali lipat dari
konsumsinya. Jika populasi tikus dalam 1
ha berkisar antara 183–537 ekor dan
berfluktuasi sangat lambat, maka dapat
ditaksir menyebabkan kehilangan minyak
sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO)
minimal antara 828–962 kg/ha/tahun,
bahkan itupun belum termasuk brondolan.
Selain itu, tandan buah yang luka akibat
keratan tikus dapat memacu peningkatan
asam lemak bebas pada minyak
sawit. Pada daerah pengembangan baru
Volume 06, Nomor 1, Edisi April 2018
7
PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur
perkebunan kelapa sawit dapat
menimbulkan kematian tanaman muda
hingga mencapai 20–30% (Sipayung, dkk,
1996). Karena begitu merugikannya
serangan hama tikus dan
perkembangbiakanya yang cepat
khususnya pada perkebunan tanaman
kelapa sawit sehingga perlunya cara
pengendalian hama tikus, untuk itu perlua
dilakukan penelitian tentang hama tikus di
perkebunan kelapa sawit PT. Hasnur Citra
Terpadu (HCT).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berlangsung mulai
Februari – Agustus 2017 di perkebunan
kelapa sawit blok M13 PT Hasnur Citra
Terpadu (HCT) Jl. Sungai puting Kec.
Candi laras Kab. Tapin. Bahan yang akan
digunakan pada kegiatan tugas akhir ini
meliputi tanaman kelapa sawit, tikus dan
rodentisida. Alat yang di gunakan dalam
pengamatan adalah alat tulis, kamera, dan
perangkap tikus.
Penelitian menggunakan metode
deskriptif dengan pengumpulan data primer
dan data sekunder. Data sekunder
merupakan SOP pengendalian hama oleh
perusahaan. Data primer melalui observasi
lapangan dengan sensus, tingkat serangan
hama dan wawancara. Wawancara
ditujukan kepada tiga narasumber yaitu
pada derektur kebun, asisten kebun dan
mandor kebun.
Pokok yang dijadikan sampel dimulai
pada jalur 4,5 dengan interval 10 jalur
untuk jalur sampel ke-2 dst. Sebagai
contoh, jalur sampel ke-1 yaitu jalur ke-4
dan ke-5, maka jalur sampel ke-2 yaitu jalur
ke 14 dan 15 dan seterusnya hingga habis
jalur pada blok.
Tingkat serangan hama tikus = Total serangan hama tikus pada jalur
Total jumlah pokok sampel pada jalur X 100
Serangan hama tikus dikendalikan apabila
hasil perhitungan melebihi 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanda Serangan Hama Tikus
Tanda serangan hama tikus bisa dilihat
pada buah mentah, buah masak, bunga
jantan dan bunga betina. Menurut
Rajagukguk, (2014) pada tanaman kelapa
sawit muda atau TBM, tikus memakan
bonggol hingga tanaman mati sedangkan
pada tanaman menghasilkan (TM) tikus
memakan buah dan bunga sehingga dapat
menurunkan produksi.
4.1. Tanda Serangan Hama Tikus pada
Buah
Berdasarkan pengamatan, tanda
serangan hama tikus dapat dilihat dari
bentuk buah yang diserang. Tikus
memakan bagian ujung dengan mengerat
buah menggunakan giginya. Sebagian
tikus juga melahap habis berondolan
sampai sisa sedikit bagian ujung
berondolan. Menurut Fauzi, dkk, (2012)
pelukaan buah akibat keratan tikus dapat
mengakibatkan peningkatan kadar asam
lemak bebas pada rendemen minyak
kelapa sawit. Serangan pada buah terbagi
dua yaitu buah yang masak dan buah yang
mentah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hama tikus menyerang buah mentah dan
buah masak. Serangan hama tikus pada
buah mentah menyisakan bekas keratan
(gigitan) yang terlihat seperti bopeng
(Gambar 1. ). Selain itu, hama tikus juga
menyerang buah mentah yang masih
berbentuk seperti biji kopi. Menurut
Sugara (2015), buah biji kopi merupakan
buah yang terdapat pada tandan buah yang
berwarna hitam kecil seperti buah kopi.
Buah ini merupakan calon bakal buah yang
menjadi TBS yang bisa dipanen. serangan
mengakibatkan buah TBS tidak bagus
(buah tidak normal) seperti pada gambar 2.
Volume 06, Nomor 1, Edisi April 2018
8
PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur
Gambar 2. Tanda Serangan pada buah bentuk
seperti biji kopi (A) Buah tidak terserang
hama tikus (B) Buah dirusak oleh Hama Tikus
Gambar 3. Tanda Serangan pada Buah Masak
Gambar 4. Tanda Serangan pada Bunga
Betina (A) Bunga Betina tidak
terserang tikus (B) Bunga
Betina dimakan Habis Tikus
(C) Bunga Betina dirusak Tikus
(A) (B)
Buah masak adalah buah yang sudah
memberondol (lepas dari TBS). Serangan
tikus pada buah masak dengan memakan
sampai hampir habis dan meninggalkan
serat saja. Serangan hama tikus pada buah
masak dapat dilihat pada gambar 3.
Menurut Ditjenbun, (2016) pada tanaman
kelapa sawit yang sudah menghasilkan
(TM), tikus memakan buah baik yang
masih muda (mentah) maupun yang sudah
tua (masak).
4.2. Tanda Serangan Hama Tikus pada
Bunga
Serangan pada bunga setelah diserang
bunga akan terlihat habis dengan tidak
meninggalkan sisa. Tanda serangan hama
tikus pada bunga betina bisa dilihat pada
gambar 4.
(A) (B)
(C )
Pengamatan terhadap bunga jantan yang
terserang hama tikus ditandai dengan
bunga jantan yang dimakan hama tikus
(Gambar 5.). Bunga jantan merupakan
tempat tinggal dan tempat bertelur
serangga Elaedobius camerunicus.
Menurut Ditjenbun (2016), serangga
Elaedobius camerunicus dan telurnya
merupakan pakan dari hama tikus.
Sedangkan serangga Elaedobius
camerunicus secara nyata dapat
meningkatkan persentase pembungaan.
Gambar serangga Elaedobius camerunicus
dibunga jantan dan serangga Elaedobius
camerunicus bisa dilihat pada gambar 6.
Gambar 1. Tanda Serangan pada Buah Mentah
Volume 06, Nomor 1, Edisi April 2018
9
PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur
Gambar 5. (A) Serangga Elaedobius (B)
Perbesaran Serangga Elaedobius
(C) Bunga Jantan Utuh (D) Bunga
Jantan Terkena Serangan Tikus
Gambar 6. (A) Bunga jantan yang ada
serangga Elaedobius (B)
Serangga Elaedobius
Gambar 7. (A) Tanda Serangan Lama pada buah
(B) Tanda Serangan Baru pada Buah
(C) Tanda Serangan Lama pada
Bunga Jantan (C) Tanda Serangan
Baru pada bunga Jantan
(A) (B)
(A) (B)
Sumber : Tampubolon (2016)
Sensus Hama Tikus
Hama tikus dikendalikan apabila sudah
mencapai ambang batas. Ambang batas
hama tikus yang ditetapkan oleh
perusahaan PT. Hasnur Citra Terpadu
adalah sebesar 5% perblok. Apabila
serangan hama tikus sudah
melebihi/mencapai ambang batas (5%)
maka perlunya tindakan pengendalian.
Hasil ambang batas tersebut dapat
diketahui dengan cara sensus hama. Pada
penelitian ini dilakukan sensus hama pada
blok M13. Hasil sensus hama tikus pada
blok M 13. Tanda serangan yang masuk
hitungan sensus adalah serangan baru,
serangan yang sudah lama tidak masuk
hitungan karena sudah dihitung pada fase
serangan yang masih terlihat baru. Adapun
tanda yang baru dan sudah lama dapat
dilihat pada gambar 7.
Hasil pengamatan pada blok M 13 dapat
diketahui tingkat serangan pada blok
tersebut sebagai berikut:
Jumlah pokok terserang tikus : 44
Jumlah Pokok pada jalur sampel di blok
M13 : 771
Tingkat serangan: 44
771𝑥100 = 5,7 %
Berdasarkan perhitungan tingkat
serangan hama tikus tersebut di atas, maka
blok M 13 perlu dillakukan pengendalian.
Dimana tingkat serangan pada blok
tersebut sebesar 5,7% yang berarti di atas
dari ambang batas yang ditetapkan oleh PT
Hasnur Citra Terpadu.
Pengendalian Hama Tikus Pengendalian hama tikus yang
diterapkan di PT Hasnur Citra Terpadu
meliputi kegiatan preventif (pencegahan)
dan pengendalian secara kimiawi.
Kegiatan perawatan tanaman seperti
pembersihan efifit dan sanitasi secara tidak
langsung dapat mencegah bersarangnya
tikus disekitar tanaman kelapa sawit.
Menurut Priyambodo (2009) dalam
Nazarreta (2012), pengendalian tikus yang
sering dilakukan oleh manusia antara lain
dengan cara kultur teknis, pengendalian
Volume 06, Nomor 1, Edisi April 2018
10
PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur
Gambar 8. Tanaman Epifit pada
Kelapa Sawit
Gambar 9. Skema jarak tanam kelapa
sawit di PT Hasnur Citra
Terpadu
fisik-mekanik, pemanfaatan musuh alami,
penggunaan bahan kimia, dan sanitasi.
Kegiatan pengendalian hama tikus
yang dilakukan di PT Hasnur Citra
Terpadu sebagai berikut :
1. Membersihkan Epifit
Membersihkan epifit adalah suatu
kegiatan mencabut tumbuhan paku
(tumbuhan yang menumpang) pada pokok
kelapa sawit. Hal ini bertujuan agar tikus
tidak bersarang pada tanaman epifit.
Tanaman epifit juga mempermudah alur
jalan tikus (run ways) saat memanjat
pokok kelapa sawit. Tikus juga biasa
menyimpan/meletakan persediaan
makanan (buah sawit) pada epifit.
Menurut Pahan (2010) dalam Pertiwi
(2015) tumbuhan epifit dapat menjadi
pesaing terhadap ketersediaan cahaya.
Selain itu, akar epifit kadang-kadang
menutupi bahkan menembus batang
tanaman utama sehingga merusak
keseimbangan fisiologi tanaman inang.
Gambar tanaman efifit dapat dilihat pada
gambar 8.
2. Kultur Teknis
Tindakan kultur teknis yang diterapkan
dalam mengurangi serangan hama tikus
pada perkebunan kelapa sawit PT Hasnur
Citra Terpadu adalah pengaturan jarak
tanam. Jarak tanam yang diterapkkan di
perkebunan kelapa sawit yaitu 7,78 m x
8,98 m ke samping dan 7, 78m dan 8, 98m
ke belakang dengan kerapatan pohon per ha
sebanyak 134 pohon. Skema jarak tanam
kelapa sawit di PT Hasnur Citra Terpadu
dapat dilihat pada gambar 9.
Jarak tanam yang dianjurkan menurut
Permentan No. 131 tahun 2013 adalah 8,77
- 9,42 m x 7,60 - 8,16 m dengan kerapatan
pohon per ha sebanyak 128 - 150 pohon.
Hal ini bertujuan agar tajuk kelapa sawit
tidak saling bersentuhan antara pohon yang
satu dengan pohon yang lain sehingga
menghambat pergerakan tikus antar pohon
karena jarak pohon yang terlalu rapat
sangat memudahkan tikus berpindah
pindah dari pohon kepohoon yang lainya
(Ditjenbun 2014).
3. Sanitasi
Sanitasi pada perkebunan kelapa sawit
adalah kegiatan membersihkan kebun dari
sampah atau kotoran terutama pelepah,
daun-daun tua kelapa sawit, rumput liar dan
alang-alang (gulma). Menurut Nazarreta
(2012), pengendalian sanitasi dapat
dilakukan berupa tindakan mengelola dan
memelihara lingkungan sehingga
mencegah perkembangbiakan tikus.
Pekerjaan ini dilakukan oleh satu orang
karyawan yang khusus membersihkan
pelepah dan sampah disekitar pohon kelapa
sawit. Pelepah tersebut disusun di
gawangan mati, sedangkan sampah lainnya
harus dibawa keluar blok. Menurut
Ditjenbun (2014) tindakan sanitasi
dilakukan dengan membersihkan kebun
dari sampah, daun pelepah, dan gulma.
Volume 06, Nomor 1, Edisi April 2018
11
PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur
Gambar 10. Umpan Ratgone
Gambar 12. Umpan yang dimakan tikus
Gambar 13. Tikus mati yang diletakan
diperangkap
4. Fisik
Pengendalian hama tikus secara fisik
dilakukan dengan cara menghancurkan
sarang-sarang tikus dan membunuh
langsung hama tikus. Menurut ditjenbun
(2014), tindakan pengendalian secara fisik
yang dapat dilakukan adalah dengan cara
membongkar sarang tikus dan
membunuhnya.
Pengendalian Hama Tikus Secara
Kimiawi
Pengendalian hama tikus di PT Hasnur
Citra Terpadu juga dilakukan secara
kimiawi dengan umpan beracun Ratgone.
Ratgone merupakan racun anti koagulan
berbahan aktif brodifacum 0,005%. Racun
ini siap pakai berbentuk segi empat yang
berwarna hijau bisa dilihat pada gambar
10. Menurut Nazarreta (2012),
pengendalian hama tikus dengan
menggunakan bahan kimia merupakan
alternatif yang paling umum ditempuh
dibandingkan dengan upaya pengendalian
lainnya.
Umpan diamati setiap interval 4-6 hari,
apabila umpan yang dimakan tikus (dilihat
pada gambar 12) atau hilang dibawa tikus
lebih dari 20% pada suatu blok, maka
harus melakukan pemasangan umpan
kembali pada pokok kelapa sawit yang
dimakan umpannya dengan dosis
ditambahkan 1 kali dari dosis awal.
Pemasangan umpan kembali ini dilakukan
pada pokok kelapa sawit yang umpannya
telah dimakan tikus dan terus dilakukan
sampai tingkat serangan menjadi di bawah
20%.
Berdasarkan pengamatan Tikus yang
memakan umpan Ratgone tidak langsung
mati secara cepat. Tikus yang mati
memakan umpan kebanyakan ditemukan
di sekitar sumber air, seperti parit. Tikus
yang baru memakan umpan akan terlihat
gelisah serta dalam waktu 2-3 hari tikus
akan lemas, kaku dan akhirnya mati
(Gambar 13). Oudejans (1991) dalam
Aryata (2006), mekanisme kerja
Brodifakum yang terkandung dalam
Ratgone tidak langsung mematikan tikus.
Cara kerja racun ini dengan mengganggu
kerja vitamin K dalam proses pembekuan
darah. Hewan pengerat dapat menyerap
dosis yang mematikan dengan hanya 50
mg/ kg bahan aktif.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil
sebagai berikut :
1. Ada 2 bagian yang sering diserang oleh
hama tikus pada fase TM yaitu buah dan
bunga. Kedua bagian tersebut
merupakan bahan panganan dari
makhluk mamalia yaitu tikus. Bagian
yang diserang akan menimbulkan bekas
gigitan tikus berupa keratan yang
meninggalkan serabut.
Volume 06, Nomor 1, Edisi April 2018
12
PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur
2. Pengendalian hama tikus yang
dilakukan oleh perusahaan PT Hasnur
Citra Terpadu yang utama adalah
dengan cara meracuni tikus dengan obat
berbahan kimia yaitu ratgone.
Penggunaan ratgone cukup efektif
karena setelah pengendalian bagian
yang terserang jadi berkurang dan tanda
keberadaan tikus juga berkurang. Selain
itu ada tindakan tindakan yang cukup
mempengaruhi keberadaan tikus.
Dengan melakukan kegiatan seperti
sanitasi, cabut epifit dan kentosan, dan
tindakan kultur teknis yang dapat
membuat tikus tidak nyaman berada
diwilayah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Aryata, R.Y .(2006). Preferensi Makan
Tikus Pohon (Rattus
tiomanicus) terhadap umpan
dan rodentisida. skripsi.
Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian
Institut Pertanian. Bogor.
Direktorat Jenderal Perkebunan
Kementerian Pertanian RI.
(2016). Tikus. [Online].
Tersedia :
http://ditjenbun.pertanian.go.i
d/sinta/tikus-2/. [3 Januari
2017].
Direktorat Jenderal Perkebunan.
(2014). Pengendalian Hama
Tikus Terpadu. [Online].
Tersedia :
http://ditjenbun.pertanian.go.i
d/perlindungan/berita-383-
pengendalian-hama-terpadu-
tikus-pada-tanaman-
perkebunan.html. [28
Desember 2016].
Fauzi, Y. et al. (2012). Kelapa Sawit.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Nazarreta, R. (2012). Pengujian
Preferensi dan Efikasi
Rodentisida Antikoagulan
Brodifakum Terhadap Tiga
Spesies Tikus Hama. Skripsi.
Bogor .
Pahan, I. (2010). Panduan Lengkap
Kelapa Sawit Manajemen
Agribisnis dari Hulu Hingga
Hilir. Penebar Swadaya.
Bogor.
Permada, J. (2009). Tingkat Kejeraan
Racun dan Umpan pada Tikus
Sawah (Rattus argentiventer
Rob. & Klo.), Tikus Rumah
(Rattus rattus diardii Linn.),
dan Tikus Pohon (Rattus
tiomanicus Mill.) Skripsi.
Bogor.
Rajagukguk, H, B (2014) Pemanfaatan
Burung Hantu (Tyto alba)
untuk Pengendalian Hama
Tikus di Perkebunan Kelapa
Sawit. Jurnal Saintech Vol. 06,
No.04.
Sugara, B. (2015). kajian jumlah tandan
buah segar dan grading di PT.
Sawit Sukses Sejahtera
kecamatan Muara Ancalong
kabupaten Kutai Timur
Propinsi Kalimantan Timur.
Tugas Akhir. Samarinda.
Sipayung, A. (1996). Pedoman
Pengembangbiakan Burung
Hantu (Tyto alba) Sebagai
Predator Tikus di Areal
Tanaman Perkebunan.
Departemen Pertanian.
Jakarta.
Tampubolon, Koko. (2016). Kumbang
Elaeidobius [Online].Tersedia
:
http://www.biodiversitywarrio
rs.org/isikatalog.php?idk=554
4&judul=Kumbang%20Elaeid
obius . [15 September 2017].