digilib.uns.ac.id/pembel… · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user bab i...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk
memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan, dan keahlian tertentu kepada
individu–individu guna menggali dan mengembangkan bakat serta kepribadian
mereka. Melalui pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya
menghadapi setiap perubahan yang terjadi yang diakibatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan mendapat
prioritas utama untuk menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar. Tetapi
pada kenyataannya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, bukanlah merupakan suatu hal yang
mudah.
Potensi guru dan siswa mempunyai peranan yang sangat penting di
sekolah. Sebagai pendidik dan pengajar guru dituntut untuk dapat menyampaikan
materi pelajaran kepada anak didik secara efektif dan efisien. Sampai saat ini,
tampak bahwa pembelajaran yang dianut oleh guru didasarkan atas asumsi bahwa
pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa.
Oleh karena itu, para guru memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan
ke dalam kepala siswa tanpa memperhatikan bahwa mereka saat memasuki kelas
mempunyai bekal kemampuan pengetahuan yang tidak sama. Pembelajaran yang
dijalankan adalah pembelajaran satu arah dimana siswa hanya sebagai obyek
pendidikan, sehingga siswa menjadi pasif dan tidak dapat mengembangkan
pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang dipelajarinya.
Salah satu faktor yang mempegaruhi keberhasilan proses belajar
mengajar adalah ketepatan guru dalam menggunakan metode pembelajaran.
Seorang guru harus bisa menentukan secara tepat metode pembelajaran apa yang
sebaiknya dipakai supaya siswa tetap bisa aktif didalam proses belajar mengajar
tersebut. Guru sebaiknya menggunakan suatu metode pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan diajarkan, walaupun pada dasarnya tidak ada patokan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
yang baku mengenai metode pembelajaran yang paling baik untuk mengajar
seperti apa, sebab setiap metode pembelajaran yang digunakan pasti mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Walaupun tidak ada patokan yang jelas tetapi dalam
kurikulum yang berlaku sekarang dituntut peran aktif dari guru dan siswa. Peran
aktif ini dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan adanya suasana yang hidup
antara siswa dengan guru. Atau dengan kata lain adanya komunikasi dua arah
dalam pembelajaran. Namun masih ada suatu kebiasaan guru yang terbiasa
dengan pembelajaran langsung yang menyampaikan konsep dan fakta dalam
proses belajar-mengajar tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berlatih mengembangkan kemampuannya, sehingga keterlibatan dan keaktifan
siswa menjadi berkurang dan menyebabkan pencapaian kemampuan kognitif
siswa tidak optimal.
Metode adalah suatu cara dalam menyampaikan sutu konsep pelajaran.
Terdapat beberapa macam metode pembelajaran diantaranya adalah metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan eksperimen. Selain itu proses
pembelajaran juga membutuhkan suatu pendekatan. Pendekatan adalah cara
umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian. Pendekatan
pembelajaran antara lain pendekatan konsep, deduktif, induktif, konstruktivisme,
Quantum Learning, dan ketrampilan proses. Di antara metode dan pendekatan
pembelajaran tersebut, pada umumnya guru cenderung menggunakan metode
konvensional. Dengan metode tersebut siswa hanya dibiarkan duduk dengan
tenang, mendengarkan setiap apa yang diajarkan oleh guru, mencatat tulisan yang
ada di papan tulis dan kemudian menghafalkannya. Akibatnya suasana kelas
terasa gersang, membosankan dan tidak menyenangkan.
Salah satu metode pembelajaran yang tepat untuk mempelajari Fisika
adalah metode demonstrasi. Karena dengan metode demonstrasi siswa
dimungkinkan mengalami secara langsung konep-konsep yang dipelajari.
Pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika diantaranya adalah
Quantum Learning dan ketrampilan proses. Dengan pendekatan Quantum
Learning dimungkinkan tercipta suatu pendekatan pembelajaran yang
menyenangkan karena siswa belajar dalam lingkungan belajar yang aman dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
menyenangkan yaitu diiringi dengan musik, penataan meja kursi yang teratur dan
terciptanya suasana belajar yang santai. Kondisi yang menyenangkan akan
membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Penyampaian materi pelajaran
untuk siswa akan terasa nyaman dan menyenangkan apabila suasana dan dunia
emosi mereka ikut terlibat. Sedangkan dengan pendekatan ketrampilan proses
akan memungkinkan siswa menemukan fakta dan konsep fisika dengan jalan
berbeda dengan metode konvensional. Seperti dirangkum dari pendapat Conny
Semiawan (1988 : 19-33) bahwa keterampilan proses memiliki komponen
observasi atau pengamatan, penghitungan, pengukuran, klasifikasi, hubungan
ruang/waktu, pembuatan hipotesis, perencanaan penelitian/eksperimen,
pengendalian variabel, interpretasi data, kesimpulan sementara (inferensi),
peramalan, penerapan (aplikasi), dan komunikasi. Dengan keterampilan
mengembangkan komponen – komponen tersebut, anak akan mampu menemukan
dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta sikap dan nilai yang dituntut.
Setelah proses belajar-mengajar selesai, prestasi belajar siswa tidak selalu
maksimal karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
baik dari dalam diri (internal) maupun faktor lingkungan (eksternal). Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, baik yang berupa fisik
maupun mental misalnya kecerdasan, keaktifan, bakat, konsentrasi dan lain
sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan (eksternal) adalah faktor yang berasal
dari luar diri siswa, misalnya guru, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan
penilaian, lingkungan sosial siswa disekolah, kurikulum sekolah, faktor keluarga,
sosial masyarakat dan lain sebagainya.
Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang menuntut
keaktifan siswa sesuai dengan tujuan pengajaran yaitu agar siswa dapat berfikir
dan bertindak secara aktif dan kreatif dalam mengembangkan materi pelajaran
yang diterima dan dikuasai. Keaktifan siswa mempunyai pengaruh yang cukup
kuat terhadap keberhasilan proses belajar siswa maupun hasil belajar siswa.
Keaktifan siswa dalam proses belajar berbeda-beda. Hal ini terjadi karena setiap
siswa mempunyai ketertarikan yang berbeda terhadap suatu pelajaran. Keaktifan
siswa yang berbeda inilah yang memungkinkan adanya perbedaan tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pemahaman terhadap materi yang dipelajari sehingga terdapat perbedaan prestasi
belajar yang dicapai siswa, tetapi selama ini kurang diperhatikan oleh guru.
Kemampuan kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan
dengan berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Kemampuan kognitif
merupakan kemampuan yang sering dijadikan objek penilaian hasil belajar siswa
karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.
Ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yakni berupa kemampuan dalam
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Kemampuan
kognitif akan dapat tercapai secara optimal jika didukung aspek afektif (sikap) dan
psikomotorik yang baik.
Banyak materi pembelajaran Fisika di SMP seperti materi tentang getaran
dan gelombang, bunyi, dan cahaya yang dalam proses belajar- mengajar perlu
melibatkan keaktifan siswa. Semua materi harus dapat disampaikan dengan
metode yang sesuai dengan isi materinya agar siswa dapat dengan mudah
menerima materi tersebut.
Sebelumnya telah banyak penelitian mengenai penggunaan pendekatan
Quantum Learning dan keterampilan proses, serta penelitian dengan tinjauan
keaktifan siswa. Penelitian tentang pendekatan Quantum Learning pernah
dilakukan oleh Bobbi DePorter (2001) dalam New Horizons for Learning
Copyright and Permission Information yang menyatakan bahwa "The Quantum
Learning allowing student to experience the lesson through a game or activity
engages the student, making the lesson more concrete and more fun and playing
upbeat music, or giving a class cheer". Jadi pada penelitian ini menyatakan bahwa
pendekatan Quantum Learning memperkenankan siswa untuk belajar melalui
permainan atau kegiatan yang melibatkan siswa dan membuat pelajaran yang
lebih konkret dan menyenangkan dengan diiringi musik dan memberikan sorak
kelas sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Peneliti lainnya
adalah Dwi Astuti (2009:77) "...penggunaan pendekatan pembelajaran Quantum
Learning melalui metode eksperimen lebih efektif bila dibandingkan dengan
pendekatan Ketrampilan Proses melalui metode eksperimen terhadap kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
kognitif fisika siswa". Dengan nilai Fa = 14,332 > Ftabel = 3,98 pada taraf
signifikansi 5% .
Penelitian mengenai metode demonstrasi pernah dilakukan oleh Jerod L.
Gross (2002) dari Illinois State University dalam Journal of Physics Teacher
Education Online menyimpulkan bahwa “Demonstrations can be used to prompt
student questions about the physical principles on display, and demonstrations
can be a meaningful part of any teacher’s curriculum and can support the vision
of science education extolled in the National Science Education Standards”. Jadi
penelitian ini menyatakan bahwa demonstrasi dapat digunakan untuk mendorong
siswa bertanya tentang prinsip-prinsip fisika, dan demonstrasi bisa mendukung
visi pendidikan sains dalam Standar Ilmu Pendidikan Nasional. Sedangkan
penelitian sebelumnya yang terkait dengan keaktifan siswa dilakukan oleh
Rosindah N (2009:64) menyimpulkan bahwa "Siswa yang memiliki keaktifan
tinggi memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki tingkat keaktifan rendah". Masih ada peneliti lain dengan konsentrasi
sama yang tidak dapat dituliskan semuanya. Melihat cukup banyak penelitian
yang meneliti pendekatan Quantum Learning dan keterampilan proses maka
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap pendekatan yang sama,
namun dengan tinjauan yang berbeda.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pembelajaran Fisika dengan Metode
Demonstrasi Melalui Quantum Learning Dan Ketrampilan Proses Ditinjau
Dari Keaktifan Siswa di SMP”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasikan
beberapa masalah antara lain:
1. Masih adanya proses pembelajaran satu arah dimana siswa hanya sebagai
obyek pendidikan, sehingga siswa menjadi pasif dan tidak dapat
mengembangkan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang dipelajarinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Banyak ragam pendekatan dan metode pembelajaran yang berkembang,
namun pada umumnya guru cenderung menggunakan metode konvensional.
3. Keaktifan siswa dalam poses belajar mengajar dapat mempengaruhi prestasi
hasil belajar siswa, tetapi selama ini kurang diperhatikan oleh guru.
4. Adanya tiga kemampuan yang seharusnya ada pada siswa, yaitu kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik untuk mendukung keberhasilan dalam
belajar. Namun terkadang ketiga kemampuan tersebut belum dikembangkan
secara optimal pada diri siswa.
5. Banyak materi pembelajaran Fisika di SMP seperti materi Getaran dan
Gelombang, Bunyi, dan Cahaya yang dalam proses belajar-mengajar perlu
melibatkan keaktifan siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka agar lebih jelas dan
terarah maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Pengajaran Fisika dilakukan dengan menggunakan metode demonstrasi
melalui pendekatan Quantum Learning dan ketrampilan proses.
2. Kemampuan kognitif Fisika siswa dibatasi pada pencapaian keberhasilan
akademik nilai tes akhir pada pokok bahasan Bunyi.
3. Dalam penelitian ini tinjauannya adalah tingkat keaktifan siswa yang
dikategorikan dalam kategori tingkat tinggi dan rendah.
4. Pokok bahasan yang akan di bahas adalah Bunyi.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan pembatasan masalah di
atas dapat dirumuskan uraian masalah sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan metode demonstrasi
melalui pendekatan Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa?
2. Adakah perbedaan pengaruh antara keaktifan siswa kategori tinggi dan
rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3. Adakah interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan pembelajaran
dengan keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian bertujuan :
1. Mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara pembelajaran
dengan metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning dan
pendekatan keterampilan proses terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
2. Mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara keaktifan siswa
kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
3. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi pengaruh antara penggunaan
pendekatan pembelajaran dengan keaktifan siswa terhadap kemampuan
kognitif Fisika siswa.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah :
1. Memberikan masukan kepada guru Fisika pada umumnya dan peneliti pada
khususnya untuk mengembangkan pembelajaran Fisika menggunakan metode
demonstrasi dengan pendekatan Quantum Learning dan ketrampilan proses
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam upaya mengaktifkan siswa
untuk belajar.
2. Memberikan wawasan pada guru perlunya meningkatkan mutu pembelajaran
di sekolah khususnya pada pengajaran Fisika, lewat alternatif penyampaian
pelajaran.
3. Memberikan masukan dan sumbang pemikiran kepada pelaku pendidikan
dalam memilih pendekatan dan metode mengajar yang sesuai dengan kondisi
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Belajar
Manusia tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar. Jika manusia ingin
mencapai kesuksesan maka manusia harus menempuh kegiatan tersebut untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kegiatan
belajar dan mengajar dapat ditemukan dalam bidang pendidikan.
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Belajar
merupakan suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang,
yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti; perubahan
pengetahuannya, kecakapannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
ketrampilannya dan segala aspek yang ada pada individu. Proses tersebut biasa
dilakukan oleh setiap manusia dimanapun berada, baik di rumah, di masyarakat,
maupun di sekolah. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi belajar oleh
beberapa ahli.
"Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses interaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Proses yang diarahkan kepada
suatu tujuan. Proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat,
mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari" (Gino, Suwarni, Suripto,
Maryanto, Sutijan, 1999: 31). Hal ini berarti bahwa pengalaman, proses melihat,
mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari hingga tingkah lakunya berubah,
maka seseorang itu dapat dikatakan telah belajar.
Berkaitan pula dengan pengertian belajar, Nana Sudjana (1996: 5)
mengatakan bahwa:
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti berubah pengetahuan,
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek–aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Dengan kata lain, belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan
perubahan pada individu, perubahan-perubahan itu dapat ditunjukkan dengan
perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan. Berdasarkan definisi – definisi tentang belajar, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang sangat fundamental yang
menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan tingkah laku.
Perwujudan perilaku belajar tampak dalam kebiasaan, ketrampilan, pengamatan,
berpikir rasional dan kritis, sikap, serta tingkah laku afektif.
b. Tujuan Belajar
Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat
penting, karena semua komponen yang dalam sistem pembelajaran dilaksanakan
atas dasar pencapaian tujuan belajar. Keberhasilan belajar siswa berarti
tercapainya tujuan belajar siswa, dimana siswa melakukan emansipasi diri dalam
rangka mewujudkan kemandirian.
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan atau kondisi belajar yang baik. Sistem lingkungan yang baik itu terdiri
dari komponen-komponen pendukung antara lain tujuan belajar yang akan
dicapai, bahan pengajaran yang digunakan mencapai tujuan, guru dan siswa yang
memainkan peranan serta memiliki hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan dan
sarana atau prasarana yang tersedia. Tiap-tiap tujuan belajar tertentu
membutuhkan system lingkungan tertentu yang relevan.
Menurut Surdiman, R.M, dalam Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto,
Sutijan, 1999: 18-19 menyatakan bahwa:
Tujuan belajar bermacam dan bervariasi, tetapi dapat diklasifikasikan menjadi dua : pertama yang eksplisit diusahakan untuk dicapai tindakan instruksional, lazim dinamakan instruksional efeks (instructional effects) yang biasanya berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Sedangkan hasil sampingan yang diperoleh; misalnya : kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan sikap terbuka. Hasil sampingan ini disebut nurturant effect.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Berdasarkan pendapat Surdiman terdapat dua macam tujuan pembelajaran yakni
eksplisit yang berbentuk pengetahuan dan ketrampilan serta implisit yang
berbentuk kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan sikap terbuka.
Menurut Bloom tujuan belajar dikelompokkan menjadi tiga kelompok
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor seperti yang dirangkum dari J. Gino et al
(1999:19-21):
1). Ranah Kognitif, meliputi enam tingkatan yaitu:
a) Pengetahuan, mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari
dan disimpan dalam ingatan.
b) Pemahaman, mencakup kemampuan untuk menagkap makna dan arti
dari bahan yang dipelajari.
c) Penerapan, mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah
pada satu kasus yang konkret dan baru.
d) Analisis, mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan.
e) Sintesis, mencakup kemampuan untuk membentuk satu kesatuan.
f) Evaluasi, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat.
2). Ranah Afektif, meliputi lima tingkatan
a). Kemampuan menerima, mencakup kepekaan adanya suatu rangsang.
b). Kemauan menanggapi, mencakup kerelaan menanggapi secara aktif.
c). Berkeyakinan, mencakup kemampuan untuk menghayati nilai
kehidupan.
d). Penerapan kerja, mencakup kemampuan membentuk sistem nilai.
e). Ketelitian, mencakup kemampuan memberikan penilaian dan
membawa diri.
3). Ranah Psikomotor, meliputi:
a) Gerak tubuh, mencakup kemampuan melakukan gerak yang sesuai.
b) Koordinasi gerak, mencakup kemampuan melakukan serangkaian
keterampilan gerak dengan lancar, tepat dan efisien.
c) Komunikasi non verbal, mencakup kemampuan subyek belajar
menentukan makna yang tersirat dalam suatu pesan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
d) Perilaku berbicara, mencakup kemampuan menggunakan bahasa yang
benar.
Berdasarkan rangkuman J. Gino et al, maka dapat disimpulkan bahwa
untuk memahami secara spesifik tentang perubahan tingkah laku peserta didik
sebagai akibat terjadinya proses belajar, maka perilaku peserta didik tersebut
dikelompokkan menjadi tiga kawasan atau ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ketiga ranah tersebut merupakan satu kesatuan, dan memiliki
ketertarikan satu sama lain.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar
adalah untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan berpikir kritis, kreatif,
serta sikap terbuka. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil
belajar. Tujuan belajar yang ingin dicapai dikategorikan menjadi tiga bidang
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan
faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses belajar yang dirangkum dari Slameto (1995: 54-70):
1) Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari individu sendiri.
a) Faktor Jasmaniah, meliputi dua hal yaitu faktor kesehatan dan cacat
tubuh.
b) Faktor Kelelahan. Kelelahan pada seseorang meskipun sulit
dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
c) Faktor Psikologis. Faktor ini adalah perhatian, pengamatan,
tanggapan, fantasi, berpikir intelegensi dan lain-lain.
2) Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu.
a) Faktor Keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b) Faktor Sekolah. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar itu
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah.
c) Faktor Masyarakat. Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa.
Dari faktor-faktor tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam siswa dan
faktor dari luar siswa. Agar proses belajar mengajar siswa dapat berhasil
hendaknya seorang guru memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar mengajar tersebut.
d. Beberapa Pandangan Tentang Belajar
1) Belajar Menurut Gagne
Menurut Robert Gagne, belajar merupakan kegiatan yang kompleks.
Hasil belajar berupa kapabilitas yang timbul dari stimulus yang berasal dari
lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.
Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar. Komponen-komponen tersebut digambarkan pada bagan 2.1 berikut,
Kondisi internal belajar Hasil belajar
Informasi verbal
Ketrampilan intelektual
Ketrampilan motorik
Sikap
Berinteraksi dengan Siasat kognitif
Acara pembelajaran
Kondisi eksternal belajar (Dimyanti dan Mudjiono, 2006: 10-11)
Gambar 2.1 Komponen Belajar
Keadaan internal dan proses kognitif siswa
Stimulus dari lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Semua hasil belajar yang tercantum pada gambar 2.1 merupakan
kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut antara lain:
a) Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilikan informasi verbal memungkinkan individu berperan dalam kehidupan
b) Ketrampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi, dan prinsip
c) Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d) Ketrampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. (Dimyanti dan Mujdiono, 2006: 11-12) Gagne mengemukakan bahwa dalam belajar terdiri atas tiga tahap yang
meliputi sembilan fase. Tahapan tersebut antara lain persiapan belajar,
pemerolehan dan unjuk perbuatan serta alih belajar. Untuk lebih jelasnya
disajikan dalam table 2.1
Tabel 2.1. Hubungan antara Fase Belajar dan Acara Pembelajaran. Tahap Belajar Fase Belajar Kegiatan Pembelajaran
Persiapan untuk belajar
1.Mengarahkan perhatian siswa.
2. Ekspektasi. 3.Retrival (informasi
dan ketrampilan yang sesuai dengan memori kerja).
Menarik perhatian siswa dengan kejadian yang tidak biasa, pertanyaan atau perubahan stimulus. Memberitahukan tujuan belajar kepada siswa. Merangsang siswa agar mengingat kembali hasil belajar sebelumnya.
Pemerolehan dan unjuk perbuatan
4.Persepsi selektif atas sifat stimulus.
5. Sandi semantik. 6. Retrival dan respons. 7. Penguatan
Menyajikan stimulus yang jelas sifatnya. Memberikan bimbingan belajar. Memunculkan perbuatan siswa. Memberikan umpan balik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
informasi
Retrival dan alih belajar
8. Pengisyaratan. 9. Pemberlakuan secara
umum
Menilai perbuatan siswa. Meningkatkan retensi dan alih belajar.
(Dimyanti dan Mujdiono, 2006: 13)
Berdasarkan uraian Gagne, dapat disimpulkan bahwa teori belajar
Gagne adalah pemrosesan informasi, kejadian-kejadian yang dialami siswa
distrukturkan dan diproses dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui
sembilan fase yaitu fase pengarahan perhatian siswa, fase ekspektasi, fase
retrival, fase persepsi selektif atas sifat stimulus , fase sandi semantik, fase
retrival dan respon, fase penguatan, fase pengisyaratan dan fase pemberlakuan
secara umum.
2) Belajar Menurut Piaget
Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan anak dibentuk oleh
individu, karena individu melakukan interaksi terus-menerus dengan
lingkungan yang selalu mengalami perubahan. Sehingga interaksi dengan
lingkungan mengakibatkan fungsi intelek semakin berkembang.
Perkembangan intelektual melalui beberapa tahap, seperti yang dirangkum
dari Dimyanti dan Mudjiono (2006: 13-14) yaitu:
a) Tahap sensori motor (0-2 tahun)
Pada tahap ini anak mengenal lingkungan dengan menggunakan
kemampuan sensorik dan motorik, seperti penglihatan, penciuman,
pendengaran, perabaan dan gerakan.
b) Tahap pra-operasional (2-7 tahun)
Pada tahap pra-operasional anak mengandalkan pada persepsi tentang
realitas. Anak sudah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep
sederhana, berpartisipasi, membuat gambar dan mengklasifikasikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c) Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
Pada tahap ini anak dapat mengembangkan pikiran logis. Anak dapat
mengikuti penalaran logis, meskipun kadang-kadang memecahkan
masalah secara trial and error.
d) Tahap operasional formal (11 tahun ke atas)
Pada tahap operasional formal anak dapat berpikir secara abstrak
seperti orang dewasa. Setiap individu membangun sendiri
pengetahuannya di dalam pikiran. Pengetahuan yang dibangun tersebut
terdiri atas pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematik dan
pengetahuan sosial. Pengetahuan fisik berkaitan dengan sifat-sifat fisik
obyek atau kejadian, misalnya bentuk, besar, berat dan bagaimana
obyek berinteraksi satu dengan yang lainnya. Pengetahuan logika-
matematik merupakan pengetahuan yang dibentuk dari perbuatan
berfikir anak terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan sosial
terbentuk dari interaksi individu dengan orang lain.
Intinya menurut Piaget teori belajar sesuai dengan tingkatan
perkembangan intelektual dan kemampuan berpikir anak pada usia-usia
tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran untuk siswa SMP yang rata-rata usia siswanya di atas 11 tahun
berada pada tahap Operasional Formal, di mana siswa sudah dapat
merumuskan alternatif hipotesis deduktif dan induktif berdasarkan benda-
benda konkret dalam diskusi untuk mengambil keputusan.
3) Belajar Menurut Bruner
Bruner tidak mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis.
Menurut Ratna Wilis Dahar, 1989: 97-98, menyatakan bahwa:
Menurut Bruner inti dari belajar yang terpenting adalah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasi informasi secara aktif. Sehingga, Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya, dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diskrit itu untuk mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan padanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Dalam menciptakan kerangka kognitif, Bruner menyarankan siswa
harus belajar melalui kegiatan mereka sendiri dengan memasukkan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip, mereka harus didorong untuk mempuyai
pengalaman dan melakukan eksperimen serta membiarkan mereka
menemukan prinsip-prinsip bagi dirinya sendiri. Pengalaman yang dimiliki
siswa terus bertambah dan menumpuk sehingga menyerupai suatu bengunan
mental yang masing-masing bagiannya terintegrasi dengan bagian yang lain.
Dalam pembentukan mental, pembentukan konsep berperan sangat besar dan
setiap bangunan mental bersifat individual, sehingga cara menanggapi sesuatu
obyektif sama dapat berlainan.
Menurut Bruner, cara belajar dengan menemukan sendiri tersebut
sesuai dengan hakikat manusia sebagai seorang yang mencari-cari secara aktif
dan menghasilkan pengetahuan dan pemahaman yang bermakna. Kelebihan
cara belajar ini adalah hasilnya lebih berakar dan mengendap dari pada cara
belajar yang lain, menimbulkan keingintahuan siswa, meningkatkan
kemampuan bernalar siswa serta dapat mengajarkan ketrampilan untuk
memecahkan masalah secara mandiri kepada siswa. Berdasarkan uraian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa pandangan Bruner tentang belajar sesuai
dengan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dengan pendekatan
Quantum Learning dan ketrampilan proses. Dengan kedua pendekatan
tersebut melalui metode demonstrasi akan mendorong siswa untuk
mempunyai pengalaman dalam memperoleh konsep-konsep yang dipelajari.
2. Hakikat Mengajar
a. Pengertian Mengajar
Proses utama lainnya dalam pendidikan formal adalah mengajar. Sama
halnya pengertian belajar di atas, pengertian mengajar juga dijelaskan oleh
beberapa ahli.
Nana sudjana (1996:7) mengungkapkan bahwa, “ mengajar adalah
membimbing kegiatan siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong
dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar “. Dari pengertian mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
tersebut, jelas sekali bahwa kegiatan belajar dan mengajar adalah dua konsep yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
Pendapat lain tentang pengertian mengajar dikemukakan oleh A. Tabrani
Rusyan, dkk (1989 : 26), bahwa, “ mengajar adalah segala upaya yang disengaja
dalam rangka memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses
belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Sasaran akhir dari
proses pengajaran adalah siswa belajar “. Dari pendapat Nana sudjana dan Tabrani
rusyan, dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah segala upaya yang disengaja
baik mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga
dapat mendorong siswa untuk belajar sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan.
b. Prinsip-prinsip Mengajar
Dalam mengajar guru harus berhadapan dengan sekelompok manusia yang
memerlukan bimbingan dan pembinaan untuk menuju kedewasaan, sehingga
sadar akan tanggung jawabnya masing-masing. Karena tugas guru yang berat
tersebut, maka guru harus mempunyai prinsip-prinsip mengajar seperti yang
dirangkum dari Slameto (1995:35-39), sebagai berikut:
1) Perhatian
Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian anak pada
pelajaran yang disampaikan. Perhatian lebih besar bila anak mempunyai
minat dan bakat.
2) Aktifitas
Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktifitas anak
dalam berfikir maupun berbuat. Bila anak menjadi pertisipan yang aktif,
maka akan memiliki ilmu pengetahuan itu dengan baik, dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
3) Apersepsi
Setiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan
diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki anak, ataupun
pengalamannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4) Peragaan
Saat mengajar di depan kelas, guru harus dapat berusaha menunjukkan
benda-benda yang asli. Bila mengalami kesulitan menunjukkan model,
gambar, benda tiruan, atau dengan menggunakan media lain seperti radio,
TV dan sebagainya.
5) Repetisi
Penjelasan suatu unit pelajaran perlu diulang-ulang sehingga pengertian itu
makin lama semakin lebih jelas dan dapat digunakan untuk memecahkan
masalah.
6) Korelasi
Hubungan antara setiap mata pelajaran perlu diperhatikan, agar dapat
memperluas dan memperdalam pengetahuan siswa itu sendiri.
7) Konsentrasi
Hubungan antara mata pelajaran dapat diperluas yaitu dapat dipusatkan
kepada salah satu pusat minat, sehingga anak memperoleh pengetahuan
secara luas dan mendalam.
8) Sosialisasi
Bekerja di dalam kelompok dapat meningkatkan cara berpikir sehingga
dapat memecahkan masalah dengan baik dan lancar.
9) Individualisasi
Setiap individu mempunyai perbedaan yang khas sehingga guru
diharapkan dapat mendalami perbedaan anak secara individu, agar dapat
melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaan anak.
10) Evaluasi
Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan anak, prestasinya, hasil rata-
ratanya, tetapi dapat juga menjadi bahan umpan balik bagi guru. Demikian
guru dapat meneliti dirinya dan berusaha memperbaiki dalam perencanaan
maupun teknik penyajian.
Pada intinya prinsip dari mengajar terdiri dari sepuluh tahapan yakni
perhatian, aktivitas, apersepsi, peragaan, repetisi, korelasi, konsentrasi, sosialisasi,
individualisasi dan evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3. Hakikat Fisika
Fisika menjadi bagian dari ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala
alam IPA. Sedangkan IPA sendiri adalah suatu kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara sistematis tentang gejala alam dan perkembangannya tidak hanya
ditunjukkan oleh fakta-fakta tapi juga timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Maka dapat dikatakan bahwa IPA meliputi 3 hal, yaitu:
1) Produk IPA
Produk IPA adalah semua pengetahuan tentang gejala alam yang telah
dikumpulkan melalui pengamatan / observasi. Produk IPA berupa fakta,
konsep, prinsip, hukum dan teori.
2) Proses IPA
Proses IPA sering disebut juga proses ilmiah / metode ilmiah. Yang disebut
dengan metode ilmiah adalah gabungan antara penataran dan pengujian secara
empiris. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah identifikasi masalah,
perumusan masalah, penyusunan hipotesis, melakukan eksperimen, pengujian
hipotesis dan penarikan kesimpulan.
3) Nilai dan sikap ilmiah
Selama melakukan metode ilmiah melalui proses observasi, eksperimen dan
berfikir logis harus digunakan sikap jujur, obyektif dan komunikatif agar
dapat mencapai hasil IPA yang benar.
Sampai saat ini definisi fisika yang baku belum diperoleh karena
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dipengaruhi oleh latar belakang dan
kemampuan ahli yang bersangkutan, untuk itu perlu diketahui pendapat dari
beberapa ahli tentang fisika tersebut. Brouckhous menyatakan bahwa, “Fisika
adalah pelajaran tentang kejadian dalam alam, yang memungkinkan penelitian
dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara sistematis dan
berdasarkan peraturan-peraturan umum “ (Herbert Druxes, Gernot Born, & Fritz
Siemsen, 1986:3). Hal ini berarti bahwa Fisika adalah pelajaran yang mempelajari
kejadian dalam alam yang dimungkinkan terdapat penelitian melalui percobaan,
pengukuran apa yang didapat, penyajian secara sistematis dan berdasarkan
peraturan-peraturan umum. Sedangkan Gertsen berpendapat, “Fisika adalah suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
teori yang menerangkan gejala-gejala alam sederhananya dan berusaha
menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya. Persyaratan-persyaratan
dasar untuk pemecahan masalah adalah mengamati gejala-gejala tersebut “
(Herbert Druxes et al, 1986: 3). Hal ini berarti bahwa Fisika adalah teori tentang
gejala alam yang berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya,
dan untuk pemecahan masalahnya dengan mengamati gejala-gejala tersebut.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Fisika adalah ilmu yang
mempelajari tentang kejadian alam yang berkembang didasarkan atas penelitian,
percobaan, pengamatan dan pengukuran serta penyajian konsep, teori secara
matematis dengan memperlihatkan konsep-konsep ilmu yang mempengaruhinya.
4. Pembelajaran Fisika di SMP
a. Pengertian Pembelajaran
Istilah “pembelajaran” sama dengan instruction atau “pengajaran”.
Menurut purwadarminta yang dikutip oleh J. Gino et al (1999: 30)Pengajaran
mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Kegiatan belajar
dan pembelajaran merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah.
Kegiatan belajar adalah kegiatan kegiatan primer dalam kegiatan belajar
pembelajaran tersebut, sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan sekunder
yang diupayakan untuk dapat tercapainya kegiatan belajar yang optimal.
Sedangkan menurut J. Gino et al (1999: 32) “ Pembelajaran adalah usaha sadar
dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan
faktor ekstern dan faktor intern dalam kegiatan belajar mengajar”. Hal ini berarti
bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan guru agar siswa
belajar dengan cara mengaktifkan faktor ekstern maupun intern.
Dari definisi yang diungkapkan oleh Purwadarminta dan J. Gino et al
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari pengajar untuk
membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan pengetahuan, ketrampilan dan
tingkah laku dalam diri pelajar dengan jalan mengaktifkan faktor ekstern dan
faktor intern.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Fisika di SMP
Mata pelajaran IPA di SMP mencakup kajian tentang biologi dan fisika.
Mata pelajaran IPA merupakan perluasan dan pendalaman IPA di SD dan sebagai
dasar untuk mempelajari perilaku benda dan energi serta keterkaitan antara
konsep dan penerapannya dalam kehidupan nyata.
Fisika merupakan cabang IPA yang mempunyai karakteristik tertentu
dalam kehidupan dan mempunyai nilai yang selalu berkembang. Dalam usaha
mengembangkan fisika dapat dilakukan melalui jalur pendidikan dan pengajaran.
Fungsi mata pelajaran IPA (sains) di SMP pada dasarnya untuk
memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan
keterampilan, wawasan kesadaran, teknologi yang berkaitan dengan pemanfaatan
dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan menengah. Sedangkan tujuan Pembelajaran IPA (Sains) di SMP pada
dasarnya untuk memberikan pengetahuan guna memahami konsep-konsep fisika
dan keterkaitannya, serta mampu menerapkanya dengan metode ilmiah yang
melibatkan ketrampilan proses untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam Depdiknas (2003: 2) disebutkan bahwa tujuan pembelajaran
sains adalah sebagai berikut:
1). Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2). Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. sains serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
3). Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4). Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.
5). Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.
6). Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7). Meningkatkan pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Berdasarkan uraian di atas, maka diharapkan melalui pembelajaran
Fisika peserta didik dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang
fisika, baik melaui eksperimen-eksperimen maupun kajian ilmiah di bidang fisika
sehingga konsep Fisika yang diperoleh peserta didik akan semakin kuat dan
berkembang. Selain itu peserta didik diharapkan juga mempunyai sikap yang
positif dan menyadari akan keagungan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
5. Pendekatan Pembelajaran
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Siswa mempunyai berbagai macam potensi yang dapat dikembangkan
melalui proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang tepat.
Penggunaan pendekatan pembelajaran tersebut harus disesuaikan dengan tujuan
dan bahan pelajaran. Menurut Syaiful Sagala (2009: 68) menyatakan bahwa
”Pendekatan pembelajaran adalah jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa
dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu instruksional tertentu”. Hal ini
berarti bahwa pendekatan pembelajaran ialah suatu jalan yang akan ditempuh
dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan instruksional. Sedangkan menurut
Rini Budiharti (1998: 2),
Pendekatan adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, sehingga berdampak ibarat seseorang mengenakan kacamata dengan warna tertentu di dalam memandang alam sekitar, kacamata yang berwarna hijau akan menyebabkan dunia kelihatan kehijau-hijauan, kacamata berwarna coklat membuat dunia kelihatan kecoklat-coklatan dan seterusnya.
Dari pendapat Rini Budiharti pendekatan adalah cara pandang umum
dalam memandang permasalahan. Dari pendapat Syaiful Sagala dan Rini
Budiharti dapat disimpulkan bahwa pendekatan adalah suatu rancangan sistem
pembelajaran yang dilakukan untuk menyelesaikan persoalan pembelajaran secara
menyeluruh yang tertuju pada pencapaian tujuan pembelajaran tertentu. Pilihan
pendekatan pembelajaran akan menentukan variasi metode, media, dan pola
pengelompokan subyek belajar. Pada akhirnya pilihan pendekatan berpengaruh
pula pada cara evaluasi.
Pendekatan pembelajaran yang sudah umum dipakai oleh para guru
antara lain pendekatan Ketrampilan Proses, pendekatan Deduktif dan Induktif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pendekatan Ekspositori dan Heuristik, pendekatan Kontekstual serta pendekatan
Quantum Learning. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan Ketrampilan
Proses dan pendekatan Quantum Learning.
b. Pendekatan Quantum Learning
Pendekatan Quantum Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang menciptakan motivasi dengan tujuan untuk menyeimbangkan seluruh bagian
otak, baik otak kanan maupun kiri. Konsep penciptaan motivasi bisa
menggunakan gambar, poster, musik maupun video. Prinsip yang mendasari
Quantum Learning adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil
situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif.
Prinsip suggestology hampir mirip dengan proses accelerated learning,
pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar
dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi
kegembiraan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui campuran antara
lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat.
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang (Bobby De Porter dan Hernacki, 1999: 14).
Beberapa hal yang penting dicatat dalam Quantum Learning adalah
sebagai berikut. Para siswa dikenali tentang kekuatan pikiran yang tak terbatas.
Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang
dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah
yang memerikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian
Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak
seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan cara yang menyenangkan dan
bebas stres. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan
telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini
menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan.
Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi
keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan
kegembiraan dan tepukan.
Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan
struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong
peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa,
musikal, interpersonal, intrapersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan
fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem
emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan
kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian
emosional yang sehat). Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak
kiri dan kanan. Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan
rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas
teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial,
menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Proses berpikir otak
kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan
proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan
dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau
suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni,
kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi. Pada akhirnya semua akan tertuju
pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya emosi positif, kekuatan otak,
keberhasilan, dan kehormatan diri. Keempat unsur ini bila digambarkan saling
terkait. Dari kehormatan diri, misalnya terdorong emosi positif yang
mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi)
kepada penciptaan kehormatan diri.
Dari proses belajar proses belajar yang menargetkan tumbuhnya emosi
positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri, Quantum Learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar
aktif. Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti:
belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk
keuntungan Anda, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada
kehidupan. Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri
dari: tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk
berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi,
menarik diri dari kehidupan.
Dalam kaitan penciptaan konsep motivasi, Quantum Learning mengonsep
tentang lingkungan belajar yang tepat. Penataan lingkungan ditujukan kepada
upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan
aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam
lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan
mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat
langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.
Penataan lingkungan belajar dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan
lingkungan makro. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan
proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum Learning menekankan penataan
cahaya, desain ruang, dan musik, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta
didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Akan tetapi, dalam
kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik
memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur
seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target
penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa
santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan
sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang
menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya konsentrasi
siswa.
Lingkungan makro ialah dunia yang luas. Peserta didik diminta untuk
menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas
lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
masyarakat yang diminatinya. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan
mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar siswa mendapat
pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan pribadi. Pada
akhirnya, interaksi diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri
dalam melakukan perubahan. Siswa tidak boleh terbenam dengan situasi status
quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro. Siswa diminta untuk melebarkan
lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu
yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan merasa dihargai” dari
siswa.
c. Pendekatan Ketrampilan Proses
Margono, Maryana, Lithon S, Trustho Raharjo (1998:42) mendefinisikan
bahwa:
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu pendekatan pengajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa pada kegiatan- kegiatan dalam penyusunan atau penemuan konsep sendiri. Atau dengan kata lain memberi kesempatan kepada siswa sedemikian rupa sehingga siswa melalui pendekatan ilmiah dapat menemukan konsep sendiri. Belajar keterampilan proses memang berbeda dengan belajar konsep.
Belajar ketrampilan proses lebih menekankan keterlibatan siswa dalam penemuan
konsep. Pendapat Dimyati dan Mudjiono yang dikutip oleh Mulyani Sumantri dan
Johar Permana (2001:95) menyatakan bahwa “Pendekatan keterampilan proses
bukanlah tindakan instruksional yang berada di luar jangkauan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik”. Proses pengajaran yang berlangsung
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja dengan ilmu
pengetahuan yang telah dimiliki, tidak sekedar mendengar ceritera atau penjelasan
guru mengenai suatu ilmu pengetahuan. Dari pengertian tersebut menunjukkan
pada kita bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses selalu menuntut
adanya keterlibatan fisik maupun mental intelektual siswa. Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa pendekatan Keterampilan Proses adalah teknik
mengajar yang melibatkan siswa baik secara intelektual, sosial, dan fisik agar
siswa dapat menemukan sendiri fakta dan konsep-konsep dengan kemampuan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
keterampilan yang ada. Alasan digunakannya pendekatan keterampilan proses
dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut :
1). Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin bagi guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
2). Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh yang kongkret.
3). Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat relatif.
4). Dalam proses belajar mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik. (Conny Semiawan dkk, 1985: 14-15) Berdasarkan keempat alasan diatas, maka penggunaan pendekatan
keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar sangatlah tepat. Karena
dalam pendekatan keterampilan proses siswa dilibatkan dalam kegiatan belajar
mengajar. Sehingga siswa menjadi aktif, yang mendukung lancarnya kegiatan
belajar mengajar. Tetapi meskipun demikian pendekatan ketrampilan proses
mempunyai kelemahan dan kelebihan.
Ada beberapa kelebihan dari pendekatan keterampilan proses yang
dikemukakan oleh Margono (1998 : 43) antara lain:
1). Memberi bekal bagaimana memperoleh pengetahuan sehingga dapat menerapkan pengetahuan yang dapat menyiapkan siswa untuk masa depan.
2). Merupakan pendekatan yang kreatif karena para siswa aktif melakukan kegiatan ilmiah sendiri sehingga dapat meningkatkan cara berpikir dan cara mendapatkan pengetahuan.
Sedangkan kelemahannya antara lain:
1). Memerlukan banyak waktu 2). Memerlukan fasilitas yang cukup 3). Kesulitan dalam merumuskan masalah, dalam menyusun hipotesis, dalam
menentukan data yang relevan yang harus dikumpulkan dan dalam menarik kesimpulan dari pengolahan data yang tersedia. (Margono,1998: 43) Pendekatan keterampilan proses merupakan teknik mengajar yang sangat
sesuai bila diterapkan dalam proses pembelajaran pada saat ini. Pendekatan ini
menuntut siswa untuk aktif melakukan kegiatan ilmiah sendiri, sehingga akan
meningkatkan cara berpikir secara ilmiah dan cara mendapatkan pengetahuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Namun, pendekatan ini memerlukan waktu yang banyak dan memerlukan sarana
dan fasilitas yang cukup demi kelancaran proses belajar mengajar
6. Metode Pembelajaran Demonstrasi
Terdapat berbagai metode pembelajaran yang sering dipakai pengajar
dalam pembelajaran di kelas. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Sebagai seorang pengajar hendaknya mampu memilih
metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik materi ajar yang akan
disampaikan dan kondisi peserta didiknya. Di antara metode-metode pembelajaran
yang sering digunakan pengajar dalam menyampaikan materi adalah metode
ceramah, diskusi, eksperimen, demonstrasi, tanya jawab, dan pemberian tugas.
Menurut Wina Sanjaya (2006:147) “Metode adalah cara yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang disusun tercapai secara optimal”. Hal ini berarti
bahwa metode merupakan cara untuk mengimplementasikan rencana kegiatan
belajar agar tujuan belajar tercapai. Sedangkan menurut Rini Budiharti (1998: 2)
“Metode adalah berbagai cara kerja bersifat relatif umum yang sesuai untuk
mencapai tujuan tertentu”. Dengan kata lain bahwa metode merupakan cara kerja
umum untuk mencapai tujuan. Dari pendapat Wina Sanjaya dan Rini Budiharti
metode pembelajaran ialah cara pengajar dalam menyajikan materi pelajaran
kepada peserta didik agar tercapai tujuan belajar yang optimal. Pengajar
hendaknya mempunyai kemampuan yang baik dalam menentukan metode yang
tepat yang akan dipilih dan digunakan dalam menyampaikan pembelajaran.
Rini Budiharti (1998: 33) mengatakan, “Demonstrasi adalah suatu teknik
mengajar dimana dikombinasikan penjelasan lisan dengan suatu perbuatan, sering
dengan menggunakan suatu alat.” Hal ini berati bahwa demonstrasi merupakan
teknik mengajar yang bukan hanya penjelasan lisan namun memadukan antara
penjelasan lisan dengan suatu perbuatan, misal dengan penggunaan alat.
Sedangkan Roestiyah (2001: 83) mengatakan bahwa “Demonstrasi adalah cara
mengajar dimana seorang instruktur /atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan
sesuatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati,
mendengar dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Demonstrasi ini merupakan suatu cara mengajar yang memperlihatkan proses.
Proses tersebut dapat diamati dan dilihat oleh seluruh siswa, sehingga setiap siswa
akan mampu menarik konsep dari proses tersebut. Dari pendapat Roestiyah dan
Rini Budiharti dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah cara
penyajian bahan pelajaran yang dilakukan oleh guru dalam menunjukkan suatu
proses kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa kelebihan
dari metode demonstrasi yang dirangkum dari Rini Budiharti (2000: 33), antara
lain: : 1) memberi gambaran dan pengertian yang lebih jelas dari pada hanya
dengan keterangan lisan, 2) menunjukkan dengan jelas langkah-langkah suatu
proses atau keterampilan, 3) lebih mudah dan efisien dari pada membiarkan siswa
melakukan eksperimen, 4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengamati sesuatu dengan cermat, 5) pada akhir demonstrasi dapat dilakukan
diskusi, dimana siswa mendapat kesempatan bertukar pikiran untuk memperbaiki
atau mempertajam pengertian.
Sedangkan kelemahan-kelemahan metode demonstrasi antara lain: 1)
dibutuhkan sarana lain selain papan tulis, 2) waktu yang diperlukan relatif banyak,
3) tidak dapat dikenakan untuk jumlah siswa yang cukup besar, 4) dibutuhkan
kemampuan guru dalam menangani alat, ketidakmampuan guru dalam menangani
alat tersebut akan menambah kebingungan siswa.
Jadi, metode demonstrasi juga memiliki kelebihan dan kelemahan seperti metode
lainnya sehingga tugas guru adalah berusaha mengoptimalkan hal-hal yang
menjadi kelebihan dan meminimalkan kelemahan sehingga proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik.
7. Keaktifan Siswa
a. Pengertian Keaktifan Siswa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:31) mengatakan bahwa
”aktivitas adalah keaktifan, kegiatan”. Hal ini berarti bahwa aktivitas sama dengan
pengertian keaktifan maupun kegiatan. Sardiman (2004:100) menyatakan bahwa
”yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik
maupun mental”. Dari pengertian tersebut di atas maka keaktifan memiliki arti
yang sama dengan arti aktivitas yaitu suatu kegiatan atau kesibukan. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan yang dilakukan oleh siswa dalam
belajar yang berupa keaktifan fisik dan mental.
b. Pentingnya Keaktifan Siswa
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku.
Orang yang belajar harus aktif, karena tanpa adanya tindakan yang aktif, belajar
tidak mungkin berjalan. Sardiman A.M (2004:95) mengatakan bahwa “Tidak ada
belajar kalau tidak ada aktivitas”. Sehingga terlihat disini bahwa aktivitas
merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam proses belajar
mengajar. Lebih lanjut Rousseau dalam Sardiman A.M. (2004:96) mengatakan
bahwa “ Segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,
penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan
sendiri, baik secara rohani atau teknis”. Hal ini menekankan bahwa semua
pengetahuan harus diperoleh dengan bekerja sendiri baik melalui pengamatan
maupun penyelidikan. Tersirat bahwa keaktifan diri sangatlah diperlukan dan
penting dalam penemuan pengetahuan.
Semua cara belajar itu mengandung keaktifan pada siswa, meskipun kadar
keaktifannya berbeda-beda. Terdapat kegiatan belajar yang mempunyai kadar
keaktifan yang tinggi dan ada pula yang rendah, tidak mungkin ada titik nol. Jadi
disini terlihat bahwa sesungguhnya belajar dapat dicapai melalui proses yang
bersifat aktif walaupun dengan kadar yang berbeda.
Seorang guru dalam proses belajar mengajar harus mengoptimalkan kadar
keaktifan siswa, karena guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar
siswa yang optimal. Menurut Nana Sudjana (1996:23) pengoptimalan kadar
keaktifan siswa yang belajar, berdasarkan asumsi anak didik yang didasarkan
pada:
1). Anak adalah bukan manusia kecil, tetapi manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang, 2) setiap individu atau anak didik berbeda kemampuannya, 3) individu atau anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya, 4) anak didik mempunyai motivasi untuk memenuhi kebutuhannya.
Jadi dari pandangan dari beberapa ahli di atas, maka jelas dalam
pembelajaran anak didik harus aktif berbuat. Atau dengan kata lain bahwa dalam
belajar sangat diperlukan keaktifan yang bersifat jasmani, fisik, dan mental.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
c. Bentuk-Bentuk Keaktifan Siswa
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah
makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu,
mempunyai kemampuan, dan aspirasinya sendiri. Belajar yang dilakukan siswa
tidak mungkin dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak mungkin dilimpahkan
kepada orang lain. Dimyati dan Mudjiono (2006:44) menemukakan bahwa:
Semua cara belajar itu mengandung unsur keaktifan. Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan ini beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik maupun psikis. Keaktifan siswa dalam belajar tersebut dapat muncul dalam berbagai bentuk, misalnya mendengarkan seorang guru yang sedang berceramah, mendiskusikan sesuatu dengan guru atau teman sekelas, dan sebagainya. Keaktifan siswa mempunyai ciri-ciri tertentu.
Semua cara belajar mengandung unsur keaktifan dan setiap proses belajar
siswa selalu menampakkan keaktifan meskipun kadar keaktifan siswa berbeda-
beda.. Keaktifan ini beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik maupun
psikis. Keaktifan siswa dalam belajar dapat muncul dalam berbagai bentuk,
misalnya mendengarkan seorang guru yang sedang berceramah, mendiskusikan
sesuatu dengan guru atau teman sekelas, dan sebagainya.
Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti hal
yang telah terjadi di sekolah-sekolah. Paul B. Diedrich dalam Sardiman A.M.
(2004:101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang
antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Visual acativities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, mempertahankan gambar demonstrasi, pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3) Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan uraian, percakapan,diskusi, musik, pidato.
4) Writing activities, seperti mialnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model meraparasi, bermain kebun.
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, membuat hubungan, mengambil keputusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
8) Emotional activities, seperti misalnya,menaruh minat, merasa bosan, gembira, semangat, berani, tenang, gugup.
Jadi dalam klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas, menunjukkan
bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam
kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah itu akan lebih
dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang
maksimal.
Belajar bukan hanya sekedar menghafal suatu teori, melainkan juga
dihadapkan pada fakta-fakta dan pemecahan berbagai masalah. Siswa dituntut
banyak melibatkan diri dalam proses belajar, misalnya: mendengarkan,
memperhatikan, dan Tanya jawab dengan guru.
Nana Sudjana (1996:61) mengemukakan bahwa:
Keaktifan siswa dapat dinilai dengan cara: 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya 2) Terlibat dalam pemecahan soal 3) Bertanya pada siswa lain atau guru apabila tidak memahami apa yang
dihadapinya. 4) Berusaha mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. 5) Melaksakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6) Menilai kemampuan dari hasil-hasil yang dipelajari 7) Melatih diri dalam memecahkan masalah yang sejenis.
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian keaktifan siswa
dapat dilihat bagaimana siswa berperan aktif dalam melaksanakan tugas
belajarnya dan pemecahan masalahnya. Penilaian lain dapat dilihat dari usaha
siswa mencari informasi, bekerjasama untuk memecahkan masalah belajar.
8. Kemampuan Kognitif Siswa
Adanya suatu penilaian merupakan salah satu bagian dari kegiatan atau
usaha. Melalui kegiatan ini, kita dapat mengetahui sejauh mana hasil dari suatu
kegiatan. Dalam proses pembelajaran di sekolah, hasil yang didapat biasanya
disebut dengan kemampuan kognitif yaitu hasil yang dicapai oleh siswa selama
mengikuti proses pembelajaran. Hal ini akan memberikan masukan bagi guru
untuk mengetahui seberapa banyak siswa mampu menguasai materi yang diterima
selama proses pembelajaran tersebut berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa dalam memecahkan
masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dan keyakinan-
keyakinan terhadap pesan-pesan moral atau nilai-nilai yang terkandung dan
menyatu dalam pengetahuannya, guru diharapkan melatih penggunaan
pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu (procedural knowledge) yang
relevan dengan kemampuan normatif (declarative knowledge). Hal ini
berhububungan dengan penggunaan pendekatan dan metode mengajar yang
memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada
pemahaman mendalam terhadap isi pelajaran. Sehubungan dengan ini, Muhibbin
Syah (1995:85) mengemukakan bahwa "guru diharapkan mampu menjauhkan
siswa, strategi dan preferensi akal yang hanya mengarah pada aspirasi asal naik
atau lulus". Hal ini mengandung makna bahwa dalam proses pembelajaran bukan
hanya berorientasi pada output kognitif namun juga pada proses belajarnya.
BS Bloom dan kawan-kawannya yang berpikir sehaluan, menjadi
kelompok pelopor dalam meyumbangkan suatu klasifikasi tujuan instruksional
(education objective). Adapun taksonomi atau klasifikasi kemampuan kognitif
menurut Bloom dan kawan-kawannya adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan (knowledge)
Kemampuan kognitif ini mencakup ingatan siswa akan hal-hal yang pernah
dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal ini dapat meliputi fakta, kaidah,
dan prinsip yang diketahui.
b. Pemahaman (comprehension)
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk menangkap
makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Hal itu meliputi pengertian
terhadap hubungan antar faktor, hubungan antar konsep, hubungan sebab
akibat, dan penarikan kesimpulan.
c. Penerapan (application)
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk menerapkan
suatu kaidah atau prinsip pada suatu kasus atau masalah yang konkret dan
baru atau penggunaan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
d. Analisis (analysis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk merinci suatu
kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau
organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adapun kemampuan ini
dinyatakan dalam penganalisisan bagian-bagian pokok atau komponen-
komponen dasar bersama-sama dengan hubungan antar bagian-bagian itu.
e. Sintesis (synthesis)
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk
suatu kesatuan atau pola baru meliputi menggabungkan berbagai informasi
menjadi suatu kesimpulan atau konsep.
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk
suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal bersama
pertanggungjawaban pendapat tersebut yang berdasarkan kriteria tertentu,
kemampuan ini dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu.
Kemampuan kognitif mempunyai enam tingkatan, tetapi penguasaan tiap
tingkatan itu berdasarkan jenjang perkembangan usia dan kedewasaan anak didik.
9. Materi Bunyi
a. Pengertian Bunyi
Bunyi timbul karena adanya sumber yang bergetar dengan getarannya
yang merambat berupa gelombang. Gelombang bunyi merupakan gelombang
mekanis yang dapat merambat melalui berbagai medium (padat, cair, dan gas/
udara). Gelombang bunyi merambat di udara dalam bentuk gelombang
longitudinal.
Syarat terdengarnya bunyi adalah :
1. Ada sumber bunyi : benda yang bergetar
2. Ada medium atau zat perantara
3. Ada alat pendengar atau telinga
4. Ada resonator
Di antara logam, zat cair dan gas, ternyata logam merupakan penghantar
bunyi yang paling baik. Karena bunyi merupakan peristiwa getaran, maka bunyi
memiliki frekuensi dan amplitudo. Frekuensi menentukan tinggi rendahnya bunyi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dan amplitudo mempengaruhi kuat lemahnya bunyi. Jika jarak antara penerima
dan sumber bunyi semakin jauh maka penerima (pendengar) akan mendengar
bunyi semakin lemah. Bila jarak semakin dekat penerima mendengar bunyi
semakin kuat. Setiap sumber bunyi menghasilkan bunyi dengan frekuensi tertentu
yang tidak sama besarnya antara satu dengan yang lainnya.
b. Cepat Rambat Bunyi
Cepat rambat bunyi (v) adalah perbandingan antara jarak yang ditempuh
bunyi (s) dengan selang waktunya (t).
ts
v = atau tvs = atau vs
t =
Satuan dari cepat rambat bunyi (v) adalah = tusatuan wak
jaraksatuan
s m
=
Sebagai gelombang, pada bunyi berlaku juga rumus cepat rambat seperti pada
gelombang. Hubungan matematis antara cepat rambat (v), frekuensi (f), periode
(T), dan panjang gelombang (l ) dapat dituliskan sebagai berikut :
f v l= atau T
vl
=
Moll dan Van Beek, dua orang ilmuwan berkebangsaan Belanda, telah
menyelidiki perambatan bunyi di udara. Adapun hasil penyelidikannya seperti
pada tabel berikut :
Tabel 2.2. Hubungan Antara Suhu dengan Cepat Rambat Bunyi
No Suhu ( C0 ) Cepat rambat (m/s)
1. 0 332
2. 15 340
3. 25 347
Tabel tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu udara, maka semakin
besar cepat rambat bunyi.
c. Frekuensi Bunyi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Berdasarkan frekuensinya, bunyi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu
infrasonik, audiosonik dan ultrasonik. Infrasonik adalah bunyi yang frekuensinya
kurang dari 20 Hertz. Bunyi infrasonik ini tidak dapat didengar oleh telinga
manusia, tetapi dapat didengar oleh beberapa jenis hewan misalnya anjing dan
jangkrik. Audiosonik adalah bunyi yang frekuensinya berada pada rentang 20
Hertz sampai 20.000 Hertz. Bunyi audiosonik ini merupakan bunyi yang dapat
didengar oleh manusia. Sedangkan ultrasonik adalah bunyi yang frekuensinya
lebih besar dari 20.000 Hertz. Bunyi ultrasonik tidak dapat didengar oleh manusia,
tetapi hewan seperti kelelawar, lumba-lumba dan anjing dapat mendengarnya.
Terdapat dua jenis bunyi, yaitu desah dan nada. Desah adalah bunyi yang
nadanya tidak teratur. Misal: bunyi angin dan ombak. Sedangkan nada adalah
bunyi yang dihasilkan oleh sebuah sumber bunyi yang mempunyai frekuensi
teratur. Misal: musik, lagu. Karena bunyi merupakan getaran, maka bunyi
mempunyai frekuensi dan amplitudo. Tinggi nada tergantung pada frekuensi :
nada tinggi jika frekuensinya besar, dan nada rendah jika frekuensinya kecil.
Sedangkan kuat bunyi tergantung pada amplitudo : bunyi kuat jika amplitudo
besar, dan bunyi lemah jika amplitudonya kecil. Warna bunyi / timbre adalah dua
bunyi yang mempunyai frekuensi yang sama tetapi terdengar berbeda. Misal :
paduan suara laki – laki dan wanita.
Dalam dunia musik, terdapat tingkatan-tingkatan nada. Masing – masing
nada memiliki frekuensi yang teratur. Misalnya sebuah garpu tala mengeluarkan
nada musik A. Artinya garputala bergetar sebanyak 440 kali tiap sekonnya. Hal
ini menghasilkan 440 pasang perapatan dan peregangan. Dengan kata lain, nada A
menghasilkan frekuensi 440 Hz. Perbandingan frekuensi nada disebut interval
nada dan dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut.
Tabel 2.3. Deretan Nada dan Perbandingan Frekuensinya C D E F G A B C
24 27 30 32 36 40 45 48
Tinggi nada diselidiki oleh fisikawan Prancis bernama Marsenne,
menggunakan alat sonometer dengan kesimpulan bahwa tinggi nada:
1. berbanding terbalik dengan panjang senar (L)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2. berbanding terbalik dengan akar luas penampang senar (A)
3. berbanding terbalik dengan akar massa jenis senar ( r )
4. sebanding dengan akar tegangan senar (F)
Hubungan itu dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
ρAF
2L1
ρV/L
F2L1
m/L
F2L1
2Lv
λv
f =====
Untuk dua senar dengan panjang (l) berbeda, tetapi tegangan (F) dan luas
penampang (A) kedua senar sama, maka hubungan antara panjang senar yang
pertama (l1) dan panjang senar yang kedua (l2) dengan frekuensi yang pertama
(f1) dan frekuensi yang kedua (f2)dapat dinotasikan sebagai berikut :
1
2
2
1
f
f
l
l=
d. Resonansi
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena getaran
benda lain yang amplitudonya maksimum. Resonansi terjadi bila frekuensi benda
yang bergetar sama dengan frekuensi benda yang turut bergetar.
Gambar 2.2. Resonansi pada Garputala
Gambar diatas memperlihatkan tiga buah garputala dengan 1f dan 2f
sama, yaitu 260 Hz dan f3 = 300 Hz. Garputala 1f bergetar dan diikuti garputala
2f juga bergetar, tetapi garputala ketiga tidak bergetar. Peristiwa resonansi juga
dapat dilihat pada ayunan beberapa bandul yang digantung :
Gambar 2.3. Resonansi pada Ayunan Bandul
1f 2f 3f
C
D
E
B
A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Apabila bandul B diayunkan, maka bandul D akan ikut berayun.
Sedangkan bandul A, C, dan E tetap diam. Hal ini disebabkan bandul B dan D
memiliki panjang tali yang sama dan waktu ayun yang sama sehingga mempunyai
frekuensi yang sama, sedangkan bandul lain memiliki frekuensi yang berbeda.
Bandul B dikatakan beresonansi dengan bandul D.
Kolom udara dapat beresonansi, artinya dapat bergetar. Kenyataan ini
digunakan pada alat musik yang dinamakan Organa, baik organa dengan pipa
tertutup maupun pipa terbuka.
1). Pipa Organa Tertutup
Apabila pada ujung atas pipa organa tertutup, maka dinamakan pipa
organa tertutup, sehingga gelombang longitudinal stasioner yang terjadi pada
bagian ujung tertutup merupakan simpul dan pada bagian ujung terbuka terjadi
perut.
Gambar 2.4. Skema Pipa Organa Tertutup
Resonansi kolom udara terjadi pada setiap tinggi kolom udara (l) yang
merupakan kelipatan bilangan ganjil dari seperempat panjang gelombang sumber
getar ( λ41
). Agar terjadi resonansi ke n, tinggi kolom udara pada tabung (l) adalah
( )4λ
12nln -= dengan n = 1, 2, 3,4,….
2). Pipa Organa Terbuka
Pipa organa yang ujungnya terbuka (berhubungan dengan udara luar)
disebut pipa organa terbuka. Sehingga gelombang longitudinal stasioner yang
lλ41
0 =
lλ43
1 =
lλ45
2 =
4lv
λv
f0
0 ==
4l3v
λv
f1
1 ==
4l5v
λv
f2
2 ==
5:3:1f:f:f 210 =
l
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
terjadi pada bagian tepi yang terbuka merupakan perut dan pada ujung pipa yang
terbuka udara bebas bergerak sehingga di sini juga terjadi perut.
Gambar 2.5. Skema Pipa Organa Terbuka
Resonansi kolom udara terjadi pada setiap tinggi kolom udara (l) yang
merupakan kelipatan bilangan asli dari setengah panjang gelombang sumber getar
( l21
). Berikut ini contoh-contoh alat yang memanfaatkan peristiwa resonansi:
1) Gitar atau biola
Bunyi yang ditimbulkan oleh senar gitar dan biola menjadi lebih kuat,
disebabkan oleh resonansi udara di dalam kotak gitar dan biola.
2) Gamelan
Gamelan dapat mengeluarkan suara nyaring, karena dalam gamelan itu
terdapat resonansi udara.
3) Seruling
Seruling apabila ditiup akan mengeluarkan suara yang cukup keras. Hal ini
disebabkan adanya resonansi udara di dalam seruling.
4) Kentongan
Resonansi terjadi pada kolom udara yang dibuat di tengah kentongan,
sehingga bunyinya nyaring.
lλ21
0 =
lλ22
1 =
lλ23
2 =
2lv
λv
f0
0 ==
2l2v
λv
f1
1 ==
2l3v
λv
f2
2 ==
3:2:1f:f:f 210 =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Kerugian akibat resonansi :
1). Bunyi kendaraan yang lewat di depan rumah dapat menggetarkan kaca jendela
rumah, karena frekuensi alamiah bunyi kendaraan sama dengan kaca jendela
rumah.
2). Pengaruh kecepatan angin pada sebuah jembatan akan menghasilkan getaran –
getaran resonansi yang dapat mengakibatkan jembatan roboh.
3). Bunyi gemuruh yang dihasilkan oleh guntur beresonansi dengan kaca jendela
rumah sehingga bergetar.
e. Pemantulan Gelombang Bunyi
Apabila bunyi mengenai permukaan yang keras, maka akan dipantulkan
mengikuti suatu aturan yang disebut Hukum Pemantulan Bunyi.
Hukum pemantulan bunyi :
1) Bunyi datang (AB), garis normal (BN) dan bunyi pantul (BC) terletak pada
satu bidang datar.
2) Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r).
Gambar 2.6. Hukum Pemantulan Bunyi
Pemantulan bunyi bermanfaat dalam kegiatan sehari-hari antara lain untuk
menentukan dalamnya laut, dalamnya sumur, panjang lorong gua, mendeteksi
cacat dan retak pada logam, mengukur ketebalan pelat logam dan mendeteksi
posisi bayi dalam kandungan. Untuk menentukan dalamnya laut, pada dinding
kapal bagian bawah dipasang sumber getaran (osilator) yang menghasilkan
gelombang bunyi ultrasonik dan hidrofon sebagai penerima pantulan bunyi. Pada
saat osilator dibunyikan, maka bunyi itu akan merambat melalui air laut menuju
dasar kaut kemudian dipantulkan kembali ke atas dan diterima oleh hidrofon.
Semakin lama waktu bunyi pantul kembali, bearati laut semakin dalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Untuk mengetahui cepat rambat bunyi pantul (v) jika diketahui jarak
antara sumber bunyi dan dinding pantul (s), sehingga jarak yang ditempuh bunyi
untuk bolak-balik adalah 2s serta waktu tempuh (t) adalah:
2 tv
s =
Macam-macam bunyi pantul yaitu :
1) Bunyi pantul memperkuat bunyi asli
Hal ini terjadi karena bunyi pantul hampir bersamaan dengan bunyi asli.
Bunyi pantul dapat memperkuat bunyi asli jika dinding pemantul sangat dekat.
Kuat bunyi terdengar tergantung dari :
a) Amplitudo (simpangan getar) sumber bunyi
b) Jarak antara sumber bunyi dan pendengar
c) Resonansi
d) Adanya dinding pemantul
2) Gaung atau kerdam
Gaung atau kerdam terjadi karena jarak antar sumber bunyi dengan dinding
pemantul cukup jauh sehingga sebagian saja bunyi pantul yang terdengar
bersamaan dengan bunyi asli, bunyi pantul seperti ini mengganggu bunyi asli.
3) Gema
Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai diucapkan.
Gema terjadi apabila jarak antara dinding pemantul dengan sumber bunyi
jauh.
B. Kerangka Berpikir
Hal yang paling penting dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah
proses belajar mengajar. Apabila proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
baik maka tujuan pembelajaran pun akan dapat dicapai. Ada banyak faktor yang
menentukan keberhasilan belajar seorang siswa, baik dari luar atau lingkungan
siswa maupun faktor dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor luar yang ikut
berperan dalam keberhasilan pembelajaran antara lain; pendekatan pembelajaran
yang digunakan, metode pembelajaran, media pembelajaran dan situasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Faktor dari dalam diri siswa misalnya adalah kecerdasan yang dimiliki siswa,
keaktifan, dan semangat dari siswa.
Model pembelajaran memegang peranan penting dalam keberhasilan
pembelajaran maka guru dituntut dapat memilih pendekatan yang tepat agar
pembelajaran dapat berjalan optimal dan berhasil dengan baik. Dalam rangka
menyelenggarakan proses belajar mengajar yang baik agar tercapai tujuan
pengajaran, penelitian ini mencoba menerapkan model pembelajaran Quantum
Learning dan ketrampilan proses dalam pembelajaran. Setiap pendekatan dan
metode yang digunakan dalam proses pembelajaran mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, pemilihan pendekatan dan metode
dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan bahan dan tujuan yang akan
dicapai dan mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
1. Pengaruh antara penggunaan metode demonstrasi dengan pendekatan
Quantum Learning dan ketrampilan proses terhadap kemampuan kognitif
Fisika siswa.
Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran demonstrasi dengan
pendekatan Quantum Learning dan ketrampilan proses. Untuk Pendekatan
Quantum Learning melalui metode demonstrasi suasana lingkungan belajar
dibuat menyenangkan dengan pengaturan tempat duduk dan pemutaran musik
pada saat pembelajaran berlangsung (siswa mengamati demonstrasi),
menyimpulkan materi menggunakan power point dan sesekali menggunakan
animasi Macromedia Flash, dan memberikan penghargaan kepada siswa yang
dapat menjawab evaluasi dengan benar. Dengan ini diharapkan siswa dapat
belajar dengan mencoba sendiri konsep yang dipelajari dengan suasana santai
dan perasaan senang sehingga akan berdampak baik pada kemampuan kognitif
Fisikanya. Sedangkan dalam pendekatan ketrampilan proses melalui metode
demonstrasi, pembelajaran dilakukan dengan suasana tenang tanpa ada
pemutaran musik pada saat pembelajaran berlangsung dan menyimpulkan
materi dengan mencatat di papan tulis. Dengan ini siswa belajar dengan
mencoba sendiri konsep yang dipelajari dengan suasana tenang dan serius
sehingga akan berdampak baik pada kemampuan kognitif Fisikanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2. Pengaruh antara keaktifan siswa kategori tinggi dan keaktifan siswa kategori
rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
Tingkat keaktifan siswa memegang peranan penting dalam berhasil dan
tidaknya suatu pembelajaran. Karena belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku, maka diperlukan tindakan nyata dari siswa untuk
dapat berubah. Siswa yang memiliki tingkat keaktifan tinggi akan senantiasa
berfikir dan bertindak aktif dalam setiap pembelajaran atau ada tugas.
Sedangkan siswa yang memiliki tingkat keaktifan rendah akan enggan dan
kurang respon terhadap pembelajaran dan tugas yang diberikan. Sehingga
siswa yang memiliki tingkat keaktifan tinggi akan lebih baik pemahaman
kognitifnya dibandingkan siswa yang memiliki keaktifan tingkat rendah.
Keaktifan itu bermacam-macam ada keaktifan berpikir, keaktifan menulis,
membuat alat pembelajaran dan sebagainya.
3. Interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan pembelajaran dengan
keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
Pembelajaran Fisika dengan metode demonstrasi dengan pendekatan
Quantum Learning dan ketrampilan proses ditinjau dari keaktifan siswa
menitikberatkan pada keaktifan siswa dalam menemukan konsep. Dengan
pendekatan dan metode pembelajaran yang baik serta didukung kemampuan
awal Fisika yang tinggi akan memberikan pengaruh positif yaitu
meningkatnya prestasi belajar siswa dalam hal ini kemampuan kognitif Fisika
siswa.
Pembelajaran Fisika adalah pembelajaran yang bersifat mengenal alam
dan lingkungan. Pendekatan dan metode pun harus bersifat inovatif yang
menekankan pada pola berfikir aktif pada siswa. Maka antara metode
pembelajaran, pendekatan dan tingkat keaktifan siswa adalah satu kesatuan
yang harus saling mendukung dalam keberhasilan pembelajaran. Dengan kata
lain unsur-unsur tersebut harus terpadu agar pembelajaran dapat berhasil
secara optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Adapun paradigma kerangka berpikir dari penelitian ini digambarkan
oleh skema berikut:
Gambar 2.7. Kerangka Berpikir
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka berpikir diatas maka
peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan metode demonstrasi
melalui pendekatan Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
2. perbedaan pengaruh antara keaktifan siswa kategori tinggi dan rendah
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
3. Ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan pembelajaran dengan
keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
Kemampuan kognitif Fisika
siswa Populasi Sampel
Kelompok eksperimen
Kelompok kontrol
Pendekatan Quantum Learning
melalui metode demonstrasi
Pendekatan Ketrampilan proses
melalui metode demonstrasi
Keaktifan Siswa Kategori Tinggi
Keaktifan Siswa Kategori Rendah
Keaktifan Siswa Kategori Tinggi
Keaktifan Siswa Kategori Rendah
Tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 18 Surakarta Tahun Pelajaran
2009/2010.
2. Waktu Penelitian
Secara operasional penelitian ini meliputi 3 tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap persiapan, meliputi : pengajuan judul skripsi, permohonan pembimbing,
pembuatan proposal penelitian, survey ke sekolah yang digunakan untuk
penelitian, permohonan ijin penelitian, menyusun instrumen penelitian yang
terdiri dari Satuan Pelajaran, Rencana Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, soal-
soal kognitif, observasi kemampuan psikomotorik dan afektif.
b. Tahap pelaksanaan, meliputi : semua kegiatan yang berlangsung di lapangan
meliputi uji coba instrumen, pelaksanaan mengajar dan pengambilan data.
c. Tahap penyelesaian, meliputi : menganalisis data dan menyusun laporan
penelitian.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
Dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok perlakuan yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut diuji terlebih dahulu
keadaan awalnya, sebelum diberi perlakuan yang berbeda. Dalam hal ini ada dua
kelompok perlakuan, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dimana
kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Quantum
Learning (A1), sedangkan kelompok kontrol dengan menggunakan model
pembelajaran ketrampilan proses (A2). Kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol diukur tingkat keaktifan siswa (B). Sehingga diperoleh data siswa yang
memiliki tingkat keaktifan siswa tinggi (B1), keaktifan siswa rendah (B2).
Dalam penelitian digunakan desain faktorial 2 x 2. Adapun desain faktorial
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 3.1 Desain Eksperimen
B A
B1 B2
A1 A1B1 A1B2
A2 A2B1 A2B2
Ket: A : Pendekatan Pembelajaran
A1 : Pendekatan Quantum Learning melalui metode demonstrasi
A2 : Pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi
B : Keaktifan Siswa
B1 : Keaktifan siswa kategori tinggi
B2 : Keaktifan siswa kategori rendah
A1B1 : Pendekatan Quantum Learning melalui metode demonstrasi dengan
keaktifan siswa kategori tinggi
A1B2 : Pendekatan Quantum Learning melalui metode demonstrasi dengan
keaktifan siswa kategori rendah
A2B1 : Pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi dengan
keaktifan siswa kategori tinggi
A2B2 : Pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi dengan
keaktifan siswa kategori rendah
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 18
Surakarta kelas VIII Semester genap tahun ajaran 2009-2010 terdiri dari 6 kelas
yaitu kelas VIII A sampai dengan kelas VIII F.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian terdiri dari dua kelas. Satu kelas sebagai kelompok
eksperimen dan satu kelas sebagai kelompok kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian adalah teknik cluster random
sampling, satu kelas sebagai kelompok eksperimen VIIIC dan satu kelas yang lain
sebagai kelompok kontrol VIIID.
D. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terlibat pada penelitian adalah sebagai berikut:
1. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa.
a Definisi operasional
Kemampuan kognitif adalah kemampuan untuk mengetahui, memahami,
mengaplikasi, mensintesis, dan menganalisis suatu materi pelajaran.
b Indikator
Indikatornya adalah nilai hasil ulangan post test materi Bunyi.
c Skala pengukuran
Skala pengukurannya adalah interval.
2. Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini
a. Pendekatan pembelajaran fisika
1) Definisi operasional
Pendekatan pembelajaran Fisika adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran Fisika, dilihat dari sudut
bagaimana materi itu disusun dan disajikan.
2) Indikator
Pembelajaran dengan pendekatan Quantum Learning melalui metode
demonstrasi (A1) dan pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses
melalui metode demonstrasi (A2).
3) Skala pengukuran
Skala pengukurannya adalah nominal dengan dua kategori yaitu
pendekatan Quantum Learning melalui metode demonstrasi (A1) dan
pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi (A2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
b. Keaktifan siswa
1) Definisi operasional
Keaktifan siswa adalah kesibukan dan usaha yang dilakukan siswa dalam
mempelajari fisika karena adanya semangat dan motivasi dari diri anak.
2) Indikator
Indikatornya adalah skor hasil angket keaktifan siswa.
3) Skala pengukuran
Skala pengukurannya adalah ordinal dengan dua kategori yaitu tinggi (B1)
dan rendah (B2). Adapun pengelompokannya sebagai berikut :
§ Keaktifan siswa kategori tinggi : XX ³
§ Keaktifan siswa kategori rendah : XX <
E. Teknik Pengumpulan Data Ada tiga teknik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik penelitian yang menggunakan dokumen
sebagai sumber data untuk mengetahui jumlah siswa dan untuk mengetahui
keadaan awal siswa. Dokumentasi berupa hasil ulangan blok semester ganjil pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2. Teknik Tes
Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data digunakan teknik test yang
diberikan di akhir pembelajaran (postest), digunakan untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan konsep khusus pada pokok bahasan oleh siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Teknik Angket
Definisi angket sama dengan kuesioner. Menurut Suharsini Arikunto
(2006:151) “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan terulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang diketahui”. Angket dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
F. Instrumen Penelitian Pada penelitian ini instrumen penelitian terbagi menjadi dua yaitu:
1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian
Instrumen pelaksanaan penelitian dalam penelitian ini berupa satuan
pelajaran (SP), rencana pembelajaran (RP) dan lembar kerja siswa (LKS).
Instrumen pelaksanaan penelitian tersebut disusun oleh peneliti. Untuk menjamin
bahwa instrumen pelaksaan penelitian valid, maka instrumen dikonsultasikan
kepada pembimbing.
2. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen pengambilan data pada penelitian ini berupa instrumen tes
kemampuan kognitif dan angket keaktifan siswa. Sebelum digunakan, instrumen
tes kognitif Fisika dan angket keaktifan siswa dikonsultasikan dengan
pembimbing.
a. Instrumen Tes
Tes digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil kemampuan kognitif
siswa pada pokok bahasan Bunyi dari pembelajaran yang dilakukan dengan
pendekatan Quantum Learning dan ketrampilan proses. Instrumen tes tersebut
sebelumnya diujicobakan untuk mendapatkan instrumen tes yang berkualitas,
yang memenuhi kriteria validitas, reliabilitas, derajat kesukaran soal, dan daya
pembeda.
1) Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu
item. Instrumen disebut valid jika dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak
diukur atau dapat memenuhi fungsinya sebagai alat ukur. Suatu instrumen yang
valid mempunyai validitas tinggi, sedangkan instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah.
Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas butir soal dalam
penelitian ini adalah teknik korelasi point biserial, dengan persamaan:
qp
S
MMr
t
tppbi
-=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
dengan:
pbir = Koefisien korelasi biserial
Mp = Mean skor dari subjek yang menjawab benar, item yang dicari validitasnya
Mt = Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh peserta tes)
St = Standar deviasi dari skor total
p = Proporsi subjek yang menjawab benar item soal
= siswaseluruhjumlah
benarmenjawabyangsiswajumlah
q = Proporsi subjek yang menjawab salah item soal (q = 1-p)
Kriteria validitas item soal dikatakan valid apabila tabelpbi r r ³
(Suharsimi Arikunto, 1995:76)
Hasil tes uji coba kemampuan kognitif Fisika siswa dari 50 soal yang diuji
cobakan, setelah dilakukan analisis untuk mengetahui kevalidan dari masing-
masing item diperoleh hasil sebagai berikut : 35 soal tergolong valid, yaitu nomor
1, 3, 4, 5, 6, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31,
33, 35, 36, 37, 38, 42, 43, 46, 47, 48, 49 dan 50; 15 soal tergolong invalid yaitu
nomor 2, 7, 8, 9, 12, 19, 22, 23, 32, 34, 39, 40, 41, 44, dan 45. (Perhitungan
selengkapnya pada Lampiran 27 halaman 187).
2) Reliabilitas
Reliabilitas berarti kepercayaan. Suatu instrumen dikatakan memenuhi
kriteria reliabilitas jika instrumen tersebut digunakan berulang-ulang pada subyek
dengan kondisi yang sama akan memberikan hasil yang relatif tidak mengalami
perubahan. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes, dalam penelitian ini
digunakan KR-20 dengan teknik belah dua yang dirumuskan Koder Richardson
sebagai berikut:
÷÷ø
öççè
æ å--
=2
2
11 S
pqS1n
nr
(Suharsimi Arikunto, 1995:98)
dimana:
r11 : reliabilitas secara keseluruhan
p : proporsi subyek yang menjawab benar item soal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
siswaseluruhjumlahbenarmenjawabyangsiswajumlah
:
q : proporsi subyek yang menjawab salah item soal
:pqå jumlah hasil perkalian antara p dan q
q : 1 – p
n : banyaknya item soal
S : standar deviasi
Kriteria dari tes reliabilitasnya, soal dikatakan reliabel apabila r11 ≥ r tabel
3) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang
berkemampuan rendah (kurang pandai). Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk mengetahui daya pembeda dari
masing-masing item tes, digunakan rumus:
BAB
B
A
A PPJ
B
J
BD -=-=
(Suharsimi Arikunto, 1999:213-218)
di mana:
J : Jumlah peserta tes
BA : Jumlah peserta tes kelompok atas yang menjawab benar
BB : Jumlah peserta tes kelompok bawah yang menjawab benar
JA : Jumlah peserta tes kelompok atas
JB : Jumlah peserta tes kelompok bawah
D : Daya pembeda
PA : Proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab benar
PB : Proporsi peserta tes kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi indeks pembeda soal :
0,00£ D £ 0,20 : Item soal dikatakan memiliki daya pembeda jelek
0,20 < D £ 0,40 : Item soal dikatakan memiliki daya pembeda cukup
0,40 < D £ 0,70 : Item soal dikatakan memiliki daya pembeda baik
0,70< D £ 1,00 : Item soal dikatakan memiliki daya pembeda baik sekali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Hasil tes uji coba kemampuan kognitif, dari 50 soal yang diujicobakan,
setelah dilakukan analisis untuk mengetahui daya pembeda dari masing-masing
item diperoleh hasil sebagai berikut: 5 soal mempunyai daya pembeda baik yaitu
nomor 6, 20, 24, 27 dan 31; 30 soal mempunyai daya pembeda cukup, yaitu
nomor1, 3, 4, 5, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 25, 26, 28, 29, 30, 33, 35, 36,
37, 38, 42, 43, 46, 47, 48, 49 dan 50; 15 soal mempunyai daya pembeda jelek,
yaitu nomor 2, 7, 8, 9, 12, 19, 22, 23, 32, 34, 39, 40, 41, 44 dan 45. (Perhitungan
selengkapnya pada Lampiran 27 halaman 187).
4) Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran item tes adalah pengukuran derajat kesukaran suatu
item tes. Besarnya angka yang menunjukkan taraf kesukaran disebut Indeks
Kesukaran (P). Soal yang baik adalah soal yang memiliki taraf kesukaran
memadai, artinya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Adapun rumus yang
digunakan untuk mengukur taraf kesukaran masing-masing soal adalah:
JsB
P =
di mana: P : Taraf kesukaran item soal
B : Jumlah siswa yang menjawab benar
Js : Jumlah siswa yang mengikuti tes
Klasifikasi indeks kesukaran soal :
0,00 £P ≤ 0,30 : Item soal dikatakan sukar
0,30 < P £ 0,70 : Item soal dikatakan sedang
0,70 < P £ 1,00 : Item soal dikatakan mudah
( Suharsimi Arikunto, 1999:208-210 )
Hasil tes uji coba kemampuan kognitif, dari 50 soal yang diujicobakan,
setelah dilakukan analisis untuk mengetahui taraf kesukaran dari masing-masing
soal diperoleh hasil sebagai berikut: 19 soal dikategorikan mudah, yaitu nomor 1,
2, 8, 10, 12, 15, 16, 17, 19, 22, 33, 34, 40, 41, 43, 44, 47, 48, dan 50; 22 soal
dikategorikan mempunyai tingkat kesukaran sedang, yaitu nomor 3, 4, 5, 6, 7, 9,
11, 13, 14, 20, 23, 24, 25, 26, 27, 31, 35, 36, 37, 42, 46 dan 49; 9 soal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
dikategorikan sukar, yaitu nomor 18, 21, 28, 29, 30, 32, 38, 39, dan 45.
(Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 27 halaman 187).
b. Instrumen Angket
Angket digunakan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam belajar
fisika sesaat setelah diberi perlakuan pembelajaran. Isi pertanyaan dalam angket
ini adalah tentang aktivitas, perasaan, serta sikap siswa dalam mengikuti
pembekajaran fisika. Dalam penelitian ini angket yang digunakan berbentuk
pilihan ganda sebanyak empat pilihan, dimana responden tinggal memberi tanda
X pada lembar jawab yang telah disediakan.
Langkah-langkah dalam menyusun angket adalah sebagai berikut :
a Menentukan Indikator, yaitu : Visual acativities, Oral activities, Listening
activities, Writing activities, Drawing activities, Motor activities, Mental
activities, Emotional activities
b Menyusun tabel kisi-kisi pembuatan instrumen angket.
Menjabarkan indikator ke dalam butir-butir angket dan menentukan cara
pemberian skor pada tiap item atau butir angket, yaitu a = 4, b = 3, c = 2, d = 1
untuk item positif; dan a = 1, b = 2, c = 3, dan d = 4 untuk item negatif
Angket sebelum disebarkan ke responden diadakan tryout. Untuk mendapatkan
angket yang berkualitas memenuhi validitas dan realibilitas.
1) Validitas Angket
Selain itu validitas soal juga diuji validitas butirnya dengan rumus korelasi produk
moment dari Pearson sebagai berikut :
})(}{)({
))((2222 YYNXXN
YXXYNrxy
S-SS-S
SS-S= (Suharsimi Arikunto,1995:69)
dengan :
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.
N : jumlah subjek
X dan Y : variabel yang dikorelasikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Kriteria pengujian :
Jika rxy > rtabel maka butir dinyatakan valid.
Hasil tes uji coba angket keaktifan siswa dari 40 item yang diuji cobakan,
setelah dilakukan analisis untuk mengetahui kevalidan dari masing-masing item
diperoleh hasil sebagai berikut : 35 soal tergolong valid, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5,
7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31,
32, 34, 35, 36, 37, 38, dan 39; 5 soal tergolong invalid yaitu nomor 6, 8, 25, 33,
dan 40. (Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 28 halaman 192).
2) Realibilitas Angket
Realibilitas angket dicari secara keseluruhan dengan menggunakan rumus:
÷÷ø
öççè
æ-÷
øö
çèæ
-= å
2t
2i
11σ
σ1
1nn
r
(Suharsimi Arikunto,1995:106)
dengan:
11r : reliabilitas instrumen
n : banyaknya pertanyaan atau butir soal
å 2iσ : jumlah varians skor tiap item
2ts : varians total
( )
NN
XX i
i
i
22
2
ååå
-=s
( )
NN
XX t
t
t
22
2
ååå
-=s
Hasil perhitungan uji reliabilitas dengan rumus alpha ini diinterpretasikan sebagai
berikut:
0,8 <£ 11r 1 : reliabilitasnya sangat tinggi
0,6 <£ 11r 0,8 : reliabilitasnya tinggi
0,4 <£ 11r 0,6 : reliabilitasnya cukup
0,2 <£ 11r 0,4 : reliabilitasnya rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
0,0 <£ 11r 0,2 : reliabilitasnya sangat rendah
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa
Data yang digunakan untuk mengetahui keadaan awal kelas eksperimen
dan kelas kontrol adalah nilai ujian blok pada semester ganjil. Sedang hipotesis
yang diajukan adalah:
Ho : Tidak ada perbedaan keadaan awal antara siswa kelompok eksperimen
dengan siswa kelompok kontrol.
H1 : Ada perbedaan keadaan awal antara siswa kelompok eksperimen dengan
siswa kelompok kontrol.
Adapun teknik yang digunakan adalah uji-t dua ekor dengan rumus sebagai
berikut:
úû
ùêë
é+ú
û
ùêë
é-+å+å
-=
baba
ba
nnnn
XX
XbXat
112
22
(Budiyono, 2004: 151)
dengan:
Xa = means dari kelompok eksperimen
Xb = means dari kelompok kontrol
na = banyaknya subyek kelompok eksperimen
nb = banyaknya subyek kelompok kontrol
Xa = nilai untuk kelas eksperimen dikurangi nilai rata-rata kelas eksperimen
Xb = nilai untuk kelas kontrol dikurangi nilai rata-rata hasil kelas kontrol
a Taraf signifikansi: α = 5%
b Keputusan uji
Jika : – t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima, yang berarti tidak ada
perbedaan antara keadaan awal siswa kelompok eksperimen dan siswa
kelompok kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Jika : thitung ≤ -ttabel atau thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak, yang berarti ada
perbedaan antara keadaan awal siswa kelompok eksperimen dan siswa
kelompok kontrol.
2. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji yang digunakan dikenal dengan nama uji Liliefors. Uji normalitas ini
digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi
yang berdistribusi normal atau tidak normal. Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut :
(1) Menentukan Hipotesis
H0 :sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 :sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
(2) Pengamatan x1, x2, x3, …., xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, …., Zn
menggunakan rumus :
S
XXZ
-=
( ) ( )
( )122
2
-å-å
=nn
XXnS
dengan X dan S berturut-turut merupakan rata-rata dan simpangan baku.
(3) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor
tertinggi.
(4) Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal
baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z≤Zi).
(5) Mencari selisih antara │F(Zi) – S(Zi)│, dan ditentukan harga mutlaknya,
dengan rumus :
Lobs = Maks │ F(Zi) – S(Zi)│
F(Zi) : Bilangan baku yang menggunakan daftar distribusi normal
S(Zi) : Perbandingan nomer subyek dengan jumlah subyek
(6) Kriteria Pengujian :
Lobs ≥Ltabel : maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak
normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Lobs < Ltabel : maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
(Budiyono, 2004 :169-170)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel
penelitian ini berasal dari populasi yang homogen atau tidak homogen. Statistik
uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Barlett yang prosedurnya
sebagai berikut :
(1) Menentukan Kriteria
a12 = a2
2 = a32 = a = a4
2 (sampel berasal dari populasi yang homogen).
a12 ≠ a2
2 atau a12 ≠ a3
2 atau a12 ≠ a4
2 atau a22 ≠ a3
2 atau a22 ≠ a4
2 atau
a32 ≠ a4
2 (populasi tidak homogen).
(2) Menghitung variansi masing-masing sampel (Sj2)
1
2
-=
j
jj n
SSS
(3) Menghitung variansi gabungan dari semua sampel (SSj2) dengan rumus :
( )
j
jjj n
XXSS
2
2å
-å=
(4) Menghitung harga satuan
f
SSRk j
Gå
=
(5) Menghitung harga Chi-kuadrat dengan rumus :
[ ]22 loglog303,2
jjG SfRkfC
å-=c
di mana :
jf : nj - 1
c 2 : Harga uji Barlett
f : Derajat kebebasan
j : 1,2,……k
( ) úúû
ù
êêë
é-å
-+=
ffkC
j
1113
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
6) Mencari nilai 2c dari tabel distribusi Chi-kuadrat pada taraf signifikasi 5%
7) Kriteria Uji
2c hitung < 2c 0,05;k-1 : sampel berasal dari populasi yang homogen
2c hitung ≥ 2c 0,05;k-1 : sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.
(Budiyono, 2004 :176-177)
3. Uji Hipotesis
a. Uji Analisis Variansi Dua Jalan Isi Sel Tidak Sama
Dalam penelitian ini digunakan analisis variansi dua jalan dengan
frekuensi sel tak sama. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Asumsi dasar
(a) Y = variabel terikat yang berdistribusi normal
(b) Populasi-populasi berdistribusi normal dan memiliki sifat homogen
(c) Sampel dipilih secara acak
(d) Variabel terikat
(e) Variabel bebas
2) Model
Xijk = m + aj + bj + abij + eijk (Budiyono, 2004: 228)
Xijk = observasi pada subyek ke-k di bawah faktor I kategori ke-i dan faktor II
kategori ke-j
i : 1,2,3, ... p; p = banyaknya baris
j : 1,2,3, ... q; q = banyaknya kolom
k : 1,2,3, ... n; n = banyaknya data amatan pada sel ij
m = grand mean atau rerata besar
ai = efek faktor I kategori i terhadap Xijk
bj = efek faktor II kategori j terhadap Xijk
abij = kombinasi efek faktor I dan II terhadap Xijk
eijk = kesalahan eksperimental yang berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
3) Hipotesis
a). HoA : ai = 0: Tidak ada perbedaan pengaruh antara metode demonstrasi
melalui pendekatan Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
b). H1A : aj ¹ 0: Ada perbedaan pengaruh antara metode demonstrasi melalui
pendekatan Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses terhadap
kemampuan kognitif Fisika siswa.
c). HoB : ai = 0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antara keaktifan siswa kategori
tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
d). H1B : aj ¹ 0 : Ada perbedaan pengaruh antara keaktifan siswa kategori tinggi
dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
e). HoAB : aij = 0 : Tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan
pembelajaran dengan keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika
siswa.
f). H1AB : aij ¹ 0 : Ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan
pembelajaran dengan keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika
siswa.
4) Tabel Data Sel
Tabel.3.2 Rancangan Data Sel
B1 B2
A1
n1j
åX1j
`X1j
åX21j
C1j
SS1j
n11
åX11
`X11
åX211
C11
SS11
n12
åX12
`X12
åX212
C12
SS12
A2
n2j
åX2j
`X2j
åX22j
n21
åX21
`X21
åX221
n22
åX22
`X22
åX222
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
C2j
SS2j
C21
SS21
C22
SS22
( )ij
ijij n
XC
2å=
ijC = rerata harmonik cacah pengamatan semua sel
ijijij CXSS -å= 2
ijSS = jumlah kuadarat deviasi pengamatan pada sel ij
(a) Tabel Rerata Sel AB
Tabel.3.3 Rancangan Rerata Sel AB
B1 B2 Total
A1 11X 12X Ai
A2 21X 22X Aj
Total Bj Bj G
(b) Komponen Jumlah Kuadrat
(1) = pqG 2
(3) = å q
Ai2
(2) = åji
ijSS,
(4) = å p
B j2
(5) = åij
ijAB2
(c) Rerata Harmonik
å=
ij ij
h
n
pqn
1
(d) Jumlah Kuadrat
JKA = hn { (3) - (1)}
JKB = hn { (4) - (1)}
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
JKAB = hn { (5) - (4) - (3) + (1)}
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
Derajat Kebebasan
dkA = p – 1
dkB = q – 1
dkAB = (p – 1)(q – 1)
dkG = pq (n – 1) = N – pq
dkT = N – 1
(e) Rerata Kuadrat
RKA = JKA / dkA
RKB = JKB / dkB
RKAB = JKAB / dkAB
RKG = JKG / dkG
(f) Statistik Uji
FA = RKA / RKG
FB = RKB / RKG
FAB = RKAB / RKG
Daerah Kritik
DKA = FA ≥ Fa ; p - 1, N – pq
DKB = FB ≥ Fa ; q - 1, N – pq
DKAB = FAB ≥ Fa ; (p – 1)(q – 1), N – pq
(g) Keputusan Uji
Jika FA ≥ Fa ; p - 1, N – pq, maka H0A ditolak
Jika FB ≥ Fa ; q - 1, N – pq, maka H0B ditolak
Jika FAB ≥ Fa ; (p – 1)(q – 1), N – pq, maka H0AB ditolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
(h) Rangkuman ANAVA
Tabel. 3. 4 Rancangan Rangkuman ANAVA
Sumber Variansi JK Dk RK F P
Efek Utama A B
JKA JKB
dkA dkB
RKA RKB
FA
FB
<a atau >a <a atau >a
Interaksi (AB) JKAB dkAB RKAB FAB <a atau >a
Kesalahan JKG dkG RKG Total JKT dkT
(Budiyono, 2004: 228-233)
b. Uji Lanjut ANAVA
Jika dari anava diperoleh keputusan H0 ditolak berarti ada perbedaan
pengaruh faktor-faktor dari variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.
Oleh karena itu, perlu diadakan uji lanjut anava untuk mengetahui manakah
diantara perbedaan pengaruh tersebut yang signifikan. Penelitian ini menggunakan
uji lanjut anava dengan metode Scheffe. Adapun langkah-langkah dalam
menerapkan metode scheffe untuk uji lanjut anava tersebut adalah :
1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata
2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
3) Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
a) Untuk komparasi rerata antar baris ke-i dan ke-j
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=
j. j.
2 i. i.
j. - i.
n1
n1
RKG
XX F
b) Untuk komparasi rerata antar kolom ke-i dan ke-j
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=
.j .i
2 .j .i
.j - .i
n1
n1
RKG
XX F
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
c) Untuk komparasi rerata antar sel ij dan sel kj
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=-
kjij
2kjij
kjij
n1
n1
RKG
XXF
d) Untuk komparasi rerata antar sel ij dan sel ik
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=-
ikij
2ikij
ikij
n1
n1
RKG
XXF
4) Menentukan tingkat signifikansi (a)
5) Menentukan DK dengan rumus sebagai berikut :
a) { } 1)F(pFF DK pqN1;pα;jijij.-i. ---- -³=
b) { } 1)F(qFF DK pqN1;qα;jiji.j-.i ---- -³=
c) { } 1)F(pqFF DK pqN1;pqα;kjijkjij kj-ij ---- -³=
d) { } pqN1;pqα;ikijikijik -ij )F1(pqFF DK ---- -³=
6) Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda)
7) Menentukan keputusan uji untuk setiap pasangan komparasi rerata.
Jika Fhitung ³ Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti ada perbedaan efek yang
signifikan
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, yang berarti tidak ada perbedaan efek
yang signifikan. (Budiyono, 2004 : 213-215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penelitian dilaksanakan di SMP N 18 Surakarta dengan sampel 68 siswa.
Berasal dari dua kelas yaitu kelas VIIIc sebagai kelas eksperimen berjumlah 36
siswa dan kelas VIIID sebagai kelas kontrol berjumlah 32 siswa.
Peneliti memperoleh tiga data penelitian. Pertama, data keadaan awal
siswa diperoleh dari nilai ujian blok semester ganjil sebagai data kemampuan
kognitif Fisika awal siswa sebelum diberi perlakuan. Kedua, nilai ulangan siswa
pada pokok bahasan Bunyi yang digunakan untuk mengetahui pencapaian hasil
belajar siswa setelah diberi perlakuan. Ketiga, data keaktifan belajar siswa yang
diperoleh dari pemberian angket keaktifan belajar siswa.
1. Data Keadaan Awal Siswa
Deskripsi nilai keadaan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
ditunjukkan pada tabel 4.1. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 29).
Tabel 4.1. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Awal Fisika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelompok
Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi
Rerata
( X )
Modus
(Mo)
Median
(Me)
Nilai Jangkauan
(J)
Standar
Deviasi
(SD) Min Max
Eksperimen 66,8056 70 68 50 85 35 9,3008
Kontrol 64,9063 67 66 50 82 32 8,8331
Kriteria distribusi frekuensi dan normalitas distribusi frekuensi keadaan
awal siswa kelompok eksperimen ditunjukkan pada tabel 4.2 dan tabel 4.3
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen
No Interval Kelas Frekuensi
Mutlak Relatif (%)
1 < 53 3 8,33
2 54-60 6 16,67
3 61-67 11 30,56
4 68-74 8 22,22
5 75-81 6 16,67
6 > 82 2 5,56
X + 2 SD = 85,4072
X - 2 SD = 48,2040
X + 1 SD = 76,1064
X - 1 SD = 57,5048
Tabel 4.3. Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat
Rentang
Frekuensi
Mutlak Relatif (%) Harapan
(%)
SD 2+> XX ( >85,4072) 0 0 2
SD 2 SD 1 +<<+ XXX (76,1064- 85,4072) 5 14 14
SD 1 +<< XXX (66,8056-76,1064) 14 39 34
XXX <<- SD 1 (57,5048-66,8056) 11 31 34
SD 1 SD 2 -<<- XXX (48,2040-57,5048) 6 17 14
SD 2-> XX ( < 48,2040) 0 0 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Kriteria distribusi frekuensi dan normalitas distribusi frekuensi keadaan
awal siswa kelas kontrol ditunjukkan tabel 4.4 dan tabel 4.5
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol
No Interval Kelas Frekuensi
Mutlak Relatif (%)
1 < 53 4 12,5 2 54-59 5 15,625 3 60-65 8 25 4 66-71 8 25 5 72-77 5 15,625 6 > 78 2 6,25
X + 2 SD = 82,5725
X - 2 SD = 47,2401
Gambar 4.1. Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen
: frekuensi harapan
: frekuensi hasil penelitian
frekuensi
rentang
X - 2SD X -1SD X X +1SD X +2SD
14% 39% 31% 17% 0% 0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
X + 1SD = 73,7394
X - 1SD = 56,0732
Tabel 4.5. Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat
Rentang
Frekuensi
Mutlak Relatif
(%) Harapan
(%)
SD 2+> XX ( > 82,5725) 0 0 2
SD 2 SD 1 +<<+ XXX (73,7394- 82,5725) 7 22 14
SD 1 +<< XXX (64,9063-73,7394) 11 34 34
XXX <<- SD 1 (56,0732-64,9063) 8 25 34
SD 1 SD 2 -<<- XXX (47,2401-56,0732) 6 19 14
SD 2-> XX ( < 47,2401) 0 0 2
0% 22% 34% 25% 19% 0%
Gambar 4.2. Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol
: frekuensi harapan
: frekuensi hasil penelitian
X - 2SD X -1SD X X +1SD X +2SD
frekuensi
rentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
2. Data Skor Angket Keaktifan Siswa
Data tingkat keaktifan siswa diperoleh saat proses pembelajaran dan
setelah siswa diberi perlakuan. Data tingkat keaktifan siswa diperoleh dari
penyebaran angket kepada siswa tentang keaktifan siswa dalam belajar Fisika.
Tingkat keaktifan siswa dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori tinggi dan
rendah. Seorang siswa dikatakan memiliki tingkat keaktifan tinggi apabila skor
keaktifannya lebih dari atau sama dengan nilai rata-rata gabungan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan dikatakan memiliki tingkat keaktifan
rendah apabila nilainya kurang dari rata-rata gabungan.
Nilai rata-rata gabungan kelas eksperimen dan kontrol adalah 113,5294,
sehingga siswa yang memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 113,5294
termasuk pada kategori tinggi sedangkan siswa memiliki nilai di bawah 113,5294
termasuk pada kategori rendah. (Lampiran 42)
Kelas eksperimen memiliki skor keaktifan dengan rentang antara 98
sampai dengan 144, nilai rata-rata 116,7500 dan standar deviasi 10,2522,
sedangkan kelas kontrol memiliki skor keaktifan dengan rentang antara 90 sampai
dengan 122, nilai rata-rata 109,9063 dan standar deviasi 9,4472. (Lampiran 42)
3. Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa
Deskripsi nilai kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan
Bunyi untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Kelas Eksperimen dan Kontrol
Kelompok
Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi
Rerata
( X )
Mod
us
(Mo)
Median
(Me)
Nilai Jangkauan
(J)
Standar
Deviasi
(SD) Min Max
Eksperimen 73,5278 73 75 53 97 44 11,7047
Kontrol 68,5313 67 72 53 90 37 9,2631
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Kriteria distribusi frekuensi dan normalitas distribusi frekuensi
kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen ditunjukkan tabel 4.7 dan tabel 4.8
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Eksperimen
No Interval Kelas Frekuensi
Mutlak Relatif (%) 1 < 57 5 13,89
2 58-65 5 13,89
3 66-73 9 25,00
4 74-81 8 22,22
5 82-89 6 16,67
6 > 90 3 8,33
X + 2 SD = 96,9372
X - 2 SD = 50,1184
X + 1SD = 85,2325
X - 1SD = 61,8231
Tabel 4.8 Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat
Rentang
Frekuensi
Mutlak Relatif
(%)
Harapan
(%)
SD 2+> XX (>96,9372) 1 2,78 2
SD 2 SD 1 +<<+ XXX (85,2325-96,9372) 6 17 14
SD 1 +<< XXX (73,5278-85,2325) 10 28 34
XXX <<- SD 1 (61,8231-73,5278) 12 33 34
SD 1 SD 2 -<<- XXX (50,1184-61,8231) 7 19 14
SD 2-> XX (<49,8061) 0 0 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Kriteria distribusi frekuensi dan normalitas distribusi frekuensi
kemampuan kognitif siswa kelas kontrol ditunjukkan tabel 4.9 dan tabel 4.10.
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Kontrol
No Interval Kelas Frekuensi
Mutlak Relatif (%)
1 < 56 3 9,38
2 57-63 7 21,88
3 64-70 11 34,38
4 71-77 6 18,75
5 78-84 4 12,50
6 > 85 1 3,13
X + 2 SD = 87,0575
X - 2 SD = 50,0051
X + 1 SD = 77,7944
X - 1 SD = 59,2682
Gambar 4.3 Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen
: frekuensi harapan
: frekuensi hasil penelitian
X - 2SD X -1SD X X +1SD X +2SD
33% 19% 28% 0% 17% 2,78%
frekuensi
rentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.10 Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat
Rentang
Frekuensi
Mutlak Relatif (%) Harapan
(%)
SD 2+> XX (>87,0575) 1 3 2
SD 2 SD 1 +<<+ XXX (77,7944-87,0575) 4 13 14
SD 1 +<< XXX (68,5313-77,7944) 11 34 34
XXX <<- SD 1 (59,2682-68,5313) 11 34 34
SD 1 SD 2 -<<- XXX (50,0051-59,2682) 5 16 14
SD 2-> XX (<50,0051) 0 0 2
3% 13% 34% 34% 16% 0% rentang
Gambar 4.4. Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Kontrol
: frekuensi harapan
: frekuensi hasil penelitian
X - 2SD X -1SD X X +1SD X +2SD
frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
B. Hasil Analisis Data
1. Uji Kesamaan Keadaan Awal
Data yang digunakan untuk uji kesamaan keadaan awal dalam penelitian
adalah nilai ujian blok semester ganjil. Uji kesamaan keadaan awal dilakukan
dengan menggunakan rumus uji t-dua pihak. Sebelum dilakukan Uji-t dua pihak
terlebih dahulu dilakukan Uji Prasyarat yaitu Uji Normalitas dan Homogenitas.
Hasil uji normalitas keadaan awal siswa dengan rumus lilliefors
diperoleh hasil:
a. Untuk kelas eksperimen menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0,0655 dan
harga kritik L0,05; 36 = 0,1477. Karena Lobs < L0,05;36, maka dapat dikatakan
bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (lampiran 30)
b. Untuk kelas kontrol menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0,0864 dan harga
kritik L0.05;32 = 0,1566 atau (Lobs < L0.05;32), yang berarti sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. (lampiran 32)
Hasil uji homogenitas menggunakan uji Bartlett untuk sampel kelas
eksperimen dan kontrol diperoleh harga 09,02 =hitungc . Harga ini tidak melebihi
harga 2tabelc = 3,84 untuk dk =1 dan taraf signifikansi 5 %, yang berarti sampel
berasal dari populasi yang homogen. (lampiran 34)
Uji kesamaan keadaan awal dilakukan untuk mengetahui apakah kedua
sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki keadaan awal yang
sama sebelum diberi perlakuan. Dari tabel distribusi t diketahui harga ttabel = 1,99
dengan db = (36+32-2) =66 dan taraf signifikansi 5 % dan dari hasil perhitungan
uji t didapatkan thitung = 0,86 sehingga - ttabel = -1,99 < thitung =0,86< ttabel = 1,99
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, sehingga tidak ada
perbedaan antara keadaan awal kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen
dengan siswa kelas kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
2. Uji Prasyarat Analisis
Prasyarat analisis data yang harus dipenuhi adalah Uji Normalitas dan
Uji Homogenitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai postes
kemampuan kognitif pada pokok bahasan Bunyi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan Uji Lilliefors. Hasil perhitungan antara
Lobs dan Ltabel dibandingkan, jika Lobs < Ltabel maka sample berasal dari populasi
berdistribusi normal, dan sebaliknya jika Lobs>Ltabel maka sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi tidak normal. Berdasarkan hasil perhitungan
diketahui:
1) Untuk kelas eksperimen menunjukkan harga statistik uji Lobs =0,0937 dan
harga kritik L0.05; 36=.0,1477 Karena Lobs tidak melebihi harga Ltabel (L0.05; 36)
maka dapat dikatakan bahwa sampel pada kelas eksperimen berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. (Lampiran 37)
2) Untuk kelas kontrol menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0,0969 dan harga
kritik L0.05; 32 = 0,1566. Karena Lobs < Ltabel, maka dapat dikatakan bahwa
sampel pada kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
(Lampiran 39)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas dilakukan
dengan menggunakan Uji Bartlett. Dari hasil perhitungan diperoleh 74,12 =hitungc .
Apabila dikonsultasikan dengan 2tabelc dengan taraf signifikansi 5% diperoleh
21;05.0c = 3,84. Karena 2
1;05.02 cc <hitung atau 1,74 < 3,84 maka dapat dikatakan
bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.(Lampiran 41).
3. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Hasil Analisis Variansi
Data-data yang diperoleh dari penelitian yang berupa kemampuan awal
Fisika siswa dan nilai kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi Bunyi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
dianalisis dengan analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tidak sama.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat dilihat rangkuman analisis
variansinya pada tabel 4.11 di bawah ini. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 43).
Tabel 4.11. Rangkuman Analisis Variansi (Anava) Dua Jalan sel tak sama.
Sumber Variansi Jk dk Rk F P F tabel
Efek Utama A (Baris) 688,0867 1 688,0867 8,18 < 0.05 3,99
B (Kolom) 1946,0019 1 1946,0019 23,14 < 0.05 3,99 Interaksi (AB) 52,7178 1 52,7178 0,63 > 0.05 3,99
Kesalahan/ Ralat 5382,41 64 84,1002 Total 8069,2187 67
Keputusan uji:
Berdasarkan tabel 4.11. dapat disimpulkan pengujian hipotesis sebagai berikut:
1) Uji Hipotesis Pertama
H0A : Tidak ada perbedaan pengaruh antara metode demonstrasi melalui
pendekatan Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa
H1A : Ada perbedaan pengaruh antara metode demonstrasi melalui
pendekatan Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa
Setelah dianalisis, faktor penggunaan pendekatan pembelajaran yaitu
pendekatan Quantum Learning dan keterampilan proses, terhadap kemampuan
kognitif Fisika siswa untuk pokok bahasan Bunyi diperoleh harga FA = 8,18. Nilai
tersebut dikonsultasikan dengan harga Ftabel untuk taraf signifikasi 5% diperoleh
F0,05 : 1,64 = 3,99. Karena FA > F0,05 : 1,64 maka H0A ditolak atau H1A diterima.
Artinya, ada perbedaan pengaruh antara metode eksperimen melalui pendekatan
Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses terhadap kemampuan
kognitif Fisika siswa
2) Uji Hipotesis Kedua
H0B : Tidak ada perbedaan pengaruh antara tingkat keaktifan siswa kategori
tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
H1B : Ada perbedaan pengaruh antara tingkat keaktifan siswa kategori tinggi
dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa
Setelah dianalisis, faktor tingkat keaktifan siswa terhadap kemampuan
kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi diperoleh harga FB = 23,14. Nilai
tersebut dikonsultasikan dengan harga Ftabel untuk taraf signifikasi 5% diperoleh
F0,05 : 1,64 = 3,99. Karena FB > F0,05 : 1,64 maka H0B ditolak atau H1B diterima.
Artinya, ada perbedaan pengaruh antara tingkat keaktifan siswa terhadap
kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi.
3) Uji Hipotesis Ketiga
H0AB: Tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan tingkat
keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
H1AB: Ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan tingkat keaktifan
siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
Setelah dianalisis, interaksi antara pendekatan pembelajaran dan tingkat
keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan
Bunyi diperoleh harga FAB = 0,63. Nilai tersebut dikonsultasikan dengan harga
Ftabel untuk taraf signifikasi 5% diperoleh F0,05: 1,64 = 3,99. Karena FAB < F0,05 : 1,64
maka H0AB diterima atau H1AB ditolak. Artinya, tidak ada interaksi antara
pendekatan pembelajaran dan tingkat keaktifan siswa terhadap kemampuan
kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi.
b. Hasil Uji Lanjut Analisis Variansi
Uji lanjut anava (komparasi ganda) digunakan sebagai tindak lanjut dari
analisis variansi. Anava hanya dapat mengetahui ditolak atau diterimanya
hipotesis nol. Artinya, jika hipotesis nol ditolak, maka belum dapat diketahui
rerata mana yang berbeda. Karena jika hipotesis nol ditolak, maka diperoleh
kesimpulan bahwa paling sedikit terdapat satu rerata yang berbeda dengan rerata
lainnya. Tujuan uji lanjut anava adalah untuk mengetahui perbedaan yang
signifikan antara rataan populasi yang dibandingkan. Dari hasil perhitungan
anava, diperoleh bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Ø Hipotesis pertama :
H0 ditolak yaitu ada perbedaan pengaruh antara metode demonstrasi
melalui pendekatan Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa
Ø Hipotesis kedua :
H0 ditolak yaitu ada perbedaan pengaruh antara tingkat keaktifan siswa
kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa
Ø Uji lanjut
Uji lanjut yang dilakukan adalah untuk mengetahui perbedaan rerata
antar baris dan antar kolom. Uji lanjut anava menggunakan metode komparasi
ganda (metode Scheffe). Berikut tabel rangkuman komparasi ganda:
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 44).
Tabel 4.12. Rangkuman Komparasi Ganda
Komparasi
Rerata
Rerata Statistik Uji
( ))
11(
jiG
jiij
nnRk
XXF
+
-=
Harga
Kritik
P
iX
jX
mA1 vs mA2
mB1 vs mB2
73,53
75,76
68,53
65,71
5,029
20,334
3.99
3.99
< 0.05
< 0.05
Berdasarkan tabel 4.12 dapat disimpulkan hasil uji beda rerata yaitu :
a. FA12 = 5,029 > F0.05;1.64 = 3,99 maka Ho ditolak.
Artinya, ada perbedaan rerata yang signifikan antara baris A1 (metode
demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning) dengan baris A2 (metode
demonstrasi melalui pendekatan keterampilan proses) . Rerata kemampuan
kognitif Fisika siswa melalui pendekatan Quantum Learning adalah 1AX =
73,53 sedangkan rerata prestasi belajar Fisika siswa melalui pendekatan
ketrampilan proses adalah 2AX = 68,53. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning
memberikan pengaruh yang lebih baik dibanding dengan metode demonstrasi
melalui pendekatan keterampilan proses terhadap kemampuan kognitif Fisika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
siswa pada pokok bahasan Bunyi siswa SMP Negeri 18 Surakarta kelas VIII
Semester II Tahun Ajaran 2009/2010.
b. FB12 = 20,334 > 2 F0.05;1,64 = 3,99 maka Ho ditolak.
Artinya, ada perbedaan rerata yang signifikan antara kolom B1 (tingkat
keaktifan tinggi) dengan kolom B2 (tingkat keaktifan rendah). Rerata
kemampuan kognitif Fisika siswa yang mempunyai keaktifan kategori tinggi
adalah 76,751 =BX dan siswa yang mempunyai keaktifan kategori rendah
adalah 71,652 =BX . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang
mempunyai keaktifan kategori tinggi memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap kemampuan kognitif Fisika dari pada siswa yang mempunyai
keaktifan kategori rendah.
C. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan analisis variansi dan Uji lanjut anava dapat diuraikan hal-hal
sebagai hasil penelitian:
1. Uji Hipotesis Pertama
0:0 =iAH a : Tidak ada perbedaan pengaruh antara metode demonstrasi
melalui pendekatan Quantum Learning dan pendekatan
keterampilan proses terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
0:1 ¹iAH a : Ada perbedaan pengaruh antara metode demonstrasi melalui
pendekatan Quantum Learning dan pendekatan ketrampilan
proses terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa
Berdasarkan hasil analisis data maka dapat diketahui bahwa ada perbedaan
pengaruh antara metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning dan
pendekatan keterampilan proses terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Hasil
penelitian setelah diuji lanjut anava didapatkan 12AF = 5,029 lebih besar dari
F0,05;1.64 = 3,99 sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima.
Pada uji lanjut anava tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang
signifikan antara metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning dan
pendekatan keterampilan proses terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Dari hasil uji lanjut anava menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning lebih efektif daripada
pembelajaran dengan metode demonstrasi melalui pendekatan keterampilan
proses. Bila dilihat nilai rerata kemampuan kognitif Fisika siswa, penggunaan
metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning memberikan hasil
yang lebih baik dibanding penggunaan metode demonstrasi melalui pendekatan
keterampilan proses. Rerata kelas eksperimen yang diberi perlakuan pembelajaran
dengan pendekatan Quantum Learning adalah 73,53, sedangkan rerata kelas
kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan
proses adalah 68,53. Hal tersebut disebabkan karena pada pembelajaran yang
menggunakan metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning siswa
mengalami, mengamati dan melakukan kegiatan secara langsung dalam
lingkungan belajar yang dirancang agar siswa merasa nyaman dalam belajar,
menyalakan musik untuk mengiringi selama kegiatan demonstrasi berlangsung,
dan menyimpulkan materi yang dipelajari dengan menggunakan power point,
sedangkan pada pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi melalui
pendekatan ketrampilan proses hanya mengalami secara langsung kegiatan yang
dilakukannya kemudian menyimpulkan konsep materi yang diperoleh dari
kegiatan yang dilakukan.
2. Uji Hipotesis Kedua
0:0 =jBH b : Tidak ada perbedaan pengaruh antara tingkat keaktifan siswa
tinggi dan tingkat keaktifan siswa rendah terhadap kemampuan
kognitif Fisika siswa
0:1 ¹jBH b : Ada perbedaan pengaruh antara tingkat keaktifan siswa tinggi
dan tingkat keaktifan siswa rendah terhadap kemampuan
kognitif Fisika siswa
Setelah dilakukan analisis dimana kemampuan awal Fisika siswa sebagai
variabel bebas dan kemampuan kognitif Fisika siswa sebagai variabel terikat,
diperoleh harga 12BF = 20,334 lebih besar dari F0,05;1.64 = 3,99 sehingga hipotesis
nol ditolak. Pada uji lanjut anava tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
rerata yang signifikan antara siswa yang memiliki keaktifan kategori tinggi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Dari Tabel 4.12 terlihat bahwa
kemampuan kognitif Fisika siswa yang mempunyai keaktifan kategori tinggi
mempunyai rerata yang lebih besar daripada siswa yang mempunyai keaktifan
belajar kategori rendah. Rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang memiliki
keaktifan tinggi adalah 75,76 sedangkan siswa yang memiliki keaktifan rendah
adalah 65,71. Hal ini membuktikan bahwa siswa yang mempunyai keaktifan
kategori tinggi akan memberikan pengaruh yang lebih besar daripada siswa yang
mempunyai keaktifan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
Siswa yang memiliki tingkat keaktifan tinggi akan lebih aktif dalam
berpikir atau mengerjakan tugas-tugas dibandingkan dengan siswa yang memiliki
tingkat keaktifan rendah. Dengan perbedaan semacam ini maka penguasaan
terhadap materi pelajaran bagi siswa yang memiliki tingkat keaktifan tinggi lebih
baik dibandingkan siswa yang memiliki tingkat keaktifan rendah.
3. Uji Hipotesis Ketiga
0:0 =ijABH ab : Tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan
pembelajaran dengan tingkat keaktifan siswa terhadap
kemampuan kognitif Fisika siswa.
0:1 ¹ijABH ab : Ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan
pembelajaran dengan tingkat keaktifan siswa terhadap
kemampuan kognitif Fisika siswa.
Harga FAB = 0,63 lebih kecil dari F0.05; 1.64 = 3,99, sehingga hipotesis nol
diterima. Hal ini berarti bahwa tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan
pembelajaran dengan tingkat keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika
siswa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kemampuan kognitif Fisika siswa
yang diberi pembelajaran dengan metode demonstrasi melalui pendekatan
Quantum Learning lebih baik daripada pendekatan ketrampilan proses, baik untuk
siswa yang mempunyai keaktifan kategori tinggi maupun siswa yang mempunyai
keaktifan kategori rendah. Di samping itu, kemampuan kognitif Fisika pada siswa
yang mempunyai keaktifan kategori tinggi lebih baik daripada siswa yang
mempunyai keaktifan kategori rendah, baik yang diberi pengajaran dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
metode demonstrasi melaui pendekatan Quantum Learning maupun ketrampilan
proses.
Tidak adanya interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan tingkat
keaktifan mungkin dikarenakan siswa kurang disiplin dalam mengikuti kegiatan
belajar Fisika sehingga ada sebagian siswa yang kurang perhatian terhadap materi
yang disampaikan oleh guru, ada variabel bebas lain selain variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian yang mempengaruhi proses pencapaian prestasi
belajar Fisika, antara lain: faktor intelegensi, latar belakang keluarga, bimbingan
belajar, lingkungan, dan lain-lain, serta peneliti tidak dapat mengontrol faktor-
faktor tersebut di luar kegiatan pembelajaran. Akibatnya siswa belum optimal
dalam mengikuti proses pembelajaran guna meningkatkan kemampuan kognitif
Fisika pada pokok bahasan Bunyi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan pada
Lampiran 44, maka dapat disimpulkan :
1. Ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan metode demonstrasi
melalui pendekatan Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Siswa yang diberi pembelajaran
dengan metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning
mempunyai kemampuan kognitif lebih baik dibanding siswa yang diberi
pembelajaran dengan metode demonstrasi melalui pendekatan keterampilan
proses.
2. Ada perbedaan pengaruh antara keaktifan siswa kategori tinggi dan rendah
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Siswa yang memiliki tingkat
keaktifan tinggi memiliki kemampuan kognitif Fisika yang lebih baik daripada
siswa yang memiliki tingkat keaktifan rendah.
3. Tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan pembelajaran
dengan keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan implikasi sebagai
berikut:
1. Pembelajaran Fisika dengan metode demonstrasi melalui pendekatan
Quantum Learning dapat membantu efektifitas belajar mengajar.
2. Tingkat keaktifan siswa berpengaruh terhadap kemampuan kognitif Fisika.
Siswa yang mempunyai tingkat keaktifan tinggi memperoleh hasil
kemampuan kognitif yang lebih tinggi daripada siswa yang mempunyai
tingkat keaktifan rendah.
81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian, maka peneliti
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Pemilihan pendekatan dan metode yang kurang tepat untuk suatu kompetensi
dapat mempengaruhi kemampuan kognitif siswa. Oleh karena itu, guru perlu
memperhatikan kelebihan dan kekurangan pendekatan dan metode-metode
mengajar, sehingga dapat memilih pendekatan dan metode yang sesuai untuk
suatu kompetensi tertentu.
2. Guru sebaiknya memperhatikan tingkat keaktifan siswa, sehingga dalam
proses belajar mengajar guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Bobby DePotter & Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman.
Bandung: Kaifa.
Budi Prasodjo,dkk. 2004. Panduan FISIKA untuk kelas 2 SLTP. Jakarta:
Yudhistira.
Budi Purwanto.2006. Sains Fisika SMP Kelas VII. Surakarta:Tiga Serangkai.
Budiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press.
Cece Wijaya, dkk. 1988. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan
Pengajaran. Bandung: CV Remadja Karya.
Conny Semiawan, Tangyong, Belen, Yulaelawati. 1985. Pendekatan Ketrampilan
Proses. Jakarta: Gramedia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
SMP. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
Dimyati & Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Dwi Astuti. 2009. PEMBELAJARAN PEMANTULAN CAHAYA
MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DENGAN PENDEKATAN
QUANTUM LEARNING DAN KETRAMPILAN PROSES DITINJAU
DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP. Surakarta: UNS.
Etsa Indra Irawan,dkk. 2008. IPA Fisika untuk SMP/MTs. Kelas VIII. Bandung:
Yrama Widya.
Gino H.J., Suwarni, Suripto, Maryanto, & Sutijan. 1999. Belajar dan
Pembelajaran I. Surakarta : UNS Press
Herbert Druxes, Fritz Siemsen, dan Gernot Born. 1986. Kompendium Didaktik
Fisika. Terjemahan Soeparmo. Bandung: Remadja Karya.
Margono. 1998. Strategi Belajar-Mengajar Buku 1. Surakarta: UNS Press.
Marthen, Kanginan. 2002. Sains FISIKA SMP. Jakarta : Erlangga
Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Rosdakarya.
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Mulyani & Johar. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana.
Nana Sudjana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Ratna Willis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Rini Budiharti. 1998. Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi. Surakarta: UNS
Press
Rosindah Nurmita. 2009. PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN
TGT DITINJAU DARI TINGKAT KEAKTIFAN SISWA PADA
POKOK BAHASAN FLUIDA STATIK DI SMA KELAS XI SEMESTER 2
TAHUN AJARAN 2008/2009. Surakarta: UNS.
Sardiman, AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung:
Rajawali Pers
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remadja Rosdakarya
Suharsimi Arikunto. 1995. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
_________. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
_________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka
Cipta
Tabrani Rusyan, J., Atang Kusdinar & Zainal Arifin. 1989. Pendekatan dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya.
Wina, Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media
W.S. Wingkel.1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE DEMONSTRASI
MELALUI QUANTUM LEARNING DAN KETRAMPILAN PROSES
DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA DI SMP
Skripsi
Skripsi
Titik Nur Aini
K 2306037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE DEMONSTRASI
MELALUI QUANTUM LEARNING DAN KETRAMPILAN PROSES
DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA DI SMP
Oleh :
Titik Nur Aini
K 2306037
Skripsi
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Jamzuri, M.Pd. NIP. 19521118198103 1 002
Pembimbing II
Drs. Y. Radiono NIP. 19680403 199802 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Rini Budiharti, M. Pd. NIP. 19580728 198403 2 003
( )
Sekretaris : Drs. Darianto NIP. 19460809 198303 1 001
( )
Anggota I : Drs. Jamzuri, M.Pd. NIP. 19521118 198103 1 002
( )
Anggota II : Drs. Y. Radiono NIP. 19680403 199802 1 001
( )
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Titik Nur Aini. PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE DEMONSTRASI MELALUI QUANTUM LEARNING DAN KETRAMPILAN PROSES DITINJAU DARI TINGKAT KEAKTIFAN SISWA DI SMP. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2010.
Tujuan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak adanya: (1) perbedaan
pengaruh antara pembelajaran dengan metode demonstrasi melalui pendekatan
Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses terhadap kemampuan
kognitif Fisika siswa, (2) perbedaan pengaruh antara keaktifan siswa kategori
tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa, (3) interaksi
pengaruh antara penggunaan pendekatan pembelajaran dengan keaktifan siswa
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
Peneliti menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2.
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 18 Surakarta. Populasi penelitian ini
adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010
yang terdiri dari 6 kelas, yaitu kelas VIIIA sampai dengan kelas VIIIF. Sample
diambil menggunakan cluster random sampling dari populasi sehingga diperoleh
36 siswa kelas eksperimen VIIIc dan 32 siswa kelas kontrol VIIID. Teknik
dokumentasi digunakan untuk memperoleh data keadaan awal siswa, sedangkan
teknik angket untuk mendapatkan data keaktifan siswa dan teknik tes untuk
memperoleh data kemampuan kognitif Fisika siswa. Data yang ada dianalisis
menggunakan anava dua jalan dengan isi sel tak sama pada taraf signifikansi 5%
dan uji lanjut dengan teknik komparasi ganda metode Scheffe untuk mengetahui
signifikansi rerata penelitian.
Peneliti menyimpulkan bahwa: (1) Ada perbedaan pengaruh antara
pembelajaran dengan metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning
dan pendekatan keterampilan proses terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa
(FA= 8,18 > F0.05; 1.64 = 3,99). Dari Uji Komparasi ganda diperoleh hasil bahwa
metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning memberikan
pengaruh yang lebih baik dibanding dengan pendekatan keterampilan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa )( 21 AA XX > , (2) Ada perbedaan
pengaruh antara keaktifan siswa kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan
kognitif Fisika siswa (FB = 23,14 > F0.05; 1.64= 3,99). Dari uji komparasi ganda
diperoleh hasil bahwa siswa yang mempunyai keaktifan kategori tinggi
mempunyai kemampuan kognitif Fisika yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki keaktifan kategori rendah )( 21 BB XX > , (3) Tidak ada interaksi
pengaruh antara penggunaan pendekatan pembelajaran dengan keaktifan siswa
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa (FAB= 0,63 > F0.05; 1.64 = 3,99). Jadi
antara pendekatan pembelajaran dan keaktifan siswa mempunyai pengaruh
sendiri-sendiri terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Titik Nur Aini. PHYSICS LEARNING USING DEMONSTRATION METHOD WITH QUANTUM LEARNING AND PROCESS SKILL APPROACH VIEWED VIEWED FROM THE STUDENTS’ ACTIVITY AT JUNIOR HIGH SCHOOL. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty , Sebelas Maret University, November 2010.
The aim of research is to find out that there is or there is not: The
difference of influence between using demonstration method with Quantum
Learning approach and process skill approach toward the student’s physics
cognitive ability, (2) The difference of influence between high and low category
of student’s activities to student’s cognitive ability in physics, (3) The interaction
of the influence between using of learning approach and student’s activities
toward the students’ cognitive ability in physics.
The researcher uses an experimental method with 2 x 2 factorial design.
The place of this research is in Junior High School 18 Surakarta. This population
of research is all students in eighth grade of Junior High School 18 Surakarta in
the school year of 2009/2010, which is consists of 6 classes, class VIIIA until
VIIIF. Sample is taken by cluster random sampling technique from population
therefore founded 36 students experiment class VIIIC and 32 students control class
VIIID. Documentation technique is used to obtain the data of student’s early
capability score, questionnaire technique to obtain the data of student’s activities
and test to obtain the data of student’s Physics cognitive ability. The data is
analyzed by Anava with different cell at level of signification 5% and advanced
analyze by Scheffe multiple comparison method to find out research mean
significance.
The researcher conclude that: There is different effect between using
demonstration method with Quantum Learning approach and process skill
approach toward the student’s physics cognitive ability (FA= 8,18 > F0.05; 1.64 =
3,99). Based on the multiple comparison method that using Quantum Learning
approach gives a better effect on student’s cognitive capability than the process
skill approach )( 21 AA XX > , (2) There is difference of influence between high
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
and low category of student’s activities to student’s cognitive capability (FB =
23,14 > F0.05; 1.64= 3,99). Based on the multiple comparison method that students
who have high category of activities has the cognitive capability of Physics better
than students who have low category of activities )( 21 BB XX > , (3) There is not
interaction of influence between using of learning approach and student’s
activities to student’s physics cognitive capability (FAB= 0,63 > F0.05; 1.64 = 3,99).
So between learning approach and student’s activities have their own influence to
student’s cognitive capability.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
” Ilmu itu ibarat harta karun, dan kunci untuk menggalinya adalah kesediaan
untuk bertanya. Karena itu, bertanya kamu sekalian hal-hal yang tidak kamu
ketahui. Sesungguhnya dalam proses tanya jawab tersebut akan diberikan pahala
oleh Allah pada 4 golongan: orang yang bertanya, orang yang menjawab, orang
yang mendengarkan dan orang yang mencintai mereka. (HR. Abu Na’im dari Ali
bin Abi Thalib)
“….maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui”. (QS. An Nahl : 43)
” Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari satu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.
(Qs.Insyirah : 6-7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu melimpahkan
doa dan kasih sayang.
2. Kakak-kakakku Muna, Arry dan Tary yang selalu
memberiku semangat.
3. Sahabat-sahabatku Herdyan, Suari, Lia, Eni, Yani,
Eva yang selalu ada di sampingku.
4. Teman-teman P. Fisika angkatan ‘06
5. Teman-teman Program Fisika P. MIPA FKIP UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian.
2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah menyetujui permohonan penyusunan Skripsi ini.
3. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Ketua Program Fisika Jurusan P. MIPA
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd, M.Si, Selaku Koordinator Skripsi Program
Fisika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Drs. Jamzuri, M.Pd, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.
6. Bapak Drs. Y. Radiono, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.
7. Bapak Triyoto, MM, Selaku Kepala SMP Negeri 18 Surakarta yang telah
mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.
8. Ibu Trisakti Suprapti Mahayani Harjanti, S.Pd dan Ibu Ida Indarti, S.Pd
Selaku guru mata pelajaran Fisika SMP Negeri 18 Surakarta yang telah
memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
9. Bapak Drs.Wahyu Suadi, M.Pd, Selaku Kepala SMP Negeri 15 Surakarta
yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan try out.
10. Bapak dan Ibu yang telah memberikan do’a restu, kasih sayang dan dorongan
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
11. Kakak-kakakku yang selalu mendukung, memberi kasih sayang, semangat dan
warna dalam kehidupanku.
12. Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu bersamaku.
13. Teman-teman P. Fisika yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
selalu mendukung dalam doa dan membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
sempurnanya Skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini
bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Surakarta, Desember 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL……………………………………………………
HALAMAN PENGAJUAN …………………………………………….
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………..
HALAMAN ABSTRAK ……………………………………………......
HALAMAN MOTTO …………………………………………………...
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………..
KATA PENGANTAR ………………………………………………….
DAFTAR ISI ……………………………………………………………
DAFTAR TABEL ………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..
A. Latar Belakang Masalah…………………………………
B. Identifikasi Masalah……………………………………..
C. Pembatasan Masalah ……………………………………
D. Perumusan Masalah……………………………………..
E. Tujuan Penelitian ……………………………………….
F. Manfaat Penelitian………………………………………
BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………
A. Tinjauan Pustaka…………………………………………
1. Hakikat Belajar……..………………………………..
2. Hakikat Mengajar...………………………………….
3. Hakikat Fisika……………………………………….
4. Pembelajaran Fisika di SMP…………………………
5. Pendekatan Pembelajaran……………………………
6. Metode Pembelajaran Demonstrasi………………….
7. Keaktifan Siswa …………..…………………………
i
ii
iii
iv
v
ix
x
xi
xiii
xvi
xviii
xix
1
1
5
6
6
6
7
8
8
8
16
19
20
22
28
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
8. Kemampuan Kognitif Siswa………………….……..
9. Materi Bunyi………………………………………...
B. Kerangka Berfikir...………………………………………
C. Perumusan Hipotesis…………….……………………...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………….
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………...
1. Tempat Penelitian …………………………………….
2. Waktu Penelitian………………………………………
B. Metode Penelitian ……………………………………….
C. Populasi dan Sampel …………………………………….
1. Populasi Penelitian..………………………………….
2. Sampel Penelitian.……………………………………
3. Teknik Pengambilan Sampel………………………….
D. Variabel Penelitian……………………………………….
1. Variabel Terikat……………………………………….
2. Variabel Bebas.………………………………………..
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………….
1. Teknik Dokumentasi…………………………………..
2. Teknik Tes…..…………………………………………
3. Teknik Angket…………………………………………
F. Instrumen Penelitian …………………………………….
1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian..…………………..
2. Instrumen Pengambilan Data…………………………
G. Teknik Analisis Data…………………………………….
1. Uji kesamaan Keadaan Awal……………….………...
2. Uji Prasyarat Analisis…………………………………
3. Uji Hipotesis………………………………………….
BAB IV HASIL PENELITIAN ……………………………………….
A. Deskripsi Data …………………………………………...
1. Data keadaan Awal Siswa……………………………..
2. Data Skor Angket Keaktifan Siswa…………...............
32
34
41
44
45
45
45
45
45
46
46
46
47
47
47
47
48
48
48
48
49
49
49
55
55
56
58
64
64
64
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
3. Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa…….....
B. Hasil Analisis Data………………………………………
1. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa…………………
2. Uji Prasyarat Analisis…...................... ……………...
3. Hasil Pengujian Hipotesis……………….……………
C. Pembahasan Hasil Analisis Data ………………………..
1. Uji Hipotesis Pertama…………………………………
2. Uji Hipotesis Kedua…………………………………..
3. Uji Hipotesis Ketiga…………………………………..
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ………………
A. Kesimpulan ………………………………………………
B. Implikasi Hasil Penelitian.……. ……………………….
C. Saran …………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..
LAMPIRAN……………………………………………………………..
68
72
72
73
73
77
77
78
79
81
81
81
82
83
85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 6.1
Hubungan antara Fase Belajar dan Acara Pembelajaran
Hubungan Antara Suhu dengan Cepat Rambat Bunyi
Deretan Nada dan Perbandingan Frekuensinya
Desain Eksperimen
Rancangan Data Sel
Rancangan Rerata Sel AB
Rancangan Rangkuman ANAVA
Deskripsi Data Nilai Kemampuan Awal Fisika Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen
Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi
Kuadrat
Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol
Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi
Kuadrat
Deskripsi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Kelas
Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika
Siswa Kelas Eksperimen
Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi
Kuadrat
Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika
Siswa Kelas Kontrol
Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi
Kuadrat
Rangkuman Analisis Variansi (Anava) Dua Jalan sel tak
sama
Rangkuman Komparasi Ganda
Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen
12
34
35
46
59
60
62
64
65
65
66
67
68
69
69
70
71
74
76
197
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Tabel 6.2
Tabel 6.3
Tabel 6.4
Tabel 6.5
Tabel 6.6
Tabel 6.7
Tabel 6.8
Tabel 6.9
Tabel 6.10
Tabel 6.11
Tabel 6.12
Tabel 6.13
Tabel 6.14
Tabel 6.15
Tabel 6.16
Tabel 6.17
Tabel 6.18
Tabel 6.19
Tabel 6.20
Tabel 6.21
Tabel 6.22
Tabel 6.23
Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen
Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi
Kuadrat
Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol
Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol
Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi
Kuadrat
Tabel Kerja Untuk Menghitung c2
Tabel Bantuan Uji t
Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Kelas Eksperimen
Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas
Eksperimen
Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi
Kuadrat
Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Kelas Kontrol
Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas
Kontrol
Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi
Kuadrat
Tabel Kerja Untuk Menghitung 2X
Data Induk Penelitian Kelas Eksperimen
Data Induk Penelitian Kelas Kontrol
Data Sel Uji Analisis Variansi
Rerata Sel AB Uji Analisis Variansi
Rangkuman Anlisis Variansi
Hipotesis dan Komparasi Uji Pasca Analisis Variansi
Data Sel Jumlah AB
Rangkuman Komparasi Ganda
198
199
200
201
202
203
205
209
211
212
213
215
216
217
219
220
223
223
226
227
227
229
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Komponen Belajar
Resonansi pada Garputala
Resonansi pada Ayunan Bandul
Skema Pipa Organa Tertutup
Skema Pipa Organa Terbuka
Hukum Pemantulan Bunyi
Kerangka Berpikir
Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa
Kelas Eksperimen
Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa
Kelas Kontrol
Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif
Siswa Kelas Eksperimen
Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif
Siswa Kelas Kontrol
11
36
36
37
38
39
43
66
67
70
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Jadwal Penelitian
2. Satuan Pelajaran
3. Rencana Pembelajaran I
4. Rencana Pembelajaran II
5. Rencana Pembelajaran III
6. Rencana Pembelajaran IV
7. Lembar Kerja Siswa I
8. Lembar Kerja Siswa II
9. Lembar Kerja Siswa III
10. Lembar Kerja Siswa IV
11. Kisi-Kisi Soal Uji Coba Kemampuan Kognitif Fisika Siswa
12. Soal Try Out/Uji Coba Kemampuan Kognitif Siswa
13. Kunci Jawaban Try Out/ Tes Uji Coba Kemampuan Kognitif
14. Lembar Jawab Soal Try Out Kemampuan Kognitif
15. Kisi-Kisi Try Out / Uji Coba Angket Keaktifan Siswa
16. Try Out/Uji Coba Angket Keaktifan Siswa
17. Kunci Jawaban Try Out / Uji Coba Angket Keaktifan Siswa
18. Lembar Jawab Try Out / Uji Coba Angket Keaktifan Siswa
19. Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa
20. Soal – Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa
21. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Kognitif Siswa
22. Lembar Jawab Tes Kemampuan Kognitif Siswa
23. Kisi-Kisi Angket Keaktifan Siswa
24. Angket Keaktifan Siswa
25. Kunci Jawaban Angket Keaktifan Siswa
26. Lembar Jawab Angket Keaktifan Siswa
27. Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, dan Daya Beda Soal
28. Uji Validitas dan Realibilitas Angket Keaktifan Siswa
85
87
96
106
117
127
137
140
143
145
147
148
158
159
160
161
167
168
169
170
177
178
179
180
185
186
187
192
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
29. Data Keadaan Awal Nilai Físika Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol
30. Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen
31. Grafik Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen
32. Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol
33. Grafik Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol
34. Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol
35. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa dengan Uji–t Dua Ekor
36. Data Nilai Kemampuan Kognitif Siswa
37. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen
38. Grafik Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Eksperimen
39. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Kontrol
40. Grafik Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Kontrol
41. Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan
Kontrol
42. Data Induk Penelitian Kelas VIII SMP Negeri 18 Surakarta
43. Uji Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Frekuensi Sel Tak Sama
44. Uji Lanjut ANAVA Dengan Uji Komparasi Ganda Dengan Metode
Scheffe
45. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 18 Surakarta
46. Tabel-Tabel Statistik
47. Perijinan
196
197
198
200
201
203
205
208
209
211
213
215
217
219
221
227
230
231
238