rancangan reklamasi lahan pada kegiatan …
TRANSCRIPT
0
RANCANGAN REKLAMASI LAHAN PADA KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL
DI PT ANEKA TAMBANG TBK KOLAKA
PLAN FOR LAND RECLAMATION OF NICKEL ORE MINING AT PT ANEKA TAMBANG TBK
IN KOLAKA
ARIF NURWASKITO P0303206001
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2009
1
RANCANGAN REKLAMASI LAHAN
PADA KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL DI PT ANEKA TAMBANG TBK KOLAKA
Tesis
Sebagai salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Disusun dan diajukan Oleh
ARIF NURWASKITO Nomor Pokok P0303206001
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2009
2
TESIS RANCANGAN REKLAMASI LAHAN
PADA KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL DI PT ANEKA TAMBANG TBK KOLAKA
Disusun dan diajukan Oleh
ARIF NURWASKITO Nomor Pokok P0303206001
telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis pada tanggal 30 Januari 2009
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui Komisi Penasihat,
Prof.Dr.Ir. Abubakar Tawali Dr.Ir. A. M. Imran Ketua Anggota
Prof.Dr.Ir. Ngakan Putu Oka, M.Sc. Prof.Dr.dr. A.Razak Thaha, M.Sc.
Ketua Program Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Direktur Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
3
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ARIF NURWASKITO
Nomor Mahasiswa : P0303206001
Program Studi : Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari
ternyata terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan
tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Makassar, Januari 2009
Yang menyatakan, Arif Nurwaskito
4
PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penyusunan tesis ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ayahanda H.Sartimin HS, Ibunda Hj.Rumijati,
Ibunda Hj.Nuryati Chamdan, istri Ariyanti Inayah, SE., M.Si., atas segala
do’a, dukungan moral dan material, serta kasih sayang yang tulus.
Kemudian penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Prof.Dr.Ir. Abubakar Tawali sebagai Ketua Penasihat dan Bapak
Dr.Ir. A.M. Imran sebagai Anggota Penasihat atas bantuan, bimbingan,
dan arahannya selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. dr. A. Razak Thaha, M.Sc. selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
2. Bapak Prof.Dr.Ir. Ngakan Putu Oka, M.Sc. selaku Ketua Progam
Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Baharuddin Nurkin, M.Sc. selaku Ketua Konsentrasi
Manajemen Lingkungan.
4. Bapak Dr.Ir. Didi Rukmana, M.S., Bapak Prof.Dr.Ir. Hazairin Zubair,
M.S., dan Ibu Dr.Ir. Meta Mahendradatta, selaku Penguji Tesis.
5. Seluruh dosen dan staff administrasi PPS Unhas.
5
6. Segenap Pimpinan dan Karyawan PT. Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Nikel di Pomalaa tempat penelitian berlangsung.
7. Seluruh teman-teman PLH 06 yang selama ini bersama dan saling
memotivasi.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu selama
penulisan Tesis ini, semoga segala kebaikannya mendapat balasan dari
Allah SWT.
Makassar, Januari 2009 Arif Nurwaskito
6
ABSTRAK
ARIF NURWASKITO. Rancangan Reklamasi Lahan Pada Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel di PT Aneka Tambang Tbk Kolaka (dibimbing oleh Abubakar Tawali dan A.M. Imran). Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi erosi pada lahan pasca penambangan bijih nikel dan merancang kegiatan penataan lahan, penanggulangan erosi dan sedimentasi, serta pengelolaan tanah pucuk pada kegiatan reklamasi lahan pasca penambangan di PT Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Operasi Pomalaa. Penelitian dilakukan di Bukit AS yang termasuk Kuasa Pertambangan PT Aneka Tambang Tbk UBPN Operasi Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Data Sekunder meliputi peta topografi lokasi lahan yang akan direklamasi, data curah hujan, data tanah, data pelaporan pelaksanaan pengeloaan lingkungan dan pemantauan lingkungan, data laporan Amdal, serta data kegiatan penambangan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan data studi dokumen. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akibat kegiatan pembukaan lahan dan penambangan bijih nikel di Bukit AS PT Aneka Tambang Tbk UBPN Pomalaa menyisakan kerusakan lingkungan berupa lubang-lubang bekas galian, boulder yang berserakan, banyaknya vegetasi yang hilang, perginya fauna, rusaknya estetika alam, berkesan gersang, dan berpotensi erosi sebesar 6.238 ton/ha/tahun atau 52.396,08 ton/tahun untuk keseluruhan Bukit AS. Kegiatan reklamasi dilakukan untuk memperbaiki kerusakan alam dan menanggulangi erosi dengan sistem drainase yaitu pembuatan saluran pembuangan air dan cekdam, penataan lahan yang meliputi regrading, pengaturan bentuk lereng, pengaturan sistem pembuangan air, dan penanganan tanah pucuk dengan pengembalian top soil.
7
ABSTRACT
ARIF NURWASKITO. Plan for Land Reclamation of Nickel Ore Mining at PT Aneka Tambang Tbk in Kolaka (supervised by Abubakar Tawali and A.M. Imran). The study aims to analyze the potential for erosion in the post land of nickel ore mining and to plan arrangement, erosion and sedimentation preventation, and handling of top soil in the post land of nickel ore mining in PT Aneka Tambang Tbk, nickel mining business unit of Pomalaa. The study was conducted at Bukit AS belonging to PT Aneka Tambang Tbk, nickel mining business unit Pomalaa, Pomala regency, Southeast Sulawesi province. The secondary data comprising topographic map of land to be reclaimed, rainfall, soil, environmental management report and monitoring, environmental impact analysis report, and mining activities. The data were collected through interview, observation, and documentation and analyzed descriptively. The results of the study indicate that the land opening and nickel mining at Bukit AS by PT Aneka Tambang Tbk causes damage to environment in the form of holes due to excavation, scattered boulders, vegetation loss and fauna, damage to beauty of nature, bare, and potential for erosion as much as 6.238 tons/ha/year or 52.396,08 tons/year. The reclamation activities is made to repair the damage of environment and prevent erosion by drainage system, namely the making of drainage and check dam, regrading of land, sloping arrangement, drainage system arrangement, and handling of top soil.
8
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS iii
PRAKATA iv
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Erosi 7
B. Erosi Yang Diperbolehkan 14
C. Metode Pengendalian Erosi 15
D. Sistem Penirisan (Drainase) Tambang 17
E. Reklamasi Lahan Pasca Penambangan 24
F. Kerangka Pikir 28
9
BAB III METODE PENELITIAN 29
A. Jenis Penelitian 29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 29
C. Jenis dan Sumber Data 31
D. Teknik Pengumpulan Data 32
E. Analisis Data 33
F. Definisi Operasional 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40
A. Tinjauan Umum Lokasi Penelitian 40
B. Kondisi Lingkungan di Bukit AS 54
C. Dampak Potensi Erosi 60
D. Kondisi Lahan Yang Telah Di Reklamasi 63
E. Pembahasan 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 87
A. Kesimpulan 87
B. Saran 89
DAFTAR PUSTAKA 90
LAMPIRAN
10
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Skema Industri Pertambangan (Prodjosumarto, 1989) 2
2. Unsur-Unsur Penting Dalam Pendugaan Erosi 9
3. Peta Tunjuk Lokasi Penelitian 30
4. Bagan Alir Penelitian 36
5. Peta KP PT Aneka Tambang Tbk UBPN Operasi Pomalaa 41
6. Vegetasi Lokal di Lokasi Sekitar Bukit AS 47
7. Profil Nikel Laterit 50
8. Urutan Aktifitas Penambangan 53
9. Kondisi Lahan Bukit AS 56
10. Boulder 57
11. Tanaman Tumbuh di Lokasi Penelitian 58
12. Kondisi Lahan Yang Telah Di Revegetasi 64
13. Penampang Melintang Saluran Pembuangan Air 70
14. Hutan Asli Pomalaa 74
15. Dimensi Bench Yang Diusulkan 77
16. Bentuk Teras dan Desain Saluran Yang Diusulkan 78
17. Lokasi Penimbunan Top Soil 79
18. Pola Tanam Bujur Sangkar 83
11
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Jenis dan Nilai K 11
2. Nilai Faktor C (Pengelolaan Tanaman) 13
3. Nilai faktor P untuk berbagai tindakan konservasi tanah 14
4. Harga Koefisien Limpasan 22
5. Perbandingan Lebar Dasar Saluran Dengan Kedalaman Air 23
6. Data Jumlah Curah Hujan (MM) Tahunan Stasiun Pomalaa 43
7. Data Jumlah Hari Hujan (HH) Tahunan Stasiun Pomalaa 44
12
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Peta Topografi Daerah Sekitar Bukit AS Dan Rencana 92
Penempatan Cek Dam
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertambangan adalah suatu bentuk usaha dibidang sumberdaya
mineral. Kegiatan dalam usaha pertambangan tersebut meliputi pekerjaan
pencarian (prospeksi), penyelidikan (eksplorasi), penambangan
(eksploitasi), dan pengolahan, serta penjualan (marketing). Maksud dan
tujuan kegiatan industri pertambangan pada dasarnya adalah untuk
memanfaatkan sumberdaya mineral yang terdapat didalam perut bumi
demi kesejahteraan umat manusia (Prodjosumarto, 1989). Skema
kegiatan dalam industri pertambangan digambarkan pada Gambar 1.
Salah satu perusahaan yang bergerak pada industri pertambangan
adalah PT. Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN)
Operasi Pomalaa, merupakan salah satu perusahaan pertambangan yang
oleh pemerintah diberi Kuasa Pertambangan untuk melakukan proses
penambangan nikel laterit di Indonesia. Salah satu wilayah Kuasa
Pertambangannya terletak di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka,
Propinsi Sulawesi Tenggara. Daerah Kuasa Pertambangan PT Aneka
Tambang Tbk. UBPN Operasi Pomalaa meliputi area seluas kurang lebih
8.314,40 Ha.
14
Gambar 1. Skema Industri Pertambangan (Prodjosumarto, 1989).
EKSPLORASI
EVALUASI
MENGUNTUNGKAN TIDAK UNTUNG
PERENCANAAN TAMBANG
DEVELOPMENT
EXPLOITASI
Pengolahan Bahan Galian
METALURGI
PEMASARAN
ARSIP
PROSPEKSI
15
Dampak yang diperkirakan muncul dari kegiatan pertambangan
nikel di PT Aneka Tambang Tbk UBPN Operasi Pomalaa berupa dampak
positif dan dampak negatif. Dalam penelitian ini akan dibahas tentang
dampak negatif yang muncul bagi lingkungan fisik, yaitu potensi terjadinya
erosi, penurunan fungsi lahan, terganggunya flora dan fauna, perubahan
bentang alam, dan potensi terjadinya pencemaran air serta udara.
Manfaat industri pertambangan di Indonesia diantaranya adalah
(Coutrier, 2004) :
1. Bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah setiap
pembentukan perusahaan berarti pendapatan dari berbagai
jenis pajak, sekalipun perusahaan baru pada tahap eksplorasi.
2. Bagi masyarakat sekitar, kehadiran perusahaan merupakan
potensi multiplier effect ekonomi : kesempatan kerja baik
langsung maupun tidak langsung, penghasilan bagi pekerja
sekitar, dan transfer tehnologi.
3. Pengembangan teritorial dan pengadaan infrastruktur di daerah
terpencil yang belum terjangkau oleh program pembangunan
pemerintah.
4. Pengembangan masyarakat sekitar wilayah kegiatan
pertambangan (Pendidikan, Kesehatan, dan sebagainya).
Disamping keuntungan dan manfaat yang bisa diambil dari
pertambangan, ternyata operasi pertambangan yang dilakukan di
Indonesia seringkali menimbulkan berbagai dampak negatif, baik terhadap
16
lingkungan hidup, kehidupan sosial, ekonomi, budaya masyarakat adat
maupun budaya masyarakat lokal. Salah satu dampak negatif itu
disebabkan oleh kesalahan yang dilakukan perusahaan pertambangan
didalam pelaksanaan pengelolaannya.
Pada proses kegiatan penambangan berbagai dampak kerusakan
lingkungan dapat ditimbulkan, yaitu (Sjaepudin, 2002) :
a. Hilangnya keanekaragaman hayati dan pengundulan areal
penambangan.
b. Terganggunya tatanan aliran air permukaan dan menurunkan
kandungan air/kelembaban tanah yang secara langsung
mengakibatkan erosi permukaan tanah, meningkatkan debit air,
dan terjadi pendangkalan sungai karena sedimentasi.
c. Menurunkan kesuburan tanah, dengan hilangnya zat hara tanah
karena erosi, dan perubahan struktur tanah itu sendiri.
d. Naiknya temperatur muka tanah, disamping rawan kebakaran
juga akan mematikan benih tanaman asli.
Oleh karena itu para pengusaha pertambangan diwajibkan untuk
mengembalikan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup (overburden)
sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi dampak lingkungan negatif.
Untuk mengurangi dampak negatif kegiatan pertambangan, maka
kegiatan reklamasi lahan pasca penambangan harus mendapat perhatian
yang serius dari berbagai pihak yang terkait, khususnya pelaku kegiatan
pertambangan itu.
17
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penelitian ini mengambil
judul “RANCANGAN REKLAMASI LAHAN PADA KEGIATAN
PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL DI PT ANEKA TAMBANG Tbk KOLAKA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana potensi erosi pada lahan pasca penambangan bijih
nikel oleh PT Aneka Tambang Tbk UBPN Operasi Pomalaa di
Kolaka.
2. Bagaimana merancang kegiatan penataan lahan, penanggulangan
erosi dan sedimentasi, dan pengelolaan tanah pucuk pada
kegiatan reklamasi lahan pasca penambangan di wilayah Kuasa
Pertambangan PT Aneka Tambang Tbk UBPN Operasi Pomalaa di
Kolaka.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah
tersebut diatas, adalah:
1. Untuk menganalisis potensi erosi pada lahan pasca penambangan
bijih nikel oleh PT Aneka Tambang Tbk UBPN Operasi Pomalaa di
Kolaka.
18
2. Untuk merancang kegiatan penataan lahan, penanggulangan erosi
dan sedimentasi, dan pengelolaan tanah pucuk pada kegiatan
reklamasi lahan pasca tambang di wilayah Kuasa Pertambangan
PT Aneka Tambang Tbk UBPN Operasi Pomalaa di Kolaka.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa
manfaat yaitu:
1. Sebagai bahan pertimbangan kepada PT Aneka Tambang Tbk
didalam melaksanakan kegiatan reklamasi lahan pasca
tambang, khususnya pada kegiatan penataan lahan,
penanggulangan erosi dan sedimentasi, dan pengelolaan tanah
pucuk.
2. Bahan informasi bagi penulis lainnya yang berkeinginan untuk
mengkaji obyek yang sama baik di PT Aneka Tambang Tbk
maupun di perusahaan pertambangan lainnya di Indonesia.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Erosi
Secara umum dapat dikatakan bahwa erosi dan sedimentasi
merupakan proses terlepasnya butiran tanah dari induknya di suatu
tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air atau angin
kemudian diikuti dengan pengendapan material yang terangkut ditempat
lain (Suripin, 2004). Menurut Rahim (2000), erosi adalah peristiwa
hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yang
terangkut dari satu tempat ke tempat lain, baik disebabkan oleh
pergerakan air, angin dan/atau es.
Proses erosi ini dapat menyebabkan merosotnya produktivitas
tanah, daya dukung tanah untuk produksi pertanian, dan kualias
lingkungan hidup. Di daerah-daerah tropis yang lembab seperti di
Indonesia dengan rata-rata curah hujan melebihi 1500 mm per tahun
maka air merupakan penyebab utama terjadinya erosi, sedangkan
didaerah-daerah panas yang kering (arid) maka angin merupakan faktor
penyebab utamanya. (Suripin, 2004).
Untuk memperkirakan besarnya erosi, menggunakan persamaan
matematis dikemukakan oleh Wischmeir dan Smith (1978). Metode ini
20
telah meluas digunakan dibanyak tempat di dunia. Adapun rumus
dasarnya adalah (Rahim, 2000) :
E = R x K
Dimana:
E = Erosi tanah (ton/ha/tahun)
R= Faktor Erosivitas Hujan
K = Faktor Erodibilitas Tanah.
Rumus ini diperoleh dan dikembangkan dari kenyataan bahwa erosi
adalah fungsi erosivitas dan erodibilitas. Dalam menggunakan rumus ini di
satu wilayah dimana curah hujan dan jenis tanahnya relatif sama
sedangkan yang berbeda adalah faktor-faktor panjang lereng (L),
kemiringan (S), serta pengelolaan lahan (P) dan tanaman (C). Sedangkan
faktor R (erosivitas hujan) dan erodibilitas (K) relatif sama. Implikasinya
adalah bahwa pengendalian erosi dapat dilakukan melalui pengendalian
faktor L, sebagian faktor S, faktor C, dan faktor P. Pengendalian faktor-
faktor itu digabungkan kedalam dua macam pengelolaan lahan dan
pengelolaan tanaman (Gambar 2).
21
Sumber : Supli Effendi Rahim, 2000.
Gambar 2. Unsur-Unsur Penting Dalam Pendugaan Erosi
Persamaan untuk menghitung erosi lahan adalah persamaan
Musgrave, yang selanjutnya berkembang terus menjadi persamaan yang
sangat terkenal dan masih banyak dipakai sampai sekarang, yaitu disebut
Universal Soil Loss Equation (USLE). Persamaan tersebut dapat juga
memprediksi erosi pada lahan-lahan non pertanian, tapi tidak dapat untuk
memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari
erosi parit, tebing dan dasar sungai. (Suripin, 2004). Besarnya erosi dapat
diperkirakan dari persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE),
menurut Wischmeier & Smith (1960) adalah :
Erosivitas Erodibilitas
Curah Hujan
Energi Karakteristik Fisik Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan lahan tanaman E = R x K x LS x P x C
22
E = R K L S C P
Dengan :
E = Erosi tanah (ton/ha/tahun)
R = Faktor Erosivitas Hujan
K = Faktor Erodibiltas Tanah
L = Faktor Panjang Lereng
S = Faktor Kemiringan Lereng
C = Faktor Pengelolaan Tanah
P = Faktor Praktek Konservasi Tanah
Di Indonesia, data hujan yang tersedia hanyalah data yang
diperoleh dari Ombrometer. Dengan penggunaan alat ini hanya tercatat
data jumlah hujan. Untuk menentukan faktor erosivitas hujan (R),
faktor panjang lereng (L), dan faktor kemiringan lereng (S), Soemarwoto
(2005) memakai rumus-rumus sebagai berikut:
R = 0,41 x H1,09
L = 22Lo
S = 4,1
9)(s
Dengan
R = Faktor Erosivitas Hujan
H = Curah hujan tahunan (mm/tahun)
L = Faktor Panjang Lereng
Lo = Panjang Lereng (meter)
S = Faktor Kemiringan Lereng
s = Kemiringan Lereng (%)
23
Erodibilitas menunjukkan nilai kepekaan suatu jenis tanah terhadap
daya penghancuran dan penghanyutan air hujan. Faktor utama yang
mempengaruhi kepekaan tanah, yaitu sifat fisik tanah dan pengelolaan
tanah. Tanah dengan indeks erodibilitas tinggi adalah tanah yang peka
atau mudah tererosi, sedangkan tanah dengan indeks erodibiltas rendah
selalu diartikan bahwa tanah itu resistan atau tahan terhadap air. (Sutedjo,
2002). Nilai faktor erodibiltas tanah (K) dari berbagai jenis tanah
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis dan Nilai K
Jenis Tanah Nilai K
Latosol merah Latosol merah kuning Latosol coklat Lithosol (pada lereng tajam) Regosol (diatas colluvium) Regosol (pada puncak bukit) Gley humic Gley humic (diatas teras) Lithosol Grumosol Regosol Hydromorf abu-abu
0,12 0,12 0,26 0,23 0,27 0,16 0,29 0,31 0,13 0,16 0,21 0,20
Sumber: Ambar & Sjafrudin (1979), dalam Otto Soemarwoto (2005) Suripin (2004) mengemukakan bahwa faktor pengelolaan tanaman
(C), menggambarkan nisbah antara besarnya erosi dari lahan yang
bertanaman tertentu dengan pengelolaan tertentu terhadap besarnya
erosi tanah yang tidak ditanami. Faktor ini mengukur kombinasi pengaruh
tanaman dan pengelolaannya. Nilai faktor C untuk berbagai tanaman dan
24
pengelolaan tanaman yang bersumber dari berbagai penelitian disajikan
pada Tabel 2 (Suripin, 2004).
Nilai faktor tindakan manusia dalam konservasi tanah (faktor
konservasi praktis, P) adalah nisba antara besarnya erosi dari lahan
dengan suatu tindakan konservasi tertentu terhadap besarnya erosi pada
lahan tanpa tindakan konservasi. Yang termasuk dalam tindakan
konservasi tanah adalah penanaman dalam strip, pengolahan tanah
menurut kontur, guludan dan terras. Nilai dasar P adalah satu diberikan
untuk lahan tanpa tindakan konservasi. (Suripin, 2004). Nilai faktor P dapat
dilihat pada Tabel 3.
25
Tabel 2. Nilai Faktor C (Pengelolaan Tanah)
No. Macam Penggunaan Lahan Nilai Faktor C
1 Tanah terbuka, tanpa tanaman 1,0 2 Hutan atau semak belukar 0,001 3 Savannah dan Prairie dalam kondisi baik 0,01 4 Savannah dan Prairie yang rusak untuk gembalaan 0,1 5 Sawah 0,01 6 Tegalan Tidak Dispesifikasi 0,7 7 Ubi Kayu 0,8 8 Jagung 0,7 9 Kedelai 0,399 10 Kentang 0,4 11 Kacang Tanah 0,2 12 Padi Gogo 0,561 13 Tebu 0,2 14 Pisang 0,6 15 Akar Wangi (sereh wangi) 0,4 16 Rumput Bede (tahun pertama) 0,287 17 Rumput Bede (tahun kedua) 0,002 18 Kopi dengan Penutup Tanah Buruk 0,2 19 Talas 0,85
Kerapatan Tinggi 0,1 Kerapatan Sedang 0,2
20 Kebun Campuran
Kerapatan Rendah 0,5 21 Perladangan 0,4
Serasah Banyak 0,001 22 Hutam Alam Serasah Sedikit 0,005 Tebang Habis 0,5 23 Hutan Produksi Tebang Pilih 0,2
24 Semak Belukar, padang rumput 0,3 25 Ubi kayu + kedelai 0,181 26 Ubi kayu + kacang tanah 0,195 27 Padi – Sorghum 0,345 28 Padi – Kedelai 0,417 29 Kacang Tanah + Gude 0,495 30 Kacang Tanah + Kacang Tunggak 0,571 31 Kacang Tanah + mulsa jerami 4t/ha 0,049 32 Padi + Mulsa jerami 4t/ha 0,096 33 Kacang Tanah + Mulsa Jagung 4t/ha 0,128 34 Kacang Tanah + Mulsa Crotalaria 3t/ha 0,136 35 Kacang Tanah + Mulsa kacang tunggak 0,259 36 Kacang Tanah + Mulsa Jerami 2t/ha 0,377 37 Padi + Mulsa Crotalaria 3t/ha 0,387 38 Pola Tanaman Tumpang Gilir + Mulsa Jerami 0,079 39 Pola Tanaman Berurutan + mulsa sisa tanaman 0,357 40 Alang-Alang Murni Subur 0,001 41 Padang Rumput (stepa) dan savana 0,001 42 Rumput Brachiaria 0,002
Sumber: Suripin (2004)
26
Tabel 3. Nilai faktor P untuk berbagai tindakan konservasi tanah
Tindakan khusus konservasi tanah Nilai P Tanpa tindakan pengendalian erosi Terras bangku konstruksi baik
Konstruksi sedang Konstruksi kurang baik Terras tradisional
Strip tanaman Rumput bahia Clotararia Dengan kontur
Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur Kemiringan 0 – 8% Kemiringan 8 – 20% Kemiringan > 20%
1,00 0,04 0,15 0,35 0,40 0,40 0,64 0,20
0,50 0,75 0,90
Sumber : Arsyad, S (1989), Seto, A.K. (1991), dalam Suripin (2004).
B. Erosi Yang Diperbolehkan
Erosi yang diperbolehkan secara sederhana dapat dinyatakan
sebagai suatu laju erosi yang tidak melebihi laju pembentukan tanah.
Pengikisan tanah di bagian atas misalnya; akibat erosi, selalu diikuti oleh
pembentukan lapisan tanah baru pada bagian bawah profil tanah. Tetapi
laju pembentukan erosi ini umumnya tidak mampu mengimbangi
kehilangan tanah karena erosi dipercepat oleh manusia. (Suripin, 2002).
Erosi merupakan proses alamiah yang tidak bisa atau sulit untuk
dihilangkan sama sekali atau erosinya nol, khususnya lahan-lahan yang
diusahakan untuk pertanian. Tindakan yang dapat dilakukan adalah
mengupayakan agar erosi yang terjadi masih dibawah ambang batas
yang maksimum (soil loss tolerance), yaitu besarnya erosi yang tidak
melebihi laju pembentukan tanah yang hilang sehingga tingkat kesuburan
27
dan/atau produktivitas tanah tidak terganggu dan dapat dipertahankan
dalam waktu kewaktu.
Pembentukan tanah setebal 2,5 cm dalam 30 tahun, kira-kira setara
dengan 10 ton/ha/tahun. Sehingga secara umum dapat dianggap bahwa
apabila besarnya erosi, untuk lahan pertanian khususnya, masih lebih
kecil dari 10 ton/ha/tahun, maka erosi yang terjadi masih bisa dibiarkan,
selama pengelolaan tanah dan penambahan organik terus dilakukan.
(Suripin, 2002).
C. Metode Pengendalian Erosi
Teknik pencegahan erosi yang paling efektif (Asdak, 2002) adalah
melakukan kombinasi dari teknik vegetatif dan cara mekanik yaitu;
1. Cara Vegetatif
Mempertimbangkan bahwa aktifitas utama program konservasi tanah
dengan cara vegetatif bertumpu pada penanaman vegetasi maka hal-
hal yang berkaitan dengan kegiatan ini tanam-menanam. Hal tersebut
berkaitan dengan teknik-teknik silvikultur, pengetahuan tentang iklim,
tanah dan tidak kalah pentingnya adalah pengaruh manusia terhadap
keberhasilan atau kegagalan kegiatan penanaman vegetasi tersebut.
Secara umum keberhasilan penanaman vegetasi untuk tujuan
konservasi tanah akan ditentukan oleh keadaan:
a. Tanah dan curah hujan cukup memadai untuk menjamin
kelangsungan tumbuh vegetasi.
28
b. Jenis tanaman yang mudah beradaptasi dengan lingkungan
setempat atau jenis spesies vegetasi lokal harus diprioritaskan
penanamannya.
c. Jumlah biji vegetasi yang akan ditanam harus cukup, disiapkan
dengan baik dan ditanam dengan kedalaman yang memadai.
d. Persiapan lapangan secara mekanis sering diperlukan untuk
menjamin keberhasilan tanaman.
2. Cara Mekanik
Pencegahan erosi dengan cara mekanik bertumpu pada pembuatan
bangunan pencegahan erosi. Mempertimbangkan bahwa usaha
konservasi cara mekanik termasuk mahal, maka cara ini dapat
dianjurkan bila;
a. Air larian dan sedimen yang berasal dari daerah hulu akan
mengancam fasilitas-fasilitas penting di daerah hilir.
b. Reklamasi di daerah hulu tersebut dianggap penting bagi
kehidupan orang-orang di daerah tersebut.
c. Hasil produksi di daerah tersebut paling tidak sama atau bahkan
lebih besar daripada biaya yang akan dikeluarkan untuk pembuatan
bangunanpencegah banjir.
Tujuan utama pembuatan bangunan pencegah erosi adalah untuk
mengurangi kecepatan dan volume air larian serta kehilangan tanah
(erosi) dengan cara menahan air (hujan) tetap pada tempatnya atau
minimal mengurangi kecepatan alirannya. Bentuk bangunan pencegah
29
erosi yang umum dijumpai adalah teras, bangunan terjunan (drop
structures), pengendali jurang (gully plugs), saluran pembuangan
(contour trenches), dan penahan (check dams).
D. Sistem Penirisan (Drainase) Tambang
Sistem penirisan/penyaliran tambang (mine drainage) adalah suatu
usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya air atau mengeluarkan
air yang telah masuk daerah penambangan. Upaya ini untuk mencegah
terganggunya aktifitas penambangan akibat adanya air dalam jumlah
berlebihan terutama pada musim hujan. Selain itu sistem penirisan
tambang juga dimaksudkan untuk mengendalikan erosi. (Gautama, 2003).
Sistem penirisan tambang dilakukan dengan cara pembuatan
saluran yang berfungsi untuk mengendalikan air dengan jalan mengalirkan
air yang masuk pada lokasi penambangan menuju ke aliran air alamiah,
misalnya sungai, danau atau laut. Untuk mengendalikan erosi, saluran
diarahkan kedalam cek dam.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan penirisan
adalah :
a. Curah hujan, yang pernah terjadi disuatu daerah.
b. Limpasan Permukaan, pada daerah tersebut akibat pengaruh curah
hujan
c. Luas Daerah, merupakan luas daerah dimana air hujan jatuh pada
daerah tersebut.
30
1. Curah Hujan
Curah hujan adalah banyaknya air hujan yang jatuh ke bumi
persatu satuan Luas permukaan pada suatu jangka waktu tertentu. Curah
hujan merupakan salah satu faktor penting dalam suatu sistem penyaliran
dan sangat berpotensi terjadi erosi, karena besar kecilnya curah hujan
akan mempengaruhi besar kecilnya air limpasan. (Gautama, 2003).
Besar kecilnya curah hujan dapat dinyatakan sebagai volume air
hujan yang jatuh pada suatu areal tertentu dalam jangka waktu yang relatif
lama, oleh karena itu besarnya curah hujan dapat dinyatakan dalam
m3/satuan luas, secara umum dinyatakan dalam tinggi air (mm). curah
hujan 10 mm berarti tinggi hujan yang jatuh pada areal seluas 1 m2 adalah
10 liter.
Angka-angka curah hujan yang diperoleh sebelum diterapkan
dalam rencana pengendalian air permukaan harus diolah terlebih dahulu.
Data curah hujan yang akan dianalisis adalah curah hujan harian
maksimum dalam satu tahun dinyatakan dalam mm/24 jam.
2. Intensitas Curah Hujan
Intensitas Curah Hujan adalah jumlah hujan yang jatuh dalam areal
tertentu dalam jangka waktu yang relatif singkat, dinyatakan dalam
mm/detik, mm/menit dan atau mm/jam. Untuk mengetahui intensitas curah
hujan disuatu tempat, maka digunakan alat pencatat curah hujan.
Intensitas curah hujan biasanya dinotasikan dengan huruf I dengan
satuan mm/jam, yang artinya tingkat dan kedalaman yang terjadi adalah
31
sekian mm dalam periode 1 jam. Untuk itu hanya didapat dari data
pengamatan curah hujan otomatis. Intensitas curah hujan ( I ) dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut : (Gautama, 2003).
Rn
I = ----------------- t
Kedua komponen (Rn dan t) didapat dari persamaan :
Curah Hujan Per Bulan Maksimum Rn = ------------------------------------------------- Hari hujan
24 Jam (Jam) t = ------------------------ hari hujan (hari) dimana :
I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
Rn = Curah Hujan Harian Maksimum per hari (mm/hari)
t = lama waktu hujan rata-rata per hari (jam/hari)
3. Limpasan Permukaan
Limpasan permukaan merupakan sebagian dari air hujan yang
mengalir di atas permukaan tanah. Jumlah air yang menjadi limpasan ini
sangat bergantung kepada jumlah air hujan per satuan waktu (intensitas),
keadaan penutupan tanah, topografi (terutama kemiringan lereng), jenis
tanah, dan ada atau tidaknya hujan yang terjadi sebelumnya (kadar air
tanah sebelum terjadinya hujan). (Rahim, 2000).
Pada waktu terjadinya hujan, butir-butir air hujan dengan gaya
kinetiknya menimpa tanah (terutama tanah-tanah gundul) dan
32
memecahkan bongkah-bongkah tanah atau agregat-agregat tanah
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Partikel-partikel tersebut
mengikuti infiltrasi lalu menyumbat pori tanah. Akibatnya apabila hujan
semakin lebat atau berlangsung lebih lama maka akan terbentuklah
limpasan permukaan dengan jumlah dan kecepatan tertentu. Ada dua
tujuan mengetahui jumlah dan laju limpasan permukaan, yaitu (Rahim,
2000) :
a. Untuk merancang jumlah dan dimensi saluran atau struktur
lainnya dalam rangka untuk menyimpan limpasan permukaan.
b. Untuk mengetahui besarnya laju limpasan disuatu daerah yang
digunakan sebagai dasar untuk antisipasi penanganannya.
Untuk mewujudkan tujuan yang pertama, maka informasi yang
dibutuhkan adalah jumlah keseluruhan air hujan yang mungkin jatuh,
katakanlah setiap tahunnya. Sedangkan perwujudan yang kedua
dibutuhkan informasi tentang laju maksimum limpasan permukaan yang
mungkin terjadi.
Pendugaan limpasan permukaan bergantung pada tiga hal.
Pertama, bergantung kepada berapa jumlah maksimum curah hujan per
satuan waktu (intensitas maksimum). Kedua, bergantung kepada nilai
faktor limpasan permukaan. Besarnya nilai faktor ini selain bergantung
kepada topografi terutama kemiringan lereng dan tekstur tanah, juga
bergantung kepada tipe penutupan tanah serta pengelolaannya. Selain itu
33
besarnya debit limpasan permukaan ditentukan oleh faktor ketiga yakni
luas areal tangkapan (catchment area). (Rahim, 2000).
Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang
umum dipakai adalah metode Rasional USSCS (1973). Persamaan
matematik metode Rasional dinyatakan dalam bentuk (Suripin, 2004) :
Qp = 0,00278 C I A dimana :
Qp = Laju aliran permukaan (debit) puncak dalam m3/detik.
C = Koefisien aliran permukaan
I = Intensitas hujan dalam mm/jam
A = Luas wilayah dalam hektar (ha)
Koefisien tersebut merupakan kombinasi tiga faktor yaitu : topografi
datar, bergelombang, dan berbukit; empat katagori tata guna lahan, dan
tiga tekstur tanah. Variabel lainnya diabaikan. Keuntungan dari penggunaan
metode ini adalah metode sederhana dan mudah. Harga koefisien limpasan
untuk berbagai kondisi lahan dapat dilihat pada Tabel 4.
34
Tabel 4. Harga Koefisien Limpasan
Kemiringan Kegunaan Lahan Koefisien Limpasan
< 3%
- Sawa, Rawa - Hutan, Perkebunan - Perumahan dengan Kebun
0,2 0,3 0,4
3% - 5%
- Hutan, perkebunan - Perumahan - Tumbuhan yang jarang - Tanpa tumbuhan, daerah penimbunan
0,4 0,5 0,6 0,7
>15%
- Hutan - Perumahan, kebun - Tumbuhan yang jarang - Tanpa tumbuhan, daerah tambang
0,6 0,7 0,8 0,9
Sumber : Rudy Sayoga Gautama, 2003.
4. Saluran Pembuangan Air dan Cek Dam
Untuk menghitung dimensi dari saluran pembuangan air, data-data
yang diperlukan adalah debit air, panjang saluran yang akan dibuat, model
saluran yang akan dibuat (trapesium). Perhitungan dimensinya adalah
sebagai berikut (Gautama, 2003):
- Kedalaman Saluran (h) , dalam satuan meter.
h = 0,775 Q0,284 (teori Harring Huzaein)
- Lebar Dasar Saluran (b), dalam satuan meter.
b = n x h , dimana n = konstanta
- Luas Penampang Saluran (F), dalam satuan meter per segi.
F = (b + M.h) x h
M = Koefisien kemiringan dinding saluran yang berbentuk trapesium, menurut Manning (1:2) atau 0,5 (tanpa satuan).
35
- Lebar atas saluran (a), dalam satuan meter.
a + b F = ---------- h
2
- Daerah Jagaan Air (w), dalam satuan meter.
w = a – b + h
- Total Kedalaman Penggalian (H), dalam satuan meter.
H = w + h
Tabel 5. Perbandingan Lebar Dasar Saluran Dengan Kedalaman Air
DEBIT AIR DALAM SALURAN Q ( M3 / DETIK )
LEBAR DASAR SALURAN : KEDALAMAN AIR
n = b : h 0,00 – 0,50 1,00 0,50 – 1,00 1,50 1,00 – 1,50 2,00 1,50 – 3,00 2,50 3,00 – 4,50 3,50 4,50 – 6,00 3,50
Sumber : Rudy Sayoga Gautama, 2003.
Kemudian menentukan volume cek dam, menggunakan rumus :
V = Q x t
dimana :
V = Volume Cek Dam, dalam m3
Q = Debit Air Limpasan, dalam m3/detik
t = Lamanya hujan dari curah hujan tertinggi, dalam detik.
36
E. Reklamasi Lahan Pasca Penambangan
Reklamasi menurut Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 1453 K/29/MEM/2000 pada Lampiran VII, adalah kegiatan
yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang
terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar
dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Adapun prinsip
dasar kegiatan reklamasi adalah (Anonim,1993):
a. kegiatan reklamasi harus dianggap sebagai kesatuan yang utuh
dari kegiatan penambangan.
b. kegiatan reklamasi harus dilakukan sedini mungkin dan tidak
harus menunggu proses penambangan secara keseluruhan
selesai dilakukan.
Kegiatan reklamasi lahan pasca penambangan, dimaksudkan untuk
mengembalikan daya fungsi lahan sehingga pada tahap pasca tambang,
lahan tersebut dapat befungsi dan diharapkan mempunyai nilai produksi
dan ekonomis yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar lokasi
serta masyarakat lainnya sebagai wujud dari pola penambangan
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Didalam kegiatan reklamasi
meliputi dua kegiatan yaitu:
a. Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang
terganggu ekologinya.
b. Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki
ekologinya untuk pemanfaatannya selanjutnya.
37
Sasaran akhir dari reklamasi adalah untuk memperbaiki lahan
bekas tambang agar kondisinya aman, stabil, dan tidak mudah tererosi
sehingga dapat dimanfaatkan kembali. (Anonim, 1993).
Untuk melakukan reklamasi diperlukan perencanaan yang baik dan
disesuaikan dengan tata ruang daerah agar dalam pelaksanaannya dapat
tercapai sasaran yang dikehendaki. Setiap lokasi pertambangan
mempunyai kondisi tertentu yang mempengaruhi pelaksanaan reklamasi.
Pelaksanaan reklamasi umumnya merupakan gabungan dari pekerjaan
teknik sipil dan teknik vegetasi. Pelaksanaan reklamasi meliputi kegiatan
sebagai berikut (Anonim, 1993) :
1) Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas
tambang, pengaturan bentuk lahan (landscaping), pengaturan
/penempatan bahan tambang kadar rendah (lowgrade) yang
belum dimanfaatkan.
2) Pengendalian erosi dan sidementasi
3) Pengelolaan tanah pucuk (top soil).
4) Revegetasi (penanaman kembali) dan/atau pemanfaatan
lahan bekas tambang untuk tujuan lainnya.
1. Persiapan Lahan
Dalam kegiatan persiapan lahan ini hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut (Latifah, 2003):
a. Pengamanan Lahan Bekas Tambang.
b. Pengaturan Bentuk Lahan.
38
c. Pengaturan/Penempatan Low Grade.
2. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi
Pengendalian erosi merupakan kegiatan yang mutlak dilakukan
selama kegiatan penambangan dan setelah penambangan. Erosi
mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah, terjadinya endapan
lumpur. Untuk mengendalikan erosi dilakukan tindakan konservasi tanah
(Latifah, 2003).
3. Pengelolaan Tanah Pucuk
Maksud dari pengelolaan ini untuk mengatur dan memisahkan
tanah pucuk dengan lapisan tanah lain. Hal ini penting karena tanah
merupakan media tumbuh bagi tanaman dan merupakan salah satu
faktor penting untuk keberhasilan pertumbuhan tanaman pada kegiatan
reklamasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk
adalah (Latifah, 2003) :
1. Pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah
tersebut sampai endapan bahan galian.
2. Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan
ditempatkan pada tempat tertentu sesuai tingkat lapisannya.
Timbunan tanah pucuk tidak melebihi dari 2 meter.
3. Pembentukkan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah
semula. Tanah pucuk ditempatkan paling atas dengan
39
ketebalan minimal 0,15 m.
4. Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang
mengandung racun dianjurkan mengisolasi dan
memisahkannya.
5. Tanah sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah untuk
menghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah
6. Bila lapisan tanah pucuk tipis (terbatas/sedikit), perlu
dipertimbangkan.
4. Kegiatan Revegetasi
Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal seperti:
Persiapan penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemantauan
tanaman. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan penanaman
antara lain sebagai berikut (Latifah, 2003):
a. Kegiatan pemupukan
b. Pemilihan jenis tumbuhan
c. Pengumpulan dan ekstraksi biji
d. Penyimpanan biji
e. Persiapan pembenihan
40
F. Kerangka Pikir
AKTIFITAS PERTAMBANGAN
PARAMETER • kerusakan lahan (lubang & boulder) • vegetasi hilang • perginya fauna • rusaknya estetika alam • terganggunya kualitas udara
PEMANFAATAN LAHAN SECARA OPTIMAL
ALIH FUNGSI REVEGETASI
DAMPAK LINGKUNGAN (FISIK)
ANALISIS DAMPAK POTENSIAL (Berupa Potensi Erosi)
RANCANGAN REKLAMASI LAHAN • PENATAAN LAHAN • PENANGGULANGAN EROSI • PENANGANAN TOP SOIL