the values of moral education on the perspective of …

15
POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Januari – Juni 2019 | 29 NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF IMAM NAWAWI AL-BANTANI DALAM KITAB NASHAIH AL-‘IBAD THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF IMAM NAWAWI AL-BANTANI IN THE BOOK OF NASHAIH AL-‘IBAD Abdul Khamid Institut Agama Islam Negeri Salatiga, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Sebagaimana diketahui bahwa Imam Nawawi merupakan seorang ulama salaf pemikir yang menghasilkan karya-karya besar yang terkenal, beliau merasa bahwa sangat pentingnya seorang pribadi yang memiliki keimanan yang kuat, kesempurnaan aqidah dan akhlak serta pendidikan yang berkualitas dan memadai harus dimiliki oleh setiap orang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji apa saja yang menjadi nilai pendidikan dalam kitab Nashaih al-‘Ibad, pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana diskripsi pemikiran Imam Nawawi tentang nilia-nilai pendidikan akhlak; (2) bagaimana relevansi pada akhlak pemikiran imam Nawawi terhadap anak pelajar sekarang. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kepustakaan. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan jenis kepustakaan, sedangkan sumber data primer dari kitab Nashaih al- ‘Ibad, dan sumber skundernya dari buku-buku lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun teknis analisis data menggunakan metode induktif dan deduktif. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pendidikan akhlak dalam kitab Nashaih al-‘Ibad karya Imam Nawawi al-Bantani ini sangat dibutuhkan bagi dunia pendidikan sekarang ini. Dari sini diharapkan akan terwujud sebuah pribadi yang memiliki akhlak mulia, berbudi pekerti yang luhur dan berkeimanan yang kuat. Kata Kunci: Imam Nawawi al-Bantani, nilai-nilai pendidikan moral, Nashaih al-„Ibad Abstract As we know that Imam Nawawi is a scholars of salaf thinkers who produce famous great works, he feels that it is very important that a person who has strong faith, perfection of aqidah and akhlak also quality and adequate of education must be possessed by everyone in their life. So the aims of this study is to find out and examine what education in the Nashaih al-'Ibad, the questions that will be answered through this research are: (1) how is the description of Imam Nawawi's thoughts about the values of moral education; (2) how is the relevance of the value of moral education by Imam Nawawi's thinking towards students today. To answer this question, this research using a library approach. The

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF …

Abdul Khamid: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaih al-‘Ibad

POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Januari – Juni 2019 | 29

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF IMAM NAWAWI

AL-BANTANI DALAM KITAB NASHAIH AL-‘IBAD

THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF

IMAM NAWAWI AL-BANTANI IN THE BOOK OF NASHAIH AL-‘IBAD

Abdul Khamid Institut Agama Islam Negeri Salatiga, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Sebagaimana diketahui bahwa Imam Nawawi merupakan seorang ulama

salaf pemikir yang menghasilkan karya-karya besar yang terkenal, beliau

merasa bahwa sangat pentingnya seorang pribadi yang memiliki

keimanan yang kuat, kesempurnaan aqidah dan akhlak serta pendidikan

yang berkualitas dan memadai harus dimiliki oleh setiap orang dalam

aktivitas kehidupan sehari-hari. Maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui dan mengkaji apa saja yang menjadi nilai pendidikan dalam

kitab Nashaih al-‘Ibad, pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian

ini adalah (1) bagaimana diskripsi pemikiran Imam Nawawi tentang

nilia-nilai pendidikan akhlak; (2) bagaimana relevansi pada akhlak

pemikiran imam Nawawi terhadap anak pelajar sekarang. Untuk

menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan

pendekatan kepustakaan. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan

jenis kepustakaan, sedangkan sumber data primer dari kitab Nashaih al-

‘Ibad, dan sumber skundernya dari buku-buku lain yang berhubungan

dengan penelitian ini. Adapun teknis analisis data menggunakan metode

induktif dan deduktif. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa nilai

pendidikan akhlak dalam kitab Nashaih al-‘Ibad karya Imam Nawawi

al-Bantani ini sangat dibutuhkan bagi dunia pendidikan sekarang ini.

Dari sini diharapkan akan terwujud sebuah pribadi yang memiliki akhlak

mulia, berbudi pekerti yang luhur dan berkeimanan yang kuat.

Kata Kunci: Imam Nawawi al-Bantani, nilai-nilai pendidikan moral,

Nashaih al-„Ibad

Abstract

As we know that Imam Nawawi is a scholars of salaf thinkers who

produce famous great works, he feels that it is very important that a

person who has strong faith, perfection of aqidah and akhlak also quality

and adequate of education must be possessed by everyone in their life. So

the aims of this study is to find out and examine what education in the

Nashaih al-'Ibad, the questions that will be answered through this

research are: (1) how is the description of Imam Nawawi's thoughts

about the values of moral education; (2) how is the relevance of the value

of moral education by Imam Nawawi's thinking towards students today.

To answer this question, this research using a library approach. The

Page 2: THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF …

Abdul Khamid: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaih al-‘Ibad

30 | POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Januari – Juni 2019

research method used is the type of literature, while the primary data

source from the Nashaih al-‘Ibad book, and the source of the secondary

from other books related to this research. The technical data analysis

using inductive method and deductive method. The findings of this

research indicate that the value of moral education in the Nashaih al-

‘Ibad by Imam Nawawi al-Bantani is very much needed for the world of

education today. From this it is hoped that a person who has good

character and strong friendship will be realized.

Keywords: Imam Nawawi al-Bantani, moral education values, Nashaih

al-‘Ibad

A. Pendahuluan

Islam adalah Agama yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW sebagai

pedoman hidup umat manusia dan pendidikan bagi manusia dan seluruh alam ini.

Rasulullah SAW sebagai utusan yang menyempurnakan akhlak manusia, karena beliau

dalam hidupnya penuh akhlak-akhlak yang mulia dan sifat-sifat yang baik.1

Agama Islam sangat memperhatikan masalah akhlak, melebihi perhatiannya dari

hal-hal yang lain. Perhatian itu sampai sedemikian rupa, sehingga akhlak sebagai salah

satu pokok tujuan risalah. Akhlak merupakan lambang kualitas manusia, masyarakat,

dan umat. Karena itulah akhlak yang menentukan eksistensi seorang muslim, Akhlak

merupakan sifat yang dekat dengan iman. Baik buruknya akhlak menjadi salah satu

syarat sempurna atau tidaknya keimanan manusia. Orang yang beriman kepada Allah

akan membenarkan dengan seyakin-yakinnya akan ke-Esaan Allah, meyakini bahwa

Allah mempunyai sifat dengan segala kesempurnaannya dan tidak memiliki sifat

kekurangan, ataupun menyerupai sifat-sifat makhluk ciptaan-Nya.2

Oleh karena itu, pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan

Islam, posisi ini terlihat dari kedudukan al-Qur‟an sebagai referensi paling penting

tentang akhlak bagi kaum muslimin baik individu, keluarga, masyarakat, dan umat.

Akhlak merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan serta

membuat hidup dan kehidupan menjadi baik. Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan

1Umar Abdul Djabbar, Ringkasan Nurul Yaqin Terjemahan, Jilid 1 (Surabaya: Toko Kitab

Ahmad Nabhan, t.t.), 3. 2Zaenuri dan Adib Al Arif Siroj, Hebatnya Akhlak di Atas Ilmu dan Tahta (Surabaya: Bintang

Books, 2009), 2.

Page 3: THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF …

Abdul Khamid: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaih al-‘Ibad

POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Januari – Juni 2019 | 31

sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, manusia tidak akan berbeda dari

kumpulan binatang.3

Karena harkat manusia ditentukan oleh akhlaknya. Akhlaknya yang sudah

membentuk menjadi kepribadian akan memberikan jati diri yang agung. Jati diri tidak

terbentuk dengan sendirinya, tetapi perlu adanya langkah-langkah untuk mengukirnya.

Mengukir jati diri di waktu kecil seperti mengukir batu, butuh ketekunan sampai akhir

hayat.4 Akan tetapi berbanding terbalik dengan apa yang terjadi remaja sekarang

pergaulan sudah sangat mengkhawatirkan, karena sudah sangat banyak hal-hal yang

buruk yang dilakukan oleh remaja. Lingkungan memberikan kontribusi yang sangat

besar dalam kehidupan, dan dapat membentuk suatu kebiasaan terhadap seseorang.5

Oleh karena itu, orang tua harus lebih memperhatikan anak-anaknya dalam soal

pendidikan, terutama pendidikan tentang akhlak. Supaya mereka tidak mudah

terpengaruh dengan keadaan lingkungan yang buruk seperti saat ini. Pada masa yang

akan datang kelak, mereka akan menjadi pilar-pilar penerus perjuangan yang memiliki

tingkah laku (akhlak) yang baik, menjadi penerus bangsa negara, dan juga agama.

Salah seorang ulama yang mengkaji dan memberikan pendidikan akhlak secara

mendalam adalah Imam Nawawi al-Bantani. Beliau adalah seorang ulama besar dalam

bidang keilmuan salah satunya adalah pendidikan akhlak. Sejarah menyebutkan bahwa

ia dikenal kuat dalam mengamalkan ilmu dan hidup zuhud, dan sangat sabar menjalani

kehidupan yang serba kekurangan. Beliau juga jarang tidur malam, rajin beribadah dan

menulis berbagai kitab salah satu karyanya yang sering dikaji adalah Nashaih al-‘Ibad.

Kitab ini tergolong praktis, di dalamnya terdapat berbagai ulasan-ulasan yang

berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak beserta dalil-dalilnya (dasar-

dasarnya), yang kemudian bisa dijadikan acuan untuk mempengaruhi dan

memformulasikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari para siswa

(pelajar).

Dari uraian di atas, penulis sangatlah tertarik ingin lebih jauh mengkaji tentang

nilai-nilai pendidikan akhlak pada pemikiran Imam Nawawi al-Bantani melalui

sebagian karyanya yang cukup fundamental yaitu kitab Nashaih al-‘Ibad yang di

3Munzier dan Ali, Watak Pendidikan Islam (Jakarta Utara: Farika Agung Insani, 2008), 89.

4Achmad Mubarok dan Syamsul Yakin, Buku Seri Akhlak Mulia Mengukir Jati Diri (Bandung:

PT. Imperial Bhakti Utama, 2011), 3. 5Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhaj al-Muslim, Terj. Mustofa, Aini, Amir Hamzah Fachrudin

dan Kholif Mutaqin (Malang: PT. Megatama Sofwa Pressindo, t.t.), 223.

Page 4: THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF …

Abdul Khamid: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaih al-‘Ibad

32 | POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Januari – Juni 2019

dalamnya terdapat beberapa uraian tentang pendidikan akhlak. Penulis berusaha untuk

menyusun sebuah artikel tentang nilai-nilai pendidikan akhlak persepektif Imam

Nawawi al-Bantani dalam kitab Nashaih al-‘Ibad.

B. Pendidikan Akhlak

Pendidikan dapat ditinjau dari dua segi pandangan masyarakat dan dari

pandangan induvidu. Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewarisan

kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda agar hidup masyarakat itu tetap

berkelanjutan nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi. Dilihat

dari kacamata induvidu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang

terpendam dan tersembunyi. Manusia mempunyai berbagai kesanggupan yang mana

ketika pandai menggunakannya bisa berubah menjadi emas dan intan dengan kata lain

kemakmuran manusia tergantung pada keberhasilan pendidikannya dalam mencari dan

menggarap kekayaan yang terpendam pada setiap individu.6

Pengertian pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dan

kehidupan manusia. Jalaluddin mengatakan bahwa pendidikan sebagai salah satu

kebutuhan, fungsi sosial, sebagai bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan

dan membukakan serta membentuk disiplin hidup.7 Ada juga yang mengartikan

pendidikan sebagai transmisi dan seseorang kepada orang lain baik keterampilan, seni

maupun ilmu. Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing yang belum

dewasa untuk mencapai kedewasaan. Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan

secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siswa menuju

terbentuknya keperibadian yang utama.8

Jadi, pendidikan itu merupakan sesuatu yang mendasar bagi manusia yang harus

diberikan, karena pendidikan kunci kesuksesan dalam menjalankan kehidupan ini, baik

berkeluarga, bermasyarakat, maupun berbangsa dan bernegara.

Adapun akhlak secara bahasa berasal dari bahasa Arab akhlaqun merupakan

bentuk jamak dari kata khuluqun yang artinya: budi pekerti, tingkah laku atau tabiat.

6Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001), 38.

7Jalaluddin, Teologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 67.

8Mansur Isna, Diskursus..., 38.

Page 5: THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF …

Abdul Khamid: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaih al-‘Ibad

POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Januari – Juni 2019 | 33

Gambaran batin manusia, meliputi jiwa dan sifat-sifatnya. Sedangkan gambaran bentuk

luarnya raut muka, warna kulit, tinggi, rendah tubuh.9

Pengertian akhlak secara istilah dapat disimak dari beberapa pendapat atau

pengertian sebagai berikut:

Muhammad Jamaluddin al-Qasimi mendefinisikan akhlak sebagai keadaan yang

tertanam di dalam jiwa, yang mewujudkan atau melahirkan perbuatan-perbuatan dengan

mudah dan gampang tanpa butuh berfikir atau diangan-angan terlebih dahulu.10

Menurut Imam al-Ghozali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang

menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan.11

Muhaimin Mujib menyatakan akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang

tertanam dalam jiwa, dengan sorot dan timbangannya seorang dapat menilai perbuatan

baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkan.12

Jadi, pendidikan akhlak adalah suatu usaha mengembangkan diri sesuai

kebutuhan yang diyakini benar oleh seseorang atau kelompok sehingga menjadi

kebiasaan yang terbentuk dengan sendirinya tanpa dipikirkan dan tanpa direncanakan

terlebih dahulu. Dengan demikian akan tercapailah tatanan kehidupan dunia yang damai

dan sejahtera antara penghuninya saling mengasihi, menghormati, juga melindungi serta

mengajak ke arah perilaku yang diridhai Allah dan utusannya.

C. Deskripsi Pemikiran Imam Nawawi tentang Nilai Pendidikan Akhlak dalam

kitab Nashaih al-‘Ibad

Salah satu kitab yang terkenal karya Imam Nawawi al-Bantani yang berbicara

tentang pendidikan akhlak secara mendalam adalah kitab Nashaih al-‘Ibad yang

berisikan nasehat-nasehat orang alim, yang luas ilmu pengetahuannya, seorang hafiz,

Karakteristik pemikiran pendidikan akhlak Imam Nawawi al-Bantani dalam kitab

tersebut dapat digolongkan dalam corak praktis yang tetap berpegang teguh pada al-

Qur`an dan Hadits.

9Muhaimin, et.al., Dimensi-dimensi Studi Islam (Surabaya: Karya Abditama, 1994), 56.

10Muhammad Jamaludin al-Qasimi, Mauizhah al-Mu’minin (Jakarta: Dar al-Kutub Al-Islamiyah,

2005), 4. 11

Muhammad al-Ghazali, Al-‘Ilm, Terj. Muhammad Baqir (Bandung: Karunia, 1996), 52. 12

Muhaimin, et.al., Dimensi-dimensi..., 56.

Page 6: THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF …

Abdul Khamid: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaih al-‘Ibad

34 | POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Januari – Juni 2019

Pendidikan budi pekerti sering diartikan dengan pendidikan akhlak. Budi pekerti

dan akhlak merupakan dua istilah yang memiliki kesamaan esensi, walaupun akhlak

memiliki cakupan pengertian watak, sikap, sifat, moral yang tercermin dalam tingkah

laku baik dan buruk yang terukur oleh norma-norma sopan santun, tata karma dan adat

istiadat. Sedangkan akhlak diukur dengan menggunakan norma-norma agama.13

Pemikiran-pemikiran Imam Nawawi al-Bantani tentang akhlak di dalam kitab

Nashaih al-‘Ibad memang sangat luas. Di dalam kitab ini terdapat banyak nilai-nilai

pendidikan akhlak yang bisa ditanamkan dan diterapkan kepada para pelajar, agar

mereka mengetahui dan bisa melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Di antara

nilai-nilai pendidikan akhlak yang dapat penulis analisis dari kitab Nashaih al-‘Ibad

karya Imam Nawawi al-Bantani menjadi tiga pembagian besar yaitu: (1) akhlak

terhadap Allah SWT; (2) akhlak terhadap diri sendiri; dan (3) akhlak terhadap

masyarakat.

1. Pendidikan Akhlak terhadap Allah SWT

a. Pendidikan rela dengan keputusan Allah SWT

Manusia harus selalu dibiasakan untuk rela terhadap apa saja yang sudah

menjadi keputusan Allah, karena rela dengan keputusan Allah SWT adalah merupakan

buah dari rasa cinta kepadaNya. Dengan itu pula seseorang akan selalu memiliki sikap

selalu memiliki perasangka baik kepada Allah SWT. Dalam kitab Nashaih al-‘Ibad

dikatakan:

الر خاء وت رضى على ونشكر على البلء وما علمة ايانكم قا لوانصب م ل ى الله عليو وس ف قال صل ؤمنون حقا ورب الكعبة.ق ف ، بلقضاء

ال عليو الس لم: ان تم الم

Nabi bertanya: “apakah tanda keimanan kalian? Para sahabat menjawab: kami

bersabar dalam menghadapi musibah, kami bersyukur atas nikmat di waktu

kelapangan, dan rela menerima semua ketetapan Allah, lalu Nabi bersabda:

kalau begitu kalian benar-benar orang mukmin yang sebenarnya. Demi Tuhan

Pemilik Kabah.”14

Rela dengan keputusan Allah adalah meyakini bahwa seluruh perbuatan Allah

terjadi pada pihak yang paling tepat, paling adil, paling baik dan paling sempurna

b. Pendidikan untuk selalu cinta terhadap Allah SWT

13

Ahmad, Implementasi Akhlak Qur’ani (Bandung: PT. Telekomunikasi Indonesia, 2002), 34. 14

Muhammad Nawawi ibn „Umar al-Jawi, Nashaih al-‘Ibad (Semarang: Karya Putra, t.t.), 13.

Page 7: THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF …

Abdul Khamid: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaih al-‘Ibad

POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Januari – Juni 2019 | 35

Allah SWT adalah Yang Maha Agung untuk dicintai, Yang Maha Mulia untuk

dicintai, Yang Maha Perkasa untuk dicintai, Yang Maha Sempurna untuk dicintai serta

Yang Maha Tinggi untuk dicintai. Dialah Yang Maha Pengampun yang mengampuni

sebanyak apa pun dosa dan yang menutupi sebesar apa pun aib, Dia Yang Maha Mulia

yang nikmat-nikmat-Nya tidak mampu untuk disyukuri seluruhnya, dosa-dosa manusia

kepada-Nya, senantiasa naik sementara karunia-Nya senantiasa turun, kebaikan-Nya

meliputi seluruh makhluk-Nya, dan kesempurnaan serta keindahan-Nya membuat hanya

Dialah yang layak untuk dicintai dan disembah. Demi Allah, tidaklah seorang mukmin

dapat merasakan manis yang seperti manisnya cinta dan iman kepada-Nya, tidak pula

dia mendapatkan kemuliaan yang lebih tinggi dan lebih mulia dari pada penghambaan

diri kepada-Nya yang disandangnya. Dalam kitab Nashaih al-‘Ibad dikatakan:

حب ما احب ف الله أ ل ت عا حب و الله أ حب من أ حب االله احب من احب و الله ت عال ومن أ من .و النا س ف ن لا ي عر أ حب أ حب ف الله ت عا ل أ حب ما أ ت عال ومن

“Barang siapa mencintai Allah, maka ia akan mencintai orang yang Allah cintai,

dan barang siapa mencintai orang yang Allah cintai, maka ia akan mencintai

sesuatu karna Allah, dan barang siapa mencintai sesuatu karena Allah, maka ia

akan berusaha agar amalnya tidak diketahui orang lain.”15

Adapun tanda-tanda cinta kepada Allah:

1) Kecondongan hati yang terus menerus kepada yang dicintai, maka jangan

sampai hati terlalaikan dari Allah SWT. dalam cinta kepada-Nya.

2) Lebih mengutamakan ketaatan kepada-Nya dan beribadah serta menghadap-

kan diri sepenuhnya kepada-Nya, dan mendekatkan diri kepada-Nya, dari

pada segala kesenangan dunia dan apa-apa yang menyertainya.

3) Menyukai dan memperbanyak zikir kepada-Nya, serta mengingatkan manusia

agar berzikir kepada Allah SWT.

4) Hendaknya menyerahkan sepenuh diri kepada-Nya, hingga tidak tersisa

sedikit pun. Maka seluruh tekad, semangat, perbuatan, pikiran, harta, dan

waktu seluruhnya untuk Allah SWT. serta untuk menggapai keridhaan-Nya.

Seorang yang menuntut ilmu hendaklah cinta kepada Allah karena Allah adalah

sang maha segala-galanya, maha memahamkan dan memudahkan dalam segala hal,

15

Ibid.,18.

Page 8: THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF …

Abdul Khamid: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaih al-‘Ibad

36 | POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Januari – Juni 2019

sehingga ketika sang maha pencipta mencintai orang yang mencintai-Nya, maka apapun

yang diinginkan pasti akan diberikan termasuk jalan dimudahkanya dalam menuntut

ilmu.

2. Pendidikan berakhlak terhadap diri sendiri

a. Pendidikan untuk selalu bersikap wara’

Wara’ adalah meninggalkan yang meragukan, menentang yang membuat tercela,

mengambil yang lebih terpercaya, mengarahkan diri kepada yang lebih hati-hati.

Singkatnya, wara’ adalah menjauhi yang syubhat dan mengawasi yang berbahaya.

Wara’ merupakan senjata sakti perjuangan agama. Dengan wara’ yang

menjadikan ciri para ulama yang mengamalkannya ilmunya. Pahamilah bahwasannya

orang yang memperoleh sesuatu yang haram, maka sedikitlah pertolongan dari Allah

untuk beramal shalih. Di dalam kitab Nashaih al-‘Ibad dikatakan:

من لا ادب لو لا علم لو ومن لا صب ر لو لا دين لو ومن لا ورع لو لا زلفى لو “Orang yang tidak memiliki sopan santun berarti dia tidak berilmu, orang yang

tidak sabar, berarti ia tidak menghayati agamanya. Dan orang yang tidak

memiliki sifat wara’, berarti tidak memiliki derajat.”16

Wara’ yaitu menjauhkan diri dari dosa, maksiat, dan syubhat (perkara yang tidak

diketahui halal dan haramnya, seorang hamba tidak akan mencapai tingkat muttaqin,

hingga dia meninggalkan apa yang bahaya baginya, karena takut terhadap hal yang

bahaya baginya.17

b. Pendidikan untuk selalu bersabar

Seorang yang berakal ialah yang sabar menempuh segala macam kesulitan,

berhati tabah menghadapi segala macam rintangan serta berani mengorbankan jiwa

untuk menyingkirkan apa saja yang menghalangi usahanya dengan sungguh

keberanian.18

Karena sabar merupakan sendi dasar yang harus dimiliki selama masih

hidup di dunia, maka termasuk juga akhlak yang mulia. Dalam kitab Nashaih al-‘Ibad

dikatakan:

من لا ادب لو لا علم لو ومن لا صب ر لو لا دين لو ومن لا ورع لو لا زلفى لو

16Ibid., 11.

17Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Hadad, Risalah al-Mua’awanah, Terj. oleh Ihsan

dan Suchaimi, Ainul Ghoerry, Jalan Menempuh Ridho Allah (Surabaya: Al-Hidayah, 2010), 93. 18

Musthafa al-Ghalayini, Bimbingan Menuju Akhlak Luhur, Terj. Abdai Rathomy (Semarang:

PT. Karya Toha Putra, 2000), 5.

Page 9: THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF …

Abdul Khamid: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaih al-‘Ibad

POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Januari – Juni 2019 | 37

“Orang yang tidak memiliki sopan santun berarti dia tidak berilmu, orang yang

tidak sabar, berarti ia tidak menghayati agamanya. Dan orang yang tidak

memiliki sifat wara’, berarti tidak memiliki derajat.”19

Allah SWT berfirman-Nya:

“Wahai orang-orang yang beriman! mohonlah pertolongan kepada Allah dengan

sabar dan shalat. Sungguh Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-

Baqarah: 153)

Ulama‟ membagi sabar menjadi tiga:

1) Sabar dalam musibah, yaitu kerelaan menerima kehendak Allah yang pada

awalnya terasa tidak nyaman seperti sakit, kurang harta, ketakutan, kelaparan,

bencana alam dan sebagainya.

2) Sabar dalam ibadah, kerelaan melakukan kehendak Allah yang wujud dalam

perintah-perintah-Nya.

3) Sabar dalam maksiat, kerelaan diri menerima ujian melakukan hal-hal yang

menjadi larangan-Nya.20

Oleh karena itu, sabar adalah separuh iman, sebab tidak satupun maqam iman

kecuali disertai kesabaran. Bahkan Allah akan memberikan derajat yang tinggi dan

kebaikan, dan menjadikannya sebagai buah dari kesabaran.

3. Pendidikan berakhlak terhadap masyarakat

a. Pendidikan untuk selalu jujur

Pengertian jujur ialah benar, benar dalam arti setiap perkataan dan perbuatan

yang dilakukan tidak saling bertentangan. Seseorang muslim yang jujur, maka

perbuatanya tidak pernah menyimpang dari perkataannya. Islam mengajarkan kepada

kita untuk selalu berbuat jujur. Jujur adalah suatu sifat atau sikap seseorang yang

menyatakan sesuatu dengan sebenar-benarnya, tanpa ditambah atau dikurangi.21

Sikap jujur termasuk akhlak yang terpuji dan mulia. Anak yang jujur berarti

orang yang memiliki akhlak yang mulia dan merupakan sifat dan sikap yang terpuji dan

19

Muhammad Nawawi ibn „Umar al-Jawi, Nashaih al-‘Ibad... 20

Ahmad Sultoni, Sang Maha Segalanya Mencintai Sang Mahasiswa (Salatiga: STAIN Salatiga

Press, 2007), 153. 21

Sumitro, Akidah Akhlak (Jakarta: PT. Listafariska Putra, 2005), 26.

Page 10: THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF …

Abdul Khamid: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaih al-‘Ibad

38 | POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Januari – Juni 2019

disenangi oleh Allah SWT.22

Kejujuran yang dibangun antar sesama merupakan tali

pengikat hubungan soial, ekonomi, dan politik yang kemudian dapat mendorong

pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa. Di dalam kitab Nashaih al-‘Ibad

dikatakan:

اللوة وق ول الق ف العسرة والعف ة ف الغضب والود عند ل: العفو اصعب الأعمال اربع خصا ان .وه ي رج او فو المن ي

“Amal perbuatan yang paling berat ada empat: memberi maaf ketika marah,

suka berderma di saat melarat, ‘iffah (memelihara diri dari yang haram) ketika

sendirian, dan berkata benar (jujur) terhadap orang yang ditakuti atau orang yang

diharapkan jasanya.23

Allah SWT. berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah, dan bersamalah

kamu dengan orang-orang yang benar.” (Q.S. Al-Taubah: 119)

Ucapan dapat menjadi agung dan tinggi nilainya, apabila sesuai dengan

kenyataan yang ada, akan tetapi dapat menjadi kecil atau rendah nilainya, apabila tidak

sesuai dengan kenyataan yang ada. Benar tidaknya dan baik buruknya suatu perkataan

itulah yang menyebabkan seseorang dipuji dan dihormati orang lain, atau bahkan akan

dicela dan dihinakan.24

Maka hendaklah seorang selalu berkata dan berbuat dengan jujur dalam

pergaulan dalam bermasyarakat sesuai dengan petunjuk di atas agar terhindar dari

celaan masyarakat, meninggikan kehormatan, dan yang paling penting menjalankan

ajaran suri tauladan yang baik bagi manusia yakni Rasulullah SAW. dan mengamalkan

sifat tersebut.

b. Pendidikan untuk selalu adil

Hendaknya manusia selalu berbuat adil dalam perkataan maupun perbuatan.

Memilih keadilan di dalam seluruh urusannya sampai keadilan menjadi akhlaknya,

menjadi sifat yang tidak dapat terpisah darinya. Maka keluarlah darinya kalimat-kalimat

22

Sugiyono, Sejarah Kebudayaan Islam (Semarang: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2012),

15. 23

Muhammad Nawawi ibn „Umar al-Jawi, Nashaih al-‘Ibad…, 29 24

Musthafa al-Ghalayini, Bimbingan…, 160.

Page 11: THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF …

Abdul Khamid: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaih al-‘Ibad

POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Januari – Juni 2019 | 39

dan perilaku yang adil, jauh dari kesewenang-wenangan, kezhaliman, maupun

penyelewengan.

Keadilan hendaknya ditegakkan di mana saja dan kepada siapa saja. Setiap

muslim diperintahkan untuk berbuat adil kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada

teman-teman, dan kepada siapapun. Orang yang diperlakukan adil akan merasa senang,

puas, dan merasa dihargai. Sehingga dengan adanya keadilan akan menciptakan

masyarakat yang aman dan tentram. Di dalam kitab Nashaih al-‘Ibad dikatakan:

مراء د حسن ولكن و من الأ أح كل والعدل من

“Sikap adil dari setiap orang itu bagus, tapi dari pejabat lebih bagus.25

Keadilan memiliki beberapa aspek yang dapat ditunjukkan, antara lain:

1) Adil menghukumi antar manusia, dengan memberikan hak-hak kepada

masing-masing yang berhak dan barang-barang yang menjadi haknya.

2) Adil di antara para istri dan anak-anak dengan tidak memberikan kelebihan

dan mengutamakan salah satu atas lainnya atau kepada sebagian atas sebagian

yang lainnya.

3) Adil di dalam perkataan, hingga tidak bersumpah palsu, berkata dusta atau

batil.

4) Adil di dalam berkeyakinan, sehingga tidak meyakini hal-hal yang tidak

benar, tidak jujur dan hati tidak ragu-ragu pada sesuatu yang tidak benar dan

tidak nyata.26

Seorang pelajar hendaklah memilih keadilan di dalam seluruh urusannya sampai

keadilan menjadi akhlaknya, menjadi sifat yang tidak dapat terpisah darinya. Oleh sebab

itu, hendaknya selalu berusaha untuk dapat berbuat adil, dan jangan sekali-kali berbuat

zalim. Berbekal dengan sifat adil sejak dini yang mana suatu saat menjadi pemimpin

bisa berlaku kepada rakyat dengan adil, orang-orang yang berada dalam kekuasaan

adalah tanggung jawab seorang pemimpin.

25

Muhammad Nawawi ibn „Umar al-Jawi, Nashaih al-‘Ibad, 20. 26

Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhaj al-Muslim…, 242.

Page 12: THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF …

Abdul Khamid: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaih al-‘Ibad

40 | POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Januari – Juni 2019

D. Relevansi Nilai Pendidikan Akhlak Kitab Nashaih al-‘Ibad dalam Konteks

Kehidupan Pelajar Sekarang

Dari keterangan di atas, banyak nilai-nilai akhlak yang dapat diambil dari kitab

Nashaih al-‘Ibad dan dapat diterapkan kepada para pelajar sekarang, untuk menata

kehidupan mereka yang saat ini sedang dalam kemerosotan moral.

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu

kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan cita-cita untuk maju,

sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.

Individu manusia lahir tanpa memiliki pengetahuan apapun, tetapi ia telah

dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkannya untuk menguasai berbagai

pengetahuan dan peradaban. Dengan memfungsikan fitrah itulah ia belajar dari

lingkungan dan masyarakat orang dewasa yang mendirikan institusi pendidikan.27

Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia berkualitas secara lahiriyah dan

bathiniyah. Secara lahiriyah pendidikan menjadikan manusia bermanfaat bagi dirinya

dan orang lain, serta dapat menentukan arah hidupnya ke depan. Sedangkan cara

bathiniyah pendidikan diharapkan dapat membentuk jiwa-jiwa berbudi, tahu tata krama,

sopan santun dan etika dalam setiap gerak hidupnya baik personal maupun kolektif. Hal

ini mangandung arti bahwa pendidikan akan membawa perubahan pada setiap orang

sesuai dengan tata aturan.

Akhlak Islam adalah suatu keyakinan terhadap nilai-nilai ketuhanan di dalam

kehidupan nyata semata-mata untuk meraih ridha Allah SWT. Akhlak merupakan

aktifitas lahir sekalian batin. Aktifitas lahir Nampak dalam budi pekerti terpuji dan

aktifitas batin nampak dalam bentuk keteguhan dan kekuatan jiwa, menumbuhkan

optimisme dan tekat yang kuat.28

Pendidikan akhlak yang ada pada kitab Nashaih al-‘Ibad sangatlah relevan jika

diterapkan untuk pelajar sekarang, karena dalam pembahasannya tentang pendidikan

akhlak. Sehingga apabila diterapkan pada para pelajar, mereka akan menjadi orang yang

cerdas hati dan pikirannya serta menjadi lebih kuat dalam mengarungi dan menghadapi

tantangan kehidupan yang akan datang.

27

Munzier dan Ali, Watak Pendidikan Islam…, 1. 28

Muhaimin, et.al., Dimensi-dimensi..., 57.

Page 13: THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF …

Abdul Khamid: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaih al-‘Ibad

POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Januari – Juni 2019 | 41

Adapun nilai-nilai pendidikan akhlak yang relevan dapat diambil dan diterapkan

terhadap dunia pendidikan sekarang dari kitab Nashaih al-‘Ibad karya Imam Nawawi

al-Bantani antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama, rela dengan keputusan Allah adalah meyakini bahwa seluruh perbuatan

Allah terjadi pada pihak yang paling tepat, paling adil, paling baik dan paling sempurna.

Selalu rela dengan apa yang sudah menjadi keputusan Allah SWT ini, relevan sekali

dengan pendidikan para pelajar sekarang. pendidikan ini harus diberikan kepada para

pelajar saat ini. Karena kebanyakan mereka saat ini belum seperti itu. Mereka masih

memiliki prasangka buruk terhadap tuhannya ataupun orang lain apabila ada suatu

kejelekan menimpanya. Dengan pendidikan ini mereka akan tertuntut menjadi manusia

yang bijaksana dalam segala hal yang menimpa padanya, karena mereka sadar

semuanya itu adalah memang sudah keputusan dari Allah SWT, dan itulah yang

memang terbaik untuknya.

Kedua, pendidikan untuk selalu cinta kepada Allah SWT sangat relevan dengan

konteks pelajar sekarang. Para pelajar diberikan sebuah pengertian akan pentingnya

cinta kepada Allah SWT dengan tujuan bisa direalisasikan dalam kehidupan, saat ini

seringkali melanggar aturan-aturan yang ada, baik itu aturan yang dibuat manusia

maupun aturan yang dibuat oleh Sang Pembuat manusia (Allah SWT), itu semua

dikarenakan kurangnya rasa cinta kepada Allah SWT. Sebab rasa cinta yang dalam

kepada Allah, itu akan membuat manusia mau melakukan hal-hal yang baik. Walaupun

hal itu berat dan susah, mereka akan tetap rela melakukannya, karena bukti rasa cinta

adalah mau melakukan hal-hal yang disukai oleh yang dicintai (Allah). Dan Allah

sangat mencintai orang orang yang berbuat kebaikan.

Ketiga, pendidikan sikap wara’ ini sangat relevan jika ditanamkan kepada para

pelajar sekarang, karena kenyataan bahwa yang menghantarkan mereka pada hal-hal

yang tidak sesuai dengan norma-norma agama maupun kehidupan adalah tidak adanya

pengetahuan tentang sikap ini. Sehingga mereka terbiasa melakukan hal-hal yang

mereka anggap itu adalah sesuatu yang biasa dan remeh, akan tetapi berpotensi pada

dosa besar, seperti mulanya para pelajar sekarang saling memandang, berpegangan

tangan, berboncengan tanpa ada alasan, berpelukan, berciuman dan lain sebagainya,

yang semuanya itu belum ada ikatan yang sah. Yang kesemuanya itu adalah perbuatan-

perbuatan yang bisa menjatuhkan pada perzinaan. Maka dari itu, sangatlah cocok untuk

Page 14: THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF …

Abdul Khamid: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaih al-‘Ibad

42 | POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Januari – Juni 2019

diajarkan kepada pelajar sekarang akan pentingnya bersikap wara’ dalam kehidupan

setiap hari, baik di sekolah maupun lingkungan luar sekolah supaya terhindar dari dosa-

dosa besar yang dianggap hal yang remeh.

Keempat, pendidikan untuk selalu jujur sangat relevan dengan kehidupan dalam

sebuah kemasyarakatan, orang bisa dikatakan baik oleh masyarakat dikarenakan dari

sifat kejujuran dalam bersosialisali kepada masyarakat, karena banyaknya dijumpai

seorang pemuda dalam bergaul tidak jujur dan mengedepankan kepentingannya sendiri,

guna menyukseskan kepentingannya sendiri, sesuatu yang burukpun dilakukannya

dengan berkata yang tidak jujur, padahal jujur adalah kunci sebuah kesuksesan. Oleh

karenanya, hal demikian perlunya penanaman sikap jujur dalam pendidikan untuk selalu

berkata jujur atas segala sesuatu perkataan, sangat dibutuhkan untuk merubah sikap

mereka yang sering tidak jujur dalam bermasyarakat, karena sekali tidak jujur maka

akan mengulang kedua, ketiga dan selanjutnya.

E. Kesimpulan

Dalam kitab Nashaih al-‘Ibad beliau memaparkan betapa pentingnya pendidikan

pada segala sendi kehidupan. Manusia harus memiliki pendidikan sebagai pembeda dari

makhluk lain. Bahkan pentingnya pendidikan dalam Islam sampai diibaratkan seperti

dua sisi dari sekeping mata uang, artinya Islam dan pendidikan mempunyai hubungan

filosofis yang sangat mendasar dan tidak dapat dipisahkan.

Dari pemaparan Imam Nawawi Al-Bantani, nilai-nilai pendidikan akhlak yang

ada pada kitab Nashaih al-‘Ibad dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pendidikan

berakhlak kepada Allah SWT, pendidikan berakhlak kepada diri sendiri, dan pendidikan

berakhlak terhadap masyarakat.

F. Daftar Pustaka

Ahmad. Implementasi Akhlak Qur’ani. Bandung: PT. Telekomunikasi Indonesia, 2002.

Al-Ghalayini, Musthafa. Bimbingan Menuju Akhlak Luhur. Terj. Abdai Rathomy.

Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2000.

Al-Ghazali, Muhammad. Al-‘Ilm. Terj. Muhammad Baqir. Bandung: Karunia, 1996.

Al-Hadad, Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad. Risalah al-Mua’awanah. Terj.

oleh Ihsan dan Suchaimi, Ainul Ghoerry. Jalan Menempuh Ridho Allah.

Surabaya: Al-Hidayah, 2010.

Page 15: THE VALUES OF MORAL EDUCATION ON THE PERSPECTIVE OF …

Abdul Khamid: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaih al-‘Ibad

POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Januari – Juni 2019 | 43

Al-Jawi, Muhammad Nawawi ibn „Umar. Nashaih al-‘Ibad. Semarang: Karya Putra,

t.t.

Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. Minhaj al-Muslim. Terj. Mustofa, Aini, Amir Hamzah

Fachrudin dan Kholif Mutaqin. Malang: PT. Megatama Sofwa Pressindo, 1998.

Al-Qasimi, Muhammad Jamaludin. Mauidzah al-Mu’minin. Jakarta: Dar al-Kutub Al-

Islamiyah, 2005.

Djabbar, Umar Abdul. Ringkasan Nurul Yaqin Terjemahan. Jilid 1. Surabaya: Toko

Kitab Ahmad Nabhan, t.t.

Isna, Mansur. Diskursus Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001.

Jalaluddin. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Mubarok, Acmad dan Yakin, Syamsul. Buku Seri Akhlak Mulia Mengukir Jati Diri.

Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama, 2011.

Muhaimin, et.al. Dimensi-dimensi Studi Islam. Surabaya: Karya Abditama, 1994.

Munzier dan Ali. Watak Pendidikan Islam. Jakarta Utara: Farika Agung Insani, 2008.

Sugiyono. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,

2012.

Sultoni, Ahmad. Sang Maha Segalanya Mencintai Sang Mahasiswa. Salatiga: STAIN

Salatiga Press, 2007.

Sumitro. Akidah Akhlak. Jakarta: PT. Listafariska Putra, 2005.

Zaenuri dan Siroj, Adib Al Arif. Hebatnya Akhlak di Atas Ilmu dan Tahta. Surabaya:

Bintang Books, 2009.