deskripsi pola suku kata bahasa wemale

14
37 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1) Erniati DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE A DESCRIPTION OF SYLLABIC PATTERNS OF WEMALE LANGUAGE Erniati 1 Yohanis Sanjoko 2 Kantor Bahasa Maluku 1 ;Balai Bahasa Papua 2 Jalan Tihu, Wai Lela, Rumah Tiga, Kota Ambon 1 ; Jalan Yoka Waena, Yoka, Heram, Jayapura 2 [email protected] 1 Abstrak Bahasa Wemale dipakai sebagai bahasa pertama oleh penutur asli masyarakat Suku Wemale di Pulau Seram, Maluku, tepatnya di Negeri Hunitetu, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Bahasa Wemale memiliki dua dialek, yaitu dialek Wemale Utara dan Wemale Selatan.Hingga saaat ini, bahasa Wemale masih digunakan sebagai alat komunikasi secara lisan oleh kalangan tertentu dalam kehidupan masyarakat penuturnya. Meskipun demikian, bahasa Wemale dapat dikategorikan sebagai bahasa daerah yang hampir punah karena tidak ada proses pewarisan kepada generasi mudanya. Untuk mencegah hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya penyelamatan yang salah satu di antaranya melalui penelitian. Penelitian ini memberikan gambaran tentang pola suku kata bahasa Wemale. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pola suku kata bahasa Wemale, dialek Wemale Selatan. Metode yang digunakan adalah meode kualitatif deskriptif. Data diperoleh dari ucapan langsung penutur asli bahasa tersebut dan penutur yang dianggap mampu. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola suku kata bahasa Wemale terdiri atas V, KV, VKV, KVV, dan ½ KV. Kata kunci: suku kata, pola suku kata, bahasa Wemale Abstract Wemale is used as the first language by native speakers of the Wemale tribe on Seram Island, Maluku, precisely in the village of Hunitetu, Kairatu District, West Seram Regency. Wemale language has two dialects namely North Wemale and South Wemale. Until now, Wemale is still used as an oral communication tool by certain groups in the life of the speaker community. However, Wemale language can be categorized as a regional language that is almost extinct, because there is no inheritance process to the younger generation. To prevent this, various rescue efforts need to be done, one of which is through research. This research provides an overview of the Wemale syllabic patterns. This study aims to describe the syllabic patterns of the Wemale language, South Wemale dialect. The method used was descriptive qualitative method. Data were obtained from direct speech of native speakers of the language and speakers who were considered capable. The results of the analysis show that the syllabic patterns consist of V, CV, VCV, CVV, and ½ CV. Keywords: syllables, syllabic patterns, Wemale language Naskah Diterima 30 Mei 2020—Direvisi Akhir 23 Juni 2020—Diterima 23 Juni 2020

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE

372020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Erniati

DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE A DESCRIPTION OF SYLLABIC PATTERNS OF WEMALE

LANGUAGE

Erniati1

Yohanis Sanjoko2

Kantor Bahasa Maluku1;Balai Bahasa Papua2

Jalan Tihu, Wai Lela, Rumah Tiga, Kota Ambon1; Jalan Yoka Waena, Yoka, Heram, Jayapura2

[email protected]

AbstrakBahasa Wemale dipakai sebagai bahasa pertama oleh penutur asli masyarakat Suku Wemale di Pulau Seram, Maluku, tepatnya di Negeri Hunitetu, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Bahasa Wemale memiliki dua dialek, yaitu dialek Wemale Utara dan Wemale Selatan.Hingga saaat ini, bahasa Wemale masih digunakan sebagai alat komunikasi secara lisan oleh kalangan tertentu dalam kehidupan masyarakat penuturnya. Meskipun demikian, bahasa Wemale dapat dikategorikan sebagai bahasa daerah yang hampir punah karena tidak ada proses pewarisan kepada generasi mudanya. Untuk mencegah hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya penyelamatan yang salah satu di antaranya melalui penelitian. Penelitian ini memberikan gambaran tentang pola suku kata bahasa Wemale. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pola suku kata bahasa Wemale, dialek Wemale Selatan. Metode yang digunakan adalah meode kualitatif deskriptif. Data diperoleh dari ucapan langsung penutur asli bahasa tersebut dan penutur yang dianggap mampu. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola suku kata bahasa Wemale terdiri atas V, KV, VKV, KVV, dan ½ KV. Kata kunci: suku kata, pola suku kata, bahasa Wemale

AbstractWemale is used as the first language by native speakers of the Wemale tribe on Seram Island, Maluku, precisely in the village of Hunitetu, Kairatu District, West Seram Regency. Wemale language has two dialects namely North Wemale and South Wemale. Until now, Wemale is still used as an oral communication tool by certain groups in the life of the speaker community. However, Wemale language can be categorized as a regional language that is almost extinct, because there is no inheritance process to the younger generation. To prevent this, various rescue efforts need to be done, one of which is through research. This research provides an overview of the Wemale syllabic patterns. This study aims to describe the syllabic patterns of the Wemale language, South Wemale dialect. The method used was descriptive qualitative method. Data were obtained from direct speech of native speakers of the language and speakers who were considered capable. The results of the analysis show that the syllabic patterns consist of V, CV, VCV, CVV, and ½ CV.

Keywords: syllables, syllabic patterns, Wemale language

Naskah Diterima 30 Mei 2020—Direvisi Akhir 23 Juni 2020—Diterima 23 Juni 2020

Page 2: DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE

38 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Deskripsi Pola ...

I. PENDAHULUAN

Dewasa ini, kondisi bahasa daerah di Indonesia sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan oleh menurunnya penutur setiap bahasa daerah tersebut. Masyarakat tidak lagi bangga menggunakan bahasa daerah sebagai identitasnya. Hampir semua bahasa daerah sudah tergerus oleh perkembangan teknologi. Tidak terkecuali bahasa daerah yang ada di Provinsi Maluku, salah satunya adalah bahasa Wemale. Bahasa Wemale merupakan salah satu bahasa daerah di Provinsi Maluku yang masih digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari oleh penuturnya untuk kalangan tertentu. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Wemale merupakan salah satu bahasa daerah yang memiliki jumlah penutur yang besar jika dibandingkan dengan bahasa daerah lain yang ada di Maluku.

Penutur asli bahasa Wemale berada di sebagian wilayah Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, dan sebagian Seram Bagian Timur di Pulau Seram, Maluku. SIL (2006:24 —25) mengidentifikasi bahasa Wemale dengan dua dialek yaitu dialek Wemale Selatan dan Wemale Utara, kelas Austronesia. Buku Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia (2019) mengemukakan bahwa berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wemale merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 82%—85%, misalnya dengan bahasa Alune dan Luhu.

Bahasa Wemale merupakan bahasa yang terbagi menjadi dua dialek yaitu dialek utara dan selatan dan memiliki varian Horale, Kasieh, Uwenpantai, Honitetu, dan Kawe. Dialek utara dituturkan oleh kurang lebih 5.000 orang dan dialek selatan dituturkan oleh kurang lebih 3.700 orang (Wikipedia Indonesia, 12 Agustus 2019).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa bahasa Wemale juga merupakan nama salah satu etnis di Maluku di Pulau Seram. Etnis Wemale adalah kelompok etnis di Pulau Seram, Indonesia. Mereka berjumlah 7.500 dan menempati 39 negeri yang tersebar di Pulau Seram. Budaya etnis Wemale telah banyak berubah pada dekade-dekade terakhir karena konsumerisme merusak nilai tradisional. (Silvester Y. Heatubun, 2014).

Hingga saaat ini, bahasa Wemale masih digunakan sebagai alat komunikasi secara lisan dalam kehidupan masyarakat penuturnya. Meskipun masih digunakan penuturnya secara aktif, bahasa Wemale dapat dikategorikan sebagai bahasa daerah yang terancam punah. Rata-rata penduduk Wemale yang berusia 30 tahun ke bawah tidak lagi dapat berbahasa Wemale secara aktif. Dominasi pemakaian bahasa Melayu Ambon dalam kehidupan sehari-hari menekan pemakaian bahasa. Hal tersebut semakin melemahkan kedudukan bahasa Wemale yang merukapan salah satu kekayaan budaya masyarakat Maluku. Jika hal ini terus berlangsung, tanpa upaya

Page 3: DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE

392020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Erniati

penyelamatan, tidak tertutup kemungkinan, beberapa tahun yang akan datang bahasa Wemale akan segera mengalami kepunahan. Untuk mencegah hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya penyelamatan yang salah satu di antaranya melalui penelitian-penelitian yang kebahasaan tentang bahasa Wemale tersebut.

Penelitian mengenai bahasa Wemale telah dilakukan sebelumnya. Sepengetahuan penulis, penelitian tersebut yaitu penelitian skripsi oleh Silvester Y. Heatubun (2014), Kekerabatan Bahasa Wemale dan Alune yang ditinjau dari kajian Historis Komparatif.

Pada kesempatan ini pembahasan tentang bahasa daerah Wemale hanya akan difokuskan pada aspek pola suku kata bahasa yang dituturkan oleh masyarakat yang menggunakan dialek bahasa Wemale Selatan, terletak di Negeri Hunitetu, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Negeri ini berbatasan dengan Desa Huku, di sebelah Timur, Desa Rumberu di sebelah Barat, berbatasan dengan Rambatu di sebelah utara, dan Desa Kairatu, di sebelah Selatan (PKPB, 2011). Penduduk Negeri Hunitetu berjumlah 3.000 jiwa.

Kajian tentang identifikasi pola suku kata bahasa Wemale merupakan kajian yang dianggap penting karena kajian ini merupakan salah satu bagian kajian kebahasaan yakni ilmu fonologi. Selain itu, kajian fonologi merupakan rangkaian kajian konservasi terhadap bahasa daerah di Indonesia. Kajian konservasi juga merupakan program Badan Pengembangan dan Pelindungan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, pokok permasalahan penelitian ini adalah bagaimana deskripsi pola suku kata bahasa Wemale, dialek Wemale Selatan, di Negeri Hunitetu, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan pola suku kata bahasa Wemale, dialek Wemale Selatan di Negeri Hunitetu, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Yang dimaksud dengan metode ini adalah semua unsur dideskripsikan mengenai pola suku kata bahasa Wemale sesuai dengan tujuan penelitian. Data penelitian ini bersumber dari penelitian terdahulu. Data tersebut merupakan data primer dan diperoleh dengan teknik dokumentasi. Data sekunder diperoleh dari penutur asli bahasa Wemale dengan cara melakukan observasi dan wawancara mendalam. Metode analisis data dilakukan teknik cara pengumpulan, penyusunan, dan pengelompokan data didasarkan pada unsur yang dianalisis. Dalam kegiatan ini seluruh korpus dikelompokkan menurut persamaan dan perbedaan pola suku katanya.

Page 4: DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE

40 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Deskripsi Pola ...

2. KAJIAN TEORI

2.1 Fonologi

Penelitian ini berkaitan dengan kajian fonologi, oleh karena itu teori yang digunakan adalah teori yang berkaitan dengan fonologi. Beberapa pendapat para ahli bahasa tentang pengertian fonologi yang akan dijadikan dasar kajian penelitian ini.

Ilmu tentang bunyi disebut fonologi. Fonologi adalah bidang dalam tataran linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya (Kridalaksana, 2008: 57). Ada dua sifat bunyi, yaitu bersifat ujar (parole) dan yang bersifat sistem (langue). Untuk membedakan bunyi itu digunakan istilah yang berbeda, pertama disebut fon atau bunyi, dan kedua disebut fonem (Samsuri, 1991: 125). Fonologi dapat didefinisikan sebagai penyelidikan tentang perbedaan minimal antara ujaran dan perbedaan minimal tersebut selalu terdapat dalam kata sebagai konstituen (suatu bagian) (Verhaar, 1997:36)

Verhaar (1997:34) menyatakan, fonologi adalah ilmu yang mempelajari perbedaan minimal ujaran-ujaran dan perbedaan itu selalu terdapat dalam kata sebagai konstituen. Analisis fonologi mencakup dua tataran, yaitu fonetik dan fonemik. Satuan bunyi (fon) dibicarakan dalam tataran fonetik, sedangkan satuan fonem dibicarakan dalam tataran fonemik (Lapoliwa, 1998:56). Pendapat yang kurang lebih sama dikemukakan oleh Bloomfield dalam Verhaar (1991:78) mendefenisikan fonem sebagai unit bunyi terkecil yang dapat membedakan arti. Sejalan dengan dengan defenisi tersebut, Gleason dalam Kridalaksana (2008:26) menyebut suatu kelas bunyi yang secara fonetis mirip dan memperlihatkan pola distribusi yang khas sebagai fonem. Sementara itu, Pike dalam Samsuri (1999) berpendapat bahwa secara garis besar ada empat prinsip kerangka teori pada aspek fonologi, yakni:

1) bunyi-bunyi cenderung dipengaruhi lingkungannya;2) sistem bunyi cenderung simetris secara fonetis;3) bunyi-bunyi cenderung fluktuasi. Dalam mengucapkan sesuatu kata dua kali,

akan terjadi perbedaan sedikit, tetapi tetap dapat didengar oleh telinga; dan4) urutan-urutan karakteristik dari bunyi-bunyi mempengaruhi kesukaran struktural

pada interpretasi fonemis segmen-segmen yang mencurigakan atau urut-urutan segmen yang mencurigakan.

Hal senada juga dikemukakan oleh Samsuri (1999:130) yang menyatakan bahwa bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip harus digolongkan ke dalam kelas bunyi atau fonem yang berbeda apabila terdapat pertentangan di dalam lingkungan yang sama atau mirip.

Dalam kaitannya dengan fonem-fonem yang terdapat dalam suatu bahasa, bahasa-bahasa yang ada di dunia ini semuanya memiliki kaidah tertentu dalam pengurutannya. Itulah sebabnya ada fonem-fonem tertentu yang mungkin berurutan

Page 5: DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE

412020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Erniati

dan ada pula fonem-fonem yang mungkin tidak berurutan. Berkaitan dengan kaidah-kaidah tertentu yang terdapat dalam suatu bahasa, Hartman dan Stork dalam Erniati (2017) menamai kaidah-kaidah tersebut dengan istilah fonotaktik. Fonotaktik adalah sistem penyusunan unit-unit linguistik secara berurutan yang khas. Batasan ini menjelaskan kepada kita bahwa selain fonem dalam suatu bahasa terdapat pula kaidah fonotaktik.

2.2. Fonetik

Marsono (2013) mengatakan bahwa fonetik adalah ilmu yang menyelidiki bunyi bahasa tanpa melihat bunyi itu sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa. Selebihnya Marsono mengatakan bahwa fonetik menyelidiki bunyi bahasa dari sudut tutur ujaran (parole). Menurut Marsono (2013), fonetik memiliki tiga cabang utama: 1. fonetik artikulatoris yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-

organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa; 2. fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka

didengarkan oleh telinga manusia; 3. fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otak

mengolah data yang masuk sebagai suara.

Kurnia (2013:3) mengatakan bahwa fonetik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Kridalaksana (2008:15) mengatakan, fonetik juga diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa, ilmu interdisipliner linguistik dengan fisika, anatomi, dan psikologi, fonetik juga diartikan sebagai bunyi bahasa. Abdul Chaer (2013), cabang linguitik yang meneliti bunyi-bunyi bahasa tanpa melihat bunyi-bunyi itu dapat membedakan makna atau tidak. Abdul Chaer (2013) mengatakan, fonetik adalah ilmu yang mempelajari produksi bunyi bahasa. Ilmu ini berangkat dari teori fisika dasar yang mendeskripsikan bahwa bunyi pada hakikatnya adalah gejala yang timbul akibat adanya benda yang bergetar dan menggetarkan udara di sekelilingnya. Oleh karena bunyi bahasa juga merupakan bunyi, bunyi bahasa tentunya diciptakan dari adanya getaran suatu benda yang menyebabkan udara ikut bergetar. Perbedaan antara bunyi bahasa dengan bunyi lainnya menurut fonetik adalah bunyi bahasa tercipta atas getaran alat-alat ucap manusia sedangkan bunyi biasa tercipta dari getaran benda-benda selain alat ucap manusia.

Jadi pada hakikatnya fonetik adalah cabang fonologi yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi bunyi sebuah bahasa direlisasikan atau dilafalkan. Fonetik mempelajari cara bunyi bahasa dihasilkan atau suatu bunyi bahasa diproduksi alat ucap manusia, fonetik juga mempelajari kerja organ tubuh manusia terutama yang berhubungan

Page 6: DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE

42 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Deskripsi Pola ...

dengan penggunaan bahasa.

2.3 Suku kata

Stetson dalam Erniati (2017) mengatakan bahwa suku kata berhubungan dengan hentakan kegiatan antara kelompok urat-urat (denyut dada) sehingga pada suatu saat penutur menghasilkan suku kata sebagai getaran-getaran urat yang mandiri. Suku kata oleh Alwi (2000:55) dikatakan adalah bagian kata yang diucapkan dalam suatu hembusan nafas dan umumnya terdiri atas beberapa fonem. Adapun deretan dua konsonan atau lebih yang tergolong dalam satu suku kata yang sama disebut gugus konsonan. Deretan dua konsonan atau lebih yang tergolong dalam suku kata yang berbeda disebut deret konsonan. Demikian pula dengan fonem vokal, deretan dua vokal yang tergolong dalam satu suku kata yang sama disebut gugus vokal atau diftong. Sementara itu, deretan dua vokal yang tergolong dalam suku kata yang berbeda disebut deret vokal.

Pada dasarnya pola persukuan bunyi bahasa yang dihasilkan alat-alat ucap manuasia dapat dibedakan menjadi dua suku kata, yaitu vokal dan konsonan. Vokal merupakan suara yang dihasilkan dalam rongga yang dibentuk oleh bagian atas saluran pernafasan. Konsonan adalah bunyi yang kurang dapat ditangkap tanpa dukungan vokal pendahuluan yang sesudahnya. Vokal terdengar lebih terdengar daripada konsonan, nampaknya hal itu berarti bahwa setiap setiap suku kata berkaitan dengan puncak lengkung keterdengaran.

Suku kata adalah bagian kata yang diucapkan dalam satu hembusan nafas dan pada umumnya terdiri atas beberapa fonem. Kata seperti ‘makan’ diucapkan dengan dua hembusan nafas: satu untuk ma- dan satu lagi untuk –kan. Oleh karena itu kata ‘datang’ terdiri atas dua suku kata. Tiap suku kata terdiri atas dua dan tiga bunyi: [ma] dan [kan]. Satu suku kata harus berisikan sebuah bunyi vokal atau yang mirip dengannya, termasuk diftong. Tipe suku kata yang paling umum dalam bahasa juga memiliki sebuah konsonan (K) sebelum vokal (V) dan biasayna dinyatakan dengan (KV). Unsur dasar suku kata adalah onset (satu konsonan atau lebih) yang diikuti dengan rima. Rima terdiri atas sebuah vokal yang diperlakukan sebagai inti ditambah konsonan apa pun yang mengikutinya. (George Yule, 2015:66)

Selain itu, Amril dan Ermanto (2007:128) juga menjelaskan tentang suku kata merupakan bagian dari kata yang mempunyai puncak kenyaringan. Puncak kenyaringan suku kata terdapat pada vokal. Suku kata terdiri atas susunan fonem-fonem itu. Suku kata dibentuk oleh vokal atau kombinasi vokal-konsonan. Satu suku kata dapat membentuk kata atau gabungan beberapa suku kata yang membentuk satu kata. Kata dalam bahasa Indonesia terbentuk dari satu kata atau lebih suku kata. Jika kata terbentuk dari dua suku kata atau lebih, kata tersebut terbentuk atas gabungan suku-suku kata yang berpola seperti di atas. Jadi kata dalam bahasa Indonesia

Page 7: DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE

432020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Erniati

terbentuk atas kombinasi suku kata yang berpola.

Suku kata dalam bahasa Indonesia selalu memilki vokal yang menjadi inti suku kata. Inti ini dapat didahului dan diikuti oleh satu konsonan atau lebih meskipun dapat terjadi bahwa suku kata hanya terdiri atas satu konsonan. Beberapa contoh suku kata adalah sebagai berikut:

pergi -- per-gi

kepergian -- ke-per-gi-an

ambil -- am-bil

dia -- di-a

Suku kata yang terakhir dengan vokal, (K)V, disebut suku buka dan suku kata yang berakhir dengan konsonan, (K)VK, disebut suku tutup. Suku kata dibedakan berdasarkan pengucapan.

Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih, misalnya ban, bantu, membantu, memperbantukan. Betapapun panjangnya suatu kata, wujud suku yang membentuknya mempunyai struktur dan kaidah pembentukan yang sederhana. Suku kata dalam bahasa Indonesia dapat terdiri atas (1) satu vokal, (2) satu vokal dan satu konsonan, (3) satu konsonan dan satu vokal, (4) satu konsonan, satu vokal, dan satu konsonan, (5) dua konsonan dan satu vokal, (6) dua konsonan, satu vokal, dan satu konsonan, (7) satu konsonan, satu vokal dan satu konsonan, (8) tiga konsonan, dan satu vokal, atau (9) tiga konsonan, satu vokal, dan atau konsonan. Dalam jumlah yang terbatas ada juga suku kata yang terdiri atas (10) dua konsonan, satu vokal, dan dua konsonan, serta (11) satu konsonan, satu vokal, dan tiga konsonan. Berikut adalah dari sebelas suku kata di atas.

(1) V a-mal

(2) VK ar-ti

(3) KV pa-sa

(4) KVK pak-sa

(5) KKV slo-gan

(6) KKVK kon-trak

(7) KVKK teks-til

(8) KKKV stra-te-gi

(9) KKKVK struk-tur

(10) KKVKK kom.pleks

(11) KVKKK korps

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemenggalan kata. Pemenggalan kata berhubungan dengan kata sebagai satuan tulisan, sedangkan

Page 8: DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE

44 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Deskripsi Pola ...

penyukuan kata bertalian dengan kata sebagai satuan bunyi bahasa. Pemenggalan tidak selalu berpatokan pada lafal kata. Misalnya afiks pada kata dapat kita penggal walaupun tidak cocok dengan pelafalannya. Faktor lain yang penting pula, adalah kesatuan pernafasan pada kata tersebut.

3. PEMBAHASAN

3.1 Suku Kata

Semua kosakata yang diucapkan oleh sesorang atau penutur bahasa merupakan hasil atau produksi yang terbangun oleh bunyi. Bunyi-bunyi tersebut dinamakan bunyi bahasa. Bunyi-bunyi tersebut berupa bunyi vokal, bunyi konsonan, bunyi semi vokal, dan bunyi semi konsonan. Bunyi yang dihasilkan tersebut berupa kata. Sebua kata yang diucapkan terbangun atas satu atau dua segmen atau lebih. Di dalam kajian sistem fonologi, bangunan atas segmen tersebut dinamakan suku. Suku pada kosakata merupakan bagian atau unsur pembentuk suku kata. Setiap suku paling tidak harus terdiri atas sebuah bunyi vokal atau merupakan gabungan antar bunyi vokal dan konsonan. Bunyi vokal di dalam sebuah suku kata merupakan puncak penyaringan atau sonority, sedangkan bunyi konsonan bertindak sebagai lembah suku. Di dalam sebuah suku hanya ada sebuah puncak suku dan puncak ini ditandai dengan bunyi vokal. Lembah suku yang ditandai dengan bunyi konsonan bisa lebih dari satu jumlahnya. Bunyi konsonan yang berada di depan bunyi vokal disebut tumpu suku, sedangkan bunyi konsonan yang berada di belakang bunyi vokal disebut koda suku.

Jumlah suku di dalam sebuah kata dapat dihitung dengan melihat jumlah bunyi vokal yang ada dalam kata itu. Dengan demikian, jika ada kata yang berisi tiga buah bunyi vocal, dapat dikatakan bahwa kata itu terdiri atas tiga suku kata saja. Misalnya kata ‘teler’ [teler] adalah kata yang terdiri atas dua suku kata yaitu /te/ dan /ler/. Masing-masing suku berisi sebuah bunyi vokal, yaitu bunyi /e/.

Dalam penguraian kata atas suku-sukunya ada beberapa hal berikut ini yang mesti diperhatikan.

(1) Jika sebuah fonem konsonan berada di antara dua buah fonem vokal, konsonan tersebut mengikuti vokal dibelakangnya. Contoh: /Ibu/ menjadi /i-bu/

(2) Jika sebuah kata mendapat awalan dan akhiran, imbuhan tersebut harus dituliskan terpisah dari kata dasarnya

Contoh: /pemakaman/ menjadi / pe.ma.kam.an/

(3) Jika dua konsonan diapit dua vokal, kedua konsonan tersebut harus dipisahkan.

Contoh: /anda/ menjadi /an.da/

Page 9: DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE

452020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Erniati

3.2 Pola Suku Kata

Pola persukuan atau pola suku kata sebuah bahasa daerah mengacu pada pola persukuan dalam bahasa Indonesia. Pola suku kata dapat ditentukan dengan merumuskan setiap suku yang ada dalam kosakata tersebut. Setiap suku kata yang terdapat pada kosakata tersebut terdiri atas fonem vokal dan konsonan. Dalam bahasa Indonesia, fonem vokal dalam pola persukuan disingkat dengan V dan bunyi konsonan disingkat dengan K serta bunyi semikonsonan disingkat ½ K. Bunyi semikonsonan di dalam pola persukuan diberi rumus ½ K agar tidak menimbulkan kekaburan di dalam perumusan.

Pola suku kata bahasa Wemale ditemukan kata-kata yang setiap sukunya berupa sebuah bunyi vokal, bunyi satu vokal dan satu konsonan, dua bunyi vokal, dua konsonan dan satu vokal, dua vokal dan satu konsonan, tiga vokal dan satu konsonan, tiga konsonan dan satu vokal, semi konsonan dan vokal, serta dua vokal dan satu semi konsonan, dan sebuah bunyi semikonsonan, satu vokal dan sebuah bunyi konsonan. Berdasarkan batasan tersebut, setelah dilakukan analisis data ditemukan pola suku kata bahasa Wemale adalah sebagai berikut.

3.2.1 Pola V

Pola suku kata V adalah jenis pola suku kata yang hanya terdiri atas satu fonem. Fonem tunggal sebagai pengisi suku kata tersebut berwujud fonem vokal.

Contoh:

/a.we/ ‘pada’

/a.lake/ ‘arak’

/a.wu/ ‘gali’

/a.neya/ ‘makanan’

/a.mO.lO.li/ ‘tegak’

/e.le/ ‘injak’

/e.di/ ‘dingin’

/i.na/ ‘ibu’

/i.na.da.wa/ ‘dahulu’

/i.siye/ ‘buang’

/u.tu/ ‘kutu’

/u.teli/ ‘otak’

/u.nile/ ‘kunyit’

/O.tu/ ‘bakar’

/o/ ‘panggil’

Page 10: DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE

46 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Deskripsi Pola ...

/a.ma/ ‘ayah’

/a.pi.yate/ ‘buruk’

/O.pine/ ‘debu’

/u.tane/ ‘daging’

/u.late/ ‘gunung’

3.2.2 Pola KV

Pola suku kata KV adalah jenis pola suku kata yang terdiri atas dua buah fonem. Pola urutan fonem pengisi suku kata tersebut berupa fonem konsonan pada bagian pertama dan diikuti fonem vokal pada bagian selanjutnya. Pola suku kata ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, sebagai tumpu suku dan sebuah bunyi vokal sebagai puncak.

Contoh:

/la/ ‘darah’

/na/ ‘nama’

/ma.te/ ‘pasir’

so.ho/ ‘pegang’

/ti.ya/ ‘perut’

/ku.ti/ ‘putih’

/te.pe/ ‘lempar’

/hu.wei/ ‘pohon’

/nu.du/ ‘mulut’

/se.lu/ ‘lihat’

/di.pu/ ‘terbang’

/he.ta/ ‘ikat’

/tu.pa.pa.lu/ ‘lutut’

/ma.sa.li.ma/ ‘licin’

/ha.mu.to.li/ ‘lurus’

3.2.3 Pola VKV

Pola suku kata VKV adalah jenis pola suku kata yang terdiri atas tiga buah fonem. Pola urutan fonem pengisi suku kata tersebut berupa fonem vokal pada bagian pertama diikuti lagi fonem konsonan pada bagian kedua dan ditutup dengan fonem vokal pada bagian akhir. Atau bisa juga dikatakan bahwa pola suku kata ini dibangun oleh sebuah bunyi vokal dan konsonan sebagai tumpu suku dan sebuah bunyi vokal sebagai puncak suku.

Page 11: DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE

472020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Erniati

Contoh:

/ili.ni/ ‘hidung’

/ete/ ‘gigit’

/ina/ ‘ibu’

/ile/ ‘ia’

/ali/ ‘gali’

/ane/ ‘makan’

/isa/ ‘tombak’

/uli/ ‘lengkuas’

/aku/ ‘lambat’

/omi/ ‘pangkal’

3.2.4 Pola KVV

Pola suku kata KVV adalah jenis pola suku kata yang terdiri atas tiga buah fonem. Pola urutan fonem pengisi suku kata tersebut berupa fonem konsonan pada bagian pertama diikuti lagi fonem vokal pada bagian kedua dan ditutup dengan fonem vokal pada bagian akhir. Dengan kata lain, dapat juga dikatakan bahwa pola suku kata ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan dan vokal sebagai tumpu suku dan sebuah bunyi vokal sebagai puncak suku.

Contoh:

/mai.le/ ‘malam’

/wae.le/ ‘air’

/hai/ ‘kaki’

/yae. huwey/ ‘hutan’

/die.ja.matay/ ‘matahari’

/loute/ ‘kabut’

/lei.sei/ ‘satu’

/mei/ ‘lidah’

/moa.ne/ ‘leher’

/mai.le/ ‘malam’

/sau.wu/ ‘abang/kakak dari istri’

/kai.ti/ ‘panggilan untu laki-laki tua’

/hai/ ‘tungkai’

/lai.te/ ‘langit’

/dio.ne/ ‘kecil’

Page 12: DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE

48 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Deskripsi Pola ...

/hai/ ‘tungkai’

/soa/ ‘ketua adat’

/tai.ka/ ‘cangkul’

/yae.huwei/ ‘hutan’

3.2..5 Pola Suku kata ½ KV

Pola suku kata ½ KV adalah jenis pola suku kata terdiri atas dua buah fonem. Pola urutan fonem pengisi suku kata tersebut berupa fonem semikonsonan pada bagian pertama diikuti lagi fonem vokal pada bagian akhir. Atau bisa juga dikatakan yang dibangun oleh sebuah bunyi semi konsonan sebagai tumpu suku dan sebuah bunyi vokal sebagai puncak.

Contoh:

/ya.mi / ‘kami’

/ya.le/ ‘kamu’

/ya.kuwi/ ‘usus’

/wa.wanu/ ‘hidup’

/ya.hu/ ‘api’

/wa.we/ ‘binatang’

/we.lui/ ‘asap’

Dari hasil analisis diketahui bahwa bahasa Wemale memilki pola suku kata yang sangat minim jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memilki sebelas pola suku kata sedangkan bahasa Wemale hanya memiliki lima pola suku kata. Pola suku kata bahasa Wemale memiliki pola suku kata campuran, yaitu suku kata terbuka dan tertutup. Adapun struktur suku kata bahasa Wemale adalah sebagai berikut.

(V) K (V) (V)

(onset) nucleus (coda)

4. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa Wemale memilki pola suku kata yang sangat minim jika dibandingkan dengan pola suku kata bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memilki sebelas pola suku kata sedangkan bahasa Wemale hanya memiliki lima pola suku kata.

Page 13: DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE

492020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Erniati

Bahasa Wemale memiliki pola suku kata campuran, yakni pola suku kata terbuka dan pola suku kata tertutup. Pola suku kata bahasa Wemale terdiri atas empat pola. Pola tersebut adalah (1) satu vokal, (2) satu konsonan dan satu vokal, (3) satu vokal, satu konsonan, dan satu vokal, (4) satu konsonan, satu vokal, dan satu vokal. Pola suku kata yang paling dominan dalam bahasa Wemale adalah pola satu konsonan, satu vokal dan satu vokal, satu konsonan dan satu vokal.

Contoh:

1. V /o/ ‘panggil’

/u.tane/ ‘daging’

2. KV /po.li/ ‘jahit’

/pu.su/ ‘gosok’

3. VKV /ina/ ‘ibu’

/ile/ ‘ia’

4. KVV /hoi/ ‘baik’

/dio.ne/ ‘kecil’

5. ½ KV /ya.mi/ ‘kita’

/wa.we/ ‘binatang’

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2013. Linguistik Umum.Jakarta:Renika Cipta.Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2019. Bahasa Dan Peta Bahasa di Indonesia.

Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Erniati. 2017. “Pola Suku Kata Bahasa Lisabata”.Jurnal Totobuang, Vol.5. No.2. Edisi

Desember 2017, hlm.312-324.Heatubun, Y. Silvester. “Kekerabatan Bahasa Alune dan Wemale”. Skripsi.

Ambon:Universitas Pattimura.KRidalaksana, Harimurti. 2008. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta:Pustaka

Pelajar

Lapoliwa, Hans. 1998. Pengantar Fonologi:Fonetik.Jakarta:Bali Pustaka

Marsono. (2013). Fonetik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Muslich, Masnur.(2008). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Samsuri. (1999). Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.Sudaryanto.(1999). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana

Kebudayaan Secara Lingusitis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Summer Institute of Linguistics (SIL). (2006). Bahasa-bahasa di Indonesia.

Page 14: DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE

50 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Deskripsi Pola ...

Verhaar, J.W.M.1997. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Yuli,George. (2015). The Study Of Language. (Diterjemahkan Oleh Astry Fajria). Jakarta: Erlangga.