nurfaisal (10542003508) efusi pleura

Upload: sartika-akib

Post on 03-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    1/22

    BAGIAN RADIOLOGI REFERAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2013

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    EFUSI PLEURA

    Oleh :

    NURFAISAL

    10542 0035 08

    Pembimbing:

    dr .P.Indal Patra M.Kes, Sp.Rad

    DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

    BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2013

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    2/22

    HALAMAN PENGESAHAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

    Nama : NURFAISAL

    Stambuk : 10542 0035 08

    Judul Refarat : EFUSI PLEURA

    Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraaan klinik pada bagian radiologi

    Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar

    Makassar, Maret 2013

    Penguji / Pembimbing:

    (dr.P. Indal Patra, M. Kes, Sp.Rad)

    Mengetahui

    Kepala Bagian Radiologi

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Muhammadiyah Makassar

    (dr. H. Isqandar Masoud, Sp. Rad)

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    3/22

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... ii

    DAFTAR ISI................................................................................................ iii

    BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

    BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI PARU............................................ 3

    A.ANATOMI PARU...................................................................... 3

    B. FISIOLOGI PARU........................................................................... 5

    BAB III PEMBAHASAN........................................................................... 9

    A. DEFINISI......................................................................................... 9

    B. EPIDEMIOLOGI.............................................................................. 9

    C. ETIOLOGI........................................................................................9

    D. PATOGENESIS...............................................................................10

    E. GEJALA KLINIS.............................................................................11

    F. DIFFERENTIAL DIAGNOSA.........................................................15

    G. PENGOBATAN...............................................................................16

    DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 19

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    4/22

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Dalam masa embriologi membran pleura dibentuk dan mesenchim yang akan

    memisahkan paru dari mediastinum, diafragma dan dinding dada. Pada prinsipnya

    pleura dibentuk untuk mempermudah pergerakan paru-paru di rongga dada selama

    bernapas dan salah satu fungsi yang lain adalah mekanisme penghubung antara paru-

    paru dengan dinding dada. 1,2,3

    Pleura terdiri atas pleura visceral yang membungkus permukaan paru dan pleura

    parietal yang melapisi bagian dalam dinding dada. Di antaranya terdapat rongga yang

    berisi sedikit cairan sebagai pelumas dalam pergerakan pernapasan. 1,2,3

    Pleura dan rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan yang dapat

    menghambat pengembangan paru atau alveolus atau keduanya . pleura adalah membran

    tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura parietalis . kedua lapisan ini

    bersatu di daerah hilus arteri dan mengadakan penetrasi dengan cabang utama bronkus,

    arteri dan vena bronkialis, serabut saraf dan pembuluh limfe. Secara histologis kedua

    lapisan ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan

    pembuluh getah bening. 1,2,3

    Bila paru-paru mengembang dan berkontraksi selama bernapas normal, maka paru-

    paru bergerak ke depan dan ke belakangdalam rongga pleura. Untuk memeudahkan

    pergerakan ini, terdapat lapisan cairan mukoid yang terletak antara pleura parietalis dan

    viseralis. Jumlah total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit, hanya beberapa

    mililiter. Bila jumlah ini menjadi lebih dari cukup untuk menciptakan suatu aliran dalam

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    5/22

    rongga pleura, kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik yang

    terbuka secara langsung dari rongga pleura ke dalam (1) mediastinum, (2) permukaan

    atas diafragma, dan (3) permukaan lateral pleura parietalis.

    1,2,3

    BAB II

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    6/22

    ANATOMI DAN FISIOLOGI PARU

    A. ANATOMI PARU

    Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm. Pembentukan

    paru di mulai dari sebuah Groove yang berasal dari Foregut. Selanjutnya pada

    Groove ini terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu jaringan yang disebut

    Primary Lung Bud. Bagian proksimal foregut membagi diri menjadi 2 yaitu

    esophagus dan trakea.3,4

    Pada perkembangan selanjutnya trakea akan bergabung dengan primary lung

    bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal bronchi dan cabang-cabangnya.

    Bronchial-tree terbentuk setelah embrio berumur 16 minggu, sedangkan alveoli baru

    berkembang setelah bayi lahir dan jumlahnya terus meningkat hingga anak berumur 8

    tahun. Ukuran alveol bertambah besar sesuai dengan perkembangan dinding toraks.

    Jadi, pertumbuhan dan perkembangan paru berjalan terus menerus tanpa terputus

    sampai pertumbuhan somatic berhenti. 3,4

    Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring,

    trakea, dan paru. Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2 bagian, yakni saluran

    pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Pada pernafasan melalui paru-paru

    atau pernafasan external, oksigen di pungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu

    bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli dan dapat erat

    hubungan dengan darah didalam kapiler pulmunaris. 3,4

    Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, memisahkan oksigen dan

    darah oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    7/22

    merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua bagian

    tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm hg dan tingkat

    ini hemoglobinnya 95%. Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil

    buangan. Metabolisme menembus membran alveoli, kapiler dari kapiler darah ke

    alveoli dan setelah melalui pipa bronchial, trakea, dinafaskan keluar melalui hidung

    dan mulut. 3,4

    Gambar 1. Anatomi Paru7

    B. FISIOLOGI PARU

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    8/22

    Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang

    terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti yang

    telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi, volume

    toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi

    beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot

    seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga. 1,3,4

    Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas

    dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi,

    dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks,

    menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini

    meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan

    antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar

    dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir

    ekspirasi. 1,3,4

    Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi

    membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 m). Kekuatan

    pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase

    gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya sekitar

    149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan

    parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan

    tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan

    udara dalam ruangan sepi anatomic saluran udara dan dengan uap air. Perbedaan

    tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    9/22

    menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus. Karbondioksida ini

    kemudian dikeluarkan ke atmosfir. 1,3,4

    Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler

    darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak

    selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal memiliki

    cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit misal; fibosis paru, udara

    dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium mungkin tidak lengkap,

    terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total berkurang. Jadi, blok difusi

    dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak diakui sebagai faktor utama. 1,3,4

    Paru-paru mempunyai pertahanan khusus dalam mengatasi berbagai

    kemungkinan terjadinya kontak dengan aerogen dalam mempertahankan tubuh.

    Sebagaimana mekanisme tubuh pada umumnya, maka paru-paru mempunyai

    pertahanan seluler dan humoral. Beberapa mekanisme pertahanan tubuh yang penting

    pada paru-paru dibagi atas1,3,4 :

    1. Filtrasi udara

    Partikel debu yang masuk melalui organ hidung akan :

    - Yang berdiameter 5-7 akan tertahan di orofaring.

    - Yang berdiameter 0,5-5 akan masuk sampai ke paru-paru

    - Yang berdiameter 0,5 dapat masuk sampai ke alveoli, akan tetapi

    dapat pula di keluarkan bersama sekresi.

    2. Mukosilia

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    10/22

    Baik mucus maupun partikel yang terbungkus di dalam mucus akan

    digerakkan oleh silia keluar menuju laring. Keberhasilan dalam mengeluarkan

    mucus ini tergantung pada kekentalan mucus, luas permukaan bronkus dan

    aktivitas silia yang mungkin terganggu oleh iritasi, baik oleh asap rokok,

    hipoksemia maupun hiperkapnia.

    3. Sekresi Humoral Lokal

    zat-zat yang melapisi permukaan bronkus antara lain, terdiri dari :

    - Lisozim, dimana dapat melisis bakteri

    - Laktoferon, suatu zat yang dapat mengikat ferrum dan bersifat bakteriostatik

    - Interferon, protein dengan berat molekul rendah mempunyai kemampuan

    dalam membunuh virus.

    - Ig A yang dikeluarkan oleh sel plasma berperan dalam mencegah terjadinya

    infeksi virus. Kekurangan Ig A akan memudahkan terjadinya infeksi paru yang

    berulang.

    4. Fagositosis

    Sel fagositosis yang berperan dalam memfagositkan mikroorganisme dan

    kemudian menghancurkannya. Makrofag yang mungkin sebagai derivate

    monosit berperan sebagai fagositer. Untuk proses ini diperlukan opsonim dan

    komplemen.

    Faktor yang mempengaruhi pembersihan mikroba di dalam alveoli adalah :

    - Gerakan mukosiliar.

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    11/22

    - Faktor humoral lokal.

    - Reaksi sel.

    - Virulensi dari kuman yang masuk.

    - Reaksi imunologis yang terjadi.

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. DEFINISI

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    12/22

    Efusi pleura adalah adanya penumpukan cairan dalam rongga (kavum) pleura

    yang melebihi batas normal. Dalam keadaan normal terdapat 10-20 cc cairan.1,4

    B. EPIDEMIOLOGI

    Efusi pleura cukup banyak dijumpai di RSUD dr. Soetomo Surabaya pada tahun 1984 Efusi

    pleura menduduki pringkat ke tiga dari 10 penyakit terbanyak yang dirawat di bangsal. Di Indonesia,

    tuberkulosis paru adalah penyebab utama efusi pleura, disusul oleh keganasan. Efusi pleura yang

    disebabkan oleh tuberkulosis paru lebih banyak dijumpai pada pria daripada wanita. Umur terbanyak

    untuk efusi pleura karena tuberkulosis adalah 21-30 tahun (rerata 30,26%). 4,5

    Laki-laki mempunyai resiko 2,58 kali untuk menderita tuberkulosis dibandingkan dengan wanita

    dimana hal ini mungkin berhubungan dengan interaksi sosial laki-laki lebih tinggi dibandingkan

    wanita sehingga memungkinkan transmisi tuberkulosis lebih besar.4,5

    C. ETIOLOGI

    1. Hambatan reabsorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada

    dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediastinum, dan sindroma vena

    cavasuperior1,2

    2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,

    virus, bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura),

    karena tumor dan trauma ) Di Indonesia 80% disebabkan oleh tuberculosis.1,2

    C. PATOGENESIS

    Efusi pleura terjadi karena tertimbunnya cairan pleura secara berlebihan

    sebagai akibat transudasi (perubahan tekanan hidrostatik dan onkotik) dan eksudasi (perubahan

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    13/22

    permeabilitas membran) pada permukaa n pleura sep erti te rj adi pada proses

    infeksi dan neoplasma. Pada keadaan normal ruangan interpleura terisi sedikit

    cairan untuk sekedar melicinkan permukaan kedua pleura parietalis dan viseralis

    yang saling bergerak karena pernapasan. Cairan disaring keluar pleura parietalis yang

    bertekanan tinggi dan diserap oleh sirkulasi di pleura viseralis yang bertekanan

    rendah. Di samping sirkulasi dalam pembuluh darah, pembuluh limfe pada l a p i s a n

    s u b e p i t e l i a l p l e u r a p a r i e t a l i s d a n v i s e r a l i s m e m p u n y a i p e r a n a n

    d a la m p r o s e s penyerapan cairan pleura tersebut. Jadi mekanisme yang

    berhubungan dengan terjadinya efusi pleura pada umumnya ialah kenaikan tekanan

    hidrostatik dan penurunan tekanan onkotik pada sir kulasi kapil er , penurunan

    tekanan kavum pleura , kenaikan permeab ilitas kapile r da n penurunan aliran

    limfe dari rongga pleura. Sedangkan pada efusi pleura tuberkulosis terjadinya disertai

    pecahnya granuloma di subpleura yang diteruskan ke rongga pleura. 1,2,4

    Dalam keadaan normal rongga pleura mengandung kurang lebih 10-

    20 ml cairandengan konsentrasi protein rendah, terdapat di antara pleura

    viseralis dan parietalis yang berfungsi sebagai pelicin agar gerakan kedua pleura

    tidak terganggu. Cairan ini dibentuk oleh kapile r pleura parieta lis dan

    direabsorsi oleh kapiler dan pembuluh getah bening pleura viseralis. 1,2,4

    Keseimbangan ini tergantung pada tekanan hidrostatik, dan direabsorpsi oleh kapiler dan

    pembuluh getah bening pleura dan penyaluran cairan pleura oleh saluran getah

    bening. Pada keadaan patologis rongga pleura dapat menampung beberapa liter cairan dan udara.

    Efusi pleura dapat timbul bila terjadi peningkatan tekanan hidrostatik sistemik,

    penurunan tekanan osmotik koloid darah akibat hipoproteinemia, kerusakan dinding

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    14/22

    pembuluh darah atau dalam rongga pleura pada atelektasis yang luas, gangguan

    penyerapan kembali carian pleura oleh saluran pembuluh getah bening, hipersensitif

    terhadap tuberkuloprotein, robeknya pembuluh darah atau saluran getah bening

    dan cairan asites dapat mengalir melalui pembuluh getah bening diafragma

    atau defeks makroskopik pada diafragma. 1,2,4

    E. GEJALA KLINIS

    B e r a t r i n g a n n y a g e j a l a k l i n i k t e r g a n t u n g o l e h j u m l a h

    c a i r a n d a n k e c e p a t a n pembentukan cairan dirongga pleura. Timbulnya

    cairan dimulai dengan rasa sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa

    sakit hilang. Bila cairan banyak, prenderita akan sesak napas. Didapati gejala-gejala

    penyakit penyebab seperti panas tinggi (biasanya oleh kokus),subfebril (tuberculosis),

    banyak keringat, batuk, banyak riak.1,2,4

    1. Pemeriksaan Fisik

    Dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan

    berpindah tempat.Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,

    fremitus melemah, pada perkusi didapati daerah pekak. 1,2,4

    2. Pemeriksaan Radiologi :

    a. Radiologi (Foto torax PA dan lateral)

    Pada Radiologi permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik.

    Bila cairan lebih dari 300 ml, akan terlihat cairan dengan permukaan melengkung

    atau bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi bagian medial. Bila

    permukaannya horizontal dari lateral kemedial, maka terdapat udara dalam rongga tersebut yang

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    15/22

    dapat berasal dari luar atau dalam paru-paru sendiri. Cairan bebas akan mengikuti posisi

    grativitasi.2,3,8

    Cairan yang kurang dari 300 cc, pada fluoroskopi maupun foto toraks PA tidak tampak.

    Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpulan sinus kostofrenikus. Foto toraks PA

    dan posisi lateral dekubitus pada sisi yang sakit seringkali memberi hasil yang memuaskan bila

    cairan pleura sedikit, atau cairan subpulmonal yaitu tampak garis batas cairan yang sejajar dengan

    kolumna vertebralis atau serupa garis horizontal.4 ,5

    Sekitar 200 ml cairan pleura dapat dideteksi pada foto toraks PA, sebaliknya jika hanya cairan

    50 ml dapat dideteksi pada foto lateral. Foto lateral dekubitus dapat membedakan penebalan

    pleura dan cairan. Pada posisi supine, cairan pleura akan melapisi bagian posterior dan tampak

    sebagai berkas berawan yang opak pada salah satu lapangan paru dengan chorak vaskuler pada

    foto toraks.4,5,6

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    16/22

    Gambar 2 : Foto Thorax PA dan Right Lateral Dekubitus, tampak pleural reaction, sudut

    kostofrenikus tumpul dan garis batas cairan / meniskus sign 7

    b. CT scan

    CT scan dada dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa

    menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor .4,5,6

    Gambar 3 : Axial computed tomography / hasil potongan melintang CT

    scan, tampak gambaran cairan bebas pada hemithorax kanan 7

    c. Ultrasonography (USG)

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    17/22

    USG dada bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan

    cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

    4,5,6,8

    Gambar 4 : Ultrasonogram of the right lower chest, tampak gambaran

    anechoic pada hemithorax kanan7

    F. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

    1. Tumor paru

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    18/22

    Gambar 5 : Foto Thoraks PA, tampak : Suatu

    bayangan massa yang besar, bulat dengan

    tepi licin yang menutupi batas kanan

    jantung ( silhoutte sign + ),Lapangan paru

    normal, Sinus costophrenicus normal,

    Kesan : Tumor mediastinum anteroinferior

    kanan

    2. Pneumonia

    Gambar 6: Foto Thorax PA,

    -Tampak perselubungan opak inhomogen

    berbatas tegas di lapang atas paru kanan

    dengan air bronchogram

    Kesan: -Pneumonia lobaris

    3. Atelektasis lobus bawah

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    19/22

    Gambar 7 : Foto Thorax PA, tampak :

    -Diaphragm elevasi .

    Pulmo: -Sinus normal tajam , -Hilus kanan

    normal, kiri tertutup perselubungan ,

    -Bronchovaskuler kanan normal, kiri

    tertutup perselubungan, -Perselubungan

    opaque homogen diffuse di seluruh lapang

    paru kiri, -Trakea deviasi ke kiri, -Paru

    kanan hyperlusen, -Volume paru kanan

    bertambah

    -Bronchovuskuler berkurang-Kesan : Atelektasis Dengan Emfisema

    Kompensatori

    G. PENGOBATAN

    Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan

    terhadap penyebabnya.Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun

    sesak nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang

    terkumpul).Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum atau selang

    dimasukkan ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakkan

    diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter.Jika jumlah cairan

    yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah selang melalui dinding dada. Pada

    empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah. Jika nanahnya sangat kental atau telah

    terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari

    tulang rusuk harus diangkat sehingga bias dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan

    pembedahan untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi). Pada tuberkulosis atau

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    20/22

    koksidioidomikosis diberikan terapi antibiotik jangka panjang.Pengumpulan cairan karena tumor pada

    pleura sulit untuk diobati karena cairan cenderung untuk terbentuk kembali dengan cepat. Pengaliran

    cairan dan pemberian obat anti tumor kadang mencegah terjadinya pengumpulan cairan lebih

    lanjut.Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura.Seluruh

    cairan dibuang melalui sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya larutanatau serbuk

    doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan kedua lapisan pleura sehingga

    tidak lagi terdapat ruang tempat pengumpulan cairan tambahan. Jika darah memasuki rongga pleura

    biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang.Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk

    membantu memecahkan bekuan darah(misalnya streptokinase dan streptodornase).Jika perdarahan

    terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan

    tindakan pembedahan.Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan

    saluran getah bening. Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker

    untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening. 4,5,6,8

    a. Torakosentesis

    Aspirasi cairan pleura (Torakosentesis) berguna sebagai sarana untuk

    diagnostik maupun terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan pada pasien

    dalam posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis

    aksillaris posterior dengan memekai jarum abbocath nomor 14 atau 16.

    Pengeluaran cairan sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap aspirasi.

    4,5,6,8

    Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui

    den gan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    21/22

    melalui torakosentesis(pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara

    sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).4,5,6,8

    b. Biopsi

    Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan

    biopsi,dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada

    sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,

    penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan. 4,5,6,8

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/28/2019 Nurfaisal (10542003508) Efusi Pleura

    22/22

    1. Price SA, Wilson LM.Patofisiologi konsep klinik proses-proses penyakit

    volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.

    2. Sodoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S.Buku Ajar Ilmu

    Penyakit Dalam Jilid II, Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

    Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.

    3. Guyton AC, Hall JE.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC;

    2007.

    4. Alsagaff H, Mukty A.Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: AirlanggaUniversity Press; 2008.

    5. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN dr. CIPTO

    MANGUNKUSUMO. Panduan Tatalaksana Kegawatdaruratan Di Bidang Ilmu

    Penyakit Dalam edisi 1. Jakarta: Internal Publishing; 2009.

    6. Medford A, Maskell N.Pleural Effusion. JAMA. 2009; 301(3): 344-344.Doi:10.1001/jama.301.3.344. Di akses pada tanggal 13 Maret 2013 dari website:

    http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=183244.

    7. Rubins J, Mazonifer Z.Pleural Effusion. Medscape Reference. Diakses pada

    tanggal 13 Maret 2013 dari website:

    http://emedicine.medscape.com/article/299959-overviw#showall.

    8. Cotran, Komar, Robbins. Robbins Pathologic Basic Of Disease 5th Edition.

    Philadelphia: W.B. Saunders; 1994

    http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=183244http://emedicine.medscape.com/article/299959-overviw#showallhttp://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=183244http://emedicine.medscape.com/article/299959-overviw#showall