mata 1 (autosaved)

29
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK CASE KECIL ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH Nama : Defita Firdaus Tanda Tangan NIM:11-2012-159 ………………... Dokter Pembimbing/ Penguji : dr. Djoko Heru S, Sp. M I. IDENTITAS PASIEN Nama : Gabriel Billy Pendidikan : SMA Umur : 17 tahun Agama : Kristen Jenis Kelamin : Laki- laki Suku Bangsa : Jawa Pekerjaan : Pelajar No. RM : 435925 Alamat : Jl. Johar 499 RT 02 RW 04 Wergu kulon, kudus II. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF 1

Upload: fila-delvia

Post on 10-Jul-2016

253 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

mata

TRANSCRIPT

Page 1: Mata 1 (Autosaved)

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

CASE KECIL ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

RS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH

Nama : Defita Firdaus Tanda Tangan

NIM:11-2012-159 ………………...

Dokter Pembimbing/ Penguji : dr. Djoko Heru S, Sp. M

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Gabriel Billy Pendidikan : SMA

Umur : 17 tahun Agama : Kristen

Jenis Kelamin : Laki-laki Suku Bangsa : Jawa

Pekerjaan : Pelajar No. RM : 435925

Alamat : Jl. Johar 499 RT 02 RW 04 Wergu kulon, kudus

II. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

Autoanamnesis pada hari Sabtu tanggal 05 Maret 2016 Jam 13.00 WIB

Keluhan Utama :

Penglihatan kabur pada kedua mata sejak 2 minggu SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poliklinik mata RS Mardi Rahayu dengan keluhan

penglihatan kabur pada kedua matanya sejak 2 minggu SMRS, terutama saat melihat

jauh. Pasien mengatakan biasanya ia sering menyipitkan matanya pada saat melihat

dan terkadang suka mengeluhkan pusing. Kadang-kadang melihat cahaya seperti

silau.

1

Page 2: Mata 1 (Autosaved)

2 tahun yang lalu, pasien mengatakan pertama kali memakai kacamata yang

diperiksakan di optik karena merasa penglihatannya kabur. Pasien juga mengatakan

mata sering lelah yang dirasakan setelah membaca atau menggunakan komputer untuk

waktu yang lama dan sering main games. Sejak 2 minggu SMRS, pasien merasa

penglihatannya semakin kabur dan tidak jelas. pasien ingin mengganti kacamata

karena merasa penglihatannya kembali kabur meskipun sudah memakai kacamata.

Penglihatan ganda dan berkabut disangkal. Pasien menyangkal tidak ada mata merah,

berair, gatal dan nyeri pada mata. Maka pasien memutuskan untuk melakukan

pemeriksaan di poli mata RS Mardi Rahayu.

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat hipertensi (-)

- Riwayat diabetes (-)

- Riwayat alergi (-)

- Penggunaan kacamata sebelumnya (+)

- Riwayat trauma pada mata (-)

- Riwayat operasi mata (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

o Adik pasien menderita sakit yang serupa seperti pasien

o Riwayat hipertensi (-)

o Riwayat diabetes melitus (-)

o Riwayat asma dan alergi disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Status Gizi : Cukup

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 82 x/menit

RR : 20 x/menit

2

Page 3: Mata 1 (Autosaved)

Suhu : afebris

Kepala : normocephali, deformitas (-), rambut hitam, distribusi merata.

Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-

Telinga : normotia, serumen (-), secret (-)

Hidung : deviasi septum (-), secret (-)

Tenggorokan : tonsil T1/T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis.

Thorax : Cor : BJ I/II, regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : SN vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Abdomen : datar, supel, BU (+) N

Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

Status Ophtalmologi

OD OS

Oculi dextra (OD ) Pemeriksaan Oculi sinistra (OS)

0,63 F3 Visus 0,63 F2

Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi

Gerak bola mata normal,

Enophtalmus (-),

Eksophtalmus (-),

Strabismus (-)

Bulbus oculi

Gerak bola mata normal,

Enophtalmus (-),

Eksophtalmus (-),

Strabismus (-)

3

Page 4: Mata 1 (Autosaved)

Edema (-),

Hiperemis (-),

Nyeri tekan (-),

Blefarospasme (-),

Lagophtalmus (-)

Palpebra

Edema (-),

Hiperemis (-),

Nyeri tekan (-),

Blefarospasme (-),

Lagophtalmus (-)

Edema (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi siliar (-)

Infiltrate (-)

Conjungtiva

Edema (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi siliar (-)

Infiltrate (-)

Normal, warna putih Sklera Normal, warna putih

Bulat, jernih,

Edema (-)

Infiltrat (-)

Sikatriks (-)

Kornea

Bulat, jernih

Edema (-)

Infiltrat (-)

Sikatrik (-)

Kedalaman : normal

Hipopion (-)

Hifema (-)

COA

Kedalaman : normal

Hipopion (-)

Hifema (-)

Kripta (-)

Warna coklat,

Edema (-)

Sinekia (-)

Atrofi (-)

Iris

Kripta (-)

Warna coklat,

Edema (-)

Sinekia (-)

Atrofi (-)

Bulat, diameter ± 3mm,

Letak sentral, jernih

Refleks pupil langsung (+),

Refleks pupil tak langsung (+)

Pupil

Bulat, diameter ± 3mm,

Letak sentral, jernih

Refleks pupil langsung (+),

Refleks pupil tak langsung (+)

Jernih Lensa Jernih

Jernih Vitreus Jernih

Positif cemerlang Fundus Reflek Positif cemerlang

Normal TIO Normal

Lakrimasi dalam batas normal Sistem lakrimasi Lakrimasi dalam batas normal

4

Page 5: Mata 1 (Autosaved)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

AutoRefraktometri

VOD : S -3.12 , C-0.75 Ax 169

VOS : S -2.87 , C-1.12 Ax 7

PD 66 NPD 64

V. RESUME

- Subyektif :

Anamnesis :

Seorang pasien laki-laki berusia 17 tahun datang dengan keluhan penglihatan kabur

pada kedua matanya sejak 2 tahun SMRS, terutama saat melihat jauh. Pasien

mengatakan biasanya ia sering menyipitkan matanya pada saat melihat dan terkadang

suka mengeluhkan pusing. Diplopia (-), Pandangan berkabut (-), Riwayat pemakaian

kacamata (+), Astenopia (+). Sejak 2 minggu SMRS, pasien merasa penglihatannya

semakin kabur dan tidak jelas.

- Obyektif :

Pada pemeriksaan fisik status generalis : dalam batas normal

Pada pemeriksaan ophtalmologis :

- Visus OD: ,63 F3

- Visus OS : 0,63 F2

Pada pemeriksaan penunjang :

AutoRefraktometri

VOD : S -3.12 , C-0.75 Ax 169

VOS : S -2.87 , C-1.12 Ax 7

PD 66 NPD 64

VI. DIFFERENT DIAGNOSIS

ODS:

ODS Astigmat Miopia Kompositus

ODS Astigmat Miopia Simpleks

ODS Astigmat Mikstus

VII. DIAGNOSIS KERJA

Astigmat Miopia Kompositus ODS

5

Page 6: Mata 1 (Autosaved)

Dasar diagnosis :

Anamnesis :

Penglihatan kabur pada kedua matanya sejak 2 tahun SMRS, terutama saat

melihat jauh dan sering menyipitkan matanya pada saat melihat

Pusing (+)

Riwayat pemakaian kacamata (+)

Astenopia (+)

Pada pemeriksaan fisik status generalis : dalam batas normal

Pada pemeriksaan ophtalmologis :

o Visus OD: 0,63 F3

o Visus OS : 0,63 F2

Pada pemeriksaan penunjang :

AutoRefraktometri

VOD : S -3.12 , C-0.75 Ax 169

VOS : S -2.87 , C-1.12 Ax 7

PD 66 NPD 64

VIII. PENATALAKSANAAN

Penggunaan kacamata

Resep untuk kacamata

OD: S -2,75 C -0.50 Ax 170

OS: S -2,50 C -0,75 Ax 10

Medikamentosa

R/ Cendo Lyters ed no I

S4 dd gtt II

R/ Vitamin A tab. 6000 IU

S 2 dd tab. I pc

IX. PROGNOSIS

6

Page 7: Mata 1 (Autosaved)

OD OS

Ad vitam ad bonam ad bonam

Ad fungsional ad bonam ad bonam

Ad sanationam ad bonam ad bonam

Ad kosmetikam ad bonam ad bonam

X. Komplikasi

- Katarak

- Glaukoma

- Kebutaan

XI. Usul

- Funduskopi

- Keratometri Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk

mengukur radius kelengkungan kornea.

XII. Saran

- Memberi jeda waktu untuk istirahat saat menggunakan komputer atau

membaca dalam waktu yang lama

- Edukasi pasien tentang penyakit mata yang diderita pasien dan

menggunakan kacamata

- Kontrol untuk evaluasi visus perkembangan visus.

- Memakai obat-obat yang diberikan dengan benar dan teratur

Resep kacamata

OD OS

Sph Cylinder Prisma Sph Cylinder Prisma

D D As D As D D As D As

Jauh -2,75 -0.50 1700 - - -2.50 -0.75 10o

Dekat

BAB I

7

Page 8: Mata 1 (Autosaved)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Astigmatisma biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir, dan biasanya berjalan

bersama dengan miopia dan hipermetropia dan tidak banyak terjadi perubahan selama hidup.

Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam

perkembangannya terjadi keadaan yang disebut astigmatism with the rule (astigmat lazim)

yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau-jari-

jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horisontal.2

Letak kelainan pada astigmatisma terdapat di dua tempat yaitu kelainan pada kornea dan

kelainan pada lensa. Pada kelainan kornea terdapat perubahan lengkung kornea dengan atau

tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior- posterior bola mata. Kelainan ini

bisa merupakan kelainan kongenital atau didapat akibat kecelakaan, peradangan kornea atau

operasi.2.3

Secara garis besar terdapat 3 penatalaksanaan astigmatisma, yaitu dengan menggunakan

kacamata silinder, lensa kontak dan pembedahan. Teknik pembedahan menggunakan metode

LASIK, photorefractive keratotomy, dan radial keratotomy.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

8

Page 9: Mata 1 (Autosaved)

2.1 Definisi

Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis pandang oleh

mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu titik.3

2.2 Epidemiologi

Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai 2,3 milyar. Di

Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata. Kasus

kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah

penderita kelainan refraksi di Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta

jiwa.3,4

Insidensi myopia dalam suatu populasi sangat bervariasi dalam hal umur, negara, jenis

kelamin, ras, etnis, pekerjaan, lingkungan, dan factor lainnya. Prevalensi miopia bervariasi

berdasar negara dan kelompok etnis, hingga mencapai 70-90% di beberapa negara.

Sedangkan menurut Maths Abrahamsson dan Johan Sjostrand tahun 2003, angka kejadian

astigmat bervariasi antara 30%-70%.

2.3 Anatomi Dan Fisiologi

9

Page 10: Mata 1 (Autosaved)

Gambar 1. Anatomi bola mata.

Bola mata bentuknya merupai kistik yang dipertahankan oleh adanya tekanan didalamnya.

Walaupun secara umum bola mata dikatakan bentuknya bulat atau globe namun bentuknya

tidak bulat sempurna.

Orbita adalah tulang-tulang rongga mata yang didalamnya terdapat bola mata, otot-otot

ekstraokular, nervus, lemak dan pembuluh darah. Tiap-tiap tulang orbita berbentuk

menyerupai buah pear, yang bagian posteriornya meruncing pada daerah apeks dan optik

kanal.1

2.3.1 Media Refraksi

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea,

aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata.

Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata

sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan

tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan

menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan

akomodasi atau istirahat melihat jauh.1,2

2.3.2 Fisiologi Refraksi

Gambar 2. Fisiologi refraksi.

Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam untuk difokuskan

kembali ke sebuah titik peka-cahaya di retina agar dihasilkan suatu bayangan yang akurat

mengenai sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas

berpindah dari satu medium dengan kepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan

kepadatan yang berbeda.

10

Page 11: Mata 1 (Autosaved)

Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui media transparan lainnya

misalnya : kaca, air. Ketika  suatu berkas cahaya masuk ke medium dengan densitas yang

lebih tinggi, cahaya tersebut melambat (sebaliknya juga berlaku). Berkas cahaya mengubah

arah perjalanannya jika mengenai medium baru pada tiap sudut selain tegak lurus.

Dua faktor penting dalam refraksi : densitas komparatif antara 2 media (semakin besar

perbedaan densitas, semakin besar derajat pembelokan) dan sudut jatuhnya berkas cahaya di

medium kedua (semakin besar sudut, semakin besar pembiasan). Dua struktur yang paling

penting dalam kemampuan refraktif mata adalah kornea dan lensa. Permukaan kornea,

struktur pertama yang dilalui cahaya sewaktu masuk mata, yang melengkung berperan besar

dalam reftraktif total karena perbedaan densitas pertemuan udara/kornea jauh lebih besar dari

pada perbedaan densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya. Kemampuan refraksi

kornea seseorang tetap konstan karena kelengkungan kornea tidak pernah berubah.

Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan dengan mengubah kelengkungannya

sesuai keperluan untuk melihat dekat/jauh.2

Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya terfokus diretina agara

penglihatan jelas. Apabila bayangan sudah terfokus sebelum bayangan mencapai retina atau

belum terfokus sebelum mencapai retina ,bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-berkas

cahaya yang berasal dari benda dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata daripada berkas-

berkas dari sumber jauh. Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki)

dianggap sejajar saat mencapai mata.

Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumber cahaya dekat memerlukan jarak yang lebih

besar di belakang lensa agar dapat memfokuskan daripada sumber cahaya jauh, karena berkas

dari sumber cahaya dekat masih berdivergensi sewaktu mencapai mata. Untuk mata tertentu,

jarak antara lensa dan retina selalu sama. Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat

terfokus di retina (dalam jarak yang sama),  harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk

sumber dekat. Kekuatan lensa dapat disesuaikan melalui proses akomodasi.3

2.4 Etiologi

Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut:4

i. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur. Media refrakta

yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea, yaitu mencapai

80% s/d 90% dari astigmatismus, sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin.

Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea

dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata.

11

Page 12: Mata 1 (Autosaved)

Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan kongenital,

kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea serta akibat pembedahan

kornea.

ii. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakin bertambah

umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga semakin berkurang

dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat

menyebabkan astigmatismus.

iii. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty

iv. Trauma pada kornea

v. Tumor

2.5 Klasifikasi

Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai berikut:

1) Astigmatisme Reguler

Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang yang

saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang memiliki daya

bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat

koreksi lensa cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal.

Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan

penglihatan yang lain.

Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi

menjadi 2 golongan, yaitu:

i. Astigmatisme With the Rule

Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang

horizontal.

ii. Astigmatisme Against the Rule

Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang

vertikal.

2) Astigmatisme Irreguler

12

Page 13: Mata 1 (Autosaved)

Dimana titik bias didapatkan tidak teratur.

Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi sebagai

berikut:

1. Astigmatisme Miopia Simpleks

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat

pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias terkuat sedangkan titik B

adalah titik fokus dari daya bias terlemah). Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme

jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki

angka yang sama.

Gambar 3. Astigmatisme Miopia Simpleks

2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks

Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada di

belakang retina.

Gambar 4. Astigmatisme Hiperopia Simpleks

3. Astigmatisme Miopia Kompositus

13

Page 14: Mata 1 (Autosaved)

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di

antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph -

X Cyl -Y.

Gambar 5. Astigmatisme Miopia Kompositus

4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus

Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada di

antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph

+X Cyl +Y.

Gambar 6. Astigmatisme Hiperopia Kompositus

5. As ` tigmatisme Mixtus

14

Page 15: Mata 1 (Autosaved)

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di

belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -

Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai

X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.

Gambar 7. Astigmatisme Mixtus

Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :

1. Astigmatismus Rendah

Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatis-mus rendah tidak

perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul keluhan pada penderita maka

koreksi kacamata sangat perlu diberikan.

2. Astigmatismus Sedang

Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75 Dioptri. Pada

astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.

3. Astigmatismus Tinggi

Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini sangat mutlak

diberikan kacamata koreksi.

2.6 Tanda Dan Gejala

15

Page 16: Mata 1 (Autosaved)

Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan gejala-gejala

sebagai berikut :

- Memiringkan kepala atau disebut dengan “titling his head”, pada umunya keluhan ini

sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.

- Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.

- Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk

mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus juga

menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.

- Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati mata,

seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayangan,

meskipun bayangan di retina tampak buram.

Sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai dengan gejala-gejala

sebagai berikut :

- Sakit kepala pada bagian frontal.

- Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya penderita akan

mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek mata.

2.7 Diagnosis

1) Pemeriksaan pin hole

Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam penglihatan

diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media penglihatan, atau kelainan retina

lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien

tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan

berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan media penglihatan atau pun retina yang

menggangu penglihatan.5

2) Uji refraksi

i. Subjektif

Optotipe dari Snellen & Trial lens

Metode yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’ Jarak

pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan

16

Page 17: Mata 1 (Autosaved)

setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih

dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata.

Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan lensa

sferis positif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka

pasien dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis

positif menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis negatif

memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita miopia.

Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam penglihatan

maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat. Pada keadaan ini

lakukan uji pengaburan (fogging technique).5,6

ii. Objektif

- Autorefraktometer

Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan

komputer. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan

respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan

refraksi yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu

beberapa detik.

- Keratometri

Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius kelengkungan

kornea.11 Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat berharga namun

mempunyai keterbatasan.

3) Uji pengaburan

17

Page 18: Mata 1 (Autosaved)

Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam penglihatannya

dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada

kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa spheris positif 3.

Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana yang

paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90° yang jelas, maka tegak lurus padanya

ditentukan sumbu lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180°.

Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-

kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau

semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang

ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan

ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat jelas.7

Gambar 8. Kipas Astigmat.

4) Keratoskop

Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme. Pemeriksa

memerhatikan imej “ring” pada kornea pasien. Pada astigmatisme regular, “ring”

tersebut berbentuk oval. Pada astigmatisme irregular, imej tersebut tidak terbentuk

sempurna.7,8

18

Page 19: Mata 1 (Autosaved)

5) Javal ophtalmometer

Boleh digunakan untuk mengukur kelengkungan sentral dari kornea, diaman akan

menentukan kekuatan refraktif dari kornea.7,8

2.8 Terapi

1) Koreksi lensa

Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder. Karena dengan

koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan dapat membiaskan sinar sejajar tepat

diretina, sehingga penglihatan akan bertambah jelas.

2) Orthokeratology

Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih dari satu

minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan myopia.

Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan standar. Pada astigmatismus

irregular dimana terjadi pemantulan dan pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran

permukaan depan kornea maka dapat dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan

memakai lensa kontak maka permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air

mata.

3) Bedah refraksi

Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:8,9

· Radial keratotomy (RK)

Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral. Bagian yang

lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah hasil perubahan tergantung

pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman dari insisi.

· Photorefractive keratectomy (PRK)

Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada pusat kornea.

Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah photorefractive

keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali jernih. Pasien tanpa bantuan

koreksi kadang-kadang menyatakan penglihatannya lebih baik pada waktu sebelum

operasi.

BAB III

19

Page 20: Mata 1 (Autosaved)

KESIMPULAN

Astigmatisma adalah kelainan refraksi mata dimana didapatkan bermacam- macam derajat

refraksi pada berbagai macam meridian sehingga sinar sejajar yang datang pada mata akan

difokuskan pada berbagai macam fokus pula. Terdapat berbagai macam astigmatisma, antara

lain simple astigmatisma, mixed astigmatisma dan compound astigmatisma.

Terdapat 2 etiologi, yaitu kelainan pada lensa dan kelainan pada kornea. Adapun gejala klinis

dari astigmatisme adalah penglihatan kabur atau terjadi distorsi. Pasien juga sering

mengeluhkan penglihatan mendua atau melihat objek berbayang-bayang. Sebahagian juga

mengeluhkan nyeri kepala dan nyeri pada mata.

Koreksi dengan lensa silinder akan memperbaiki visus pasien. Selain lensa terdapat juga

pilihan bedah yaitu dengan Radial keratotomy (RK) dan Photorefractive keratectomy (PRK).

DAFTAR PUSTAKA

20

Page 21: Mata 1 (Autosaved)

1. Despopoulos A. and Silbernagi S, Color Atlas of Physiology 3 rd Edition. London:

Thieme, 2003; 344-346.

2. Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L,

Ophtalmology at a Glance. New York: Blackwell Science, 2005; 22-23.

3. James B, Chew C and Bron A, Lecture Notes on Ophtalmology. New York: Blackwell

Publishing, 2003; 20-26.

4. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R, Vaughan &

Asbury’s General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill, 2007.

5. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. Ilmu Penyakit Mata

Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2. Jakarta.

6. A. K. Khurana, Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition: Optics and Refraction,

New Age International (P) limited Publishers, 12: 36-38, 2007.

7. Gerhard K. Lang, Ophthalmology A Short Textbook :Optics and Refractive Errors,

Thieme, p. 127-136, 2000.

8. Deborah, Pavan-Langston, Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, 6th Edition:

Refractive Surgery, Lippincott Williams and Wilkins, 5:73-100,2008.

9. Roque M., 2009. Astigmatism, PRK. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/1220845-overview#a0101

[Diakses tanggal 06 maret 2016]

10. Harvey M. E., 2009. Development and Treatment of Astigmatism-Related Amblyopia.

Optom Vis Sci 86(6): 634-639. Diunduh dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf??

tool=pmcentrez [Diakses tanggal 06 maret 2016]

11. Choi H. Y., Jung J. H. and Kim. M. N., 2010. The Effect of Epiblepharon Surgery on

Visual Acuity and With-the-Rule Astigmatism in Children. Korean J Ophthalmol 2010;

24(6) : 325-330. Diunduh dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/1545-

6110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrez[Diakses tanggal 06 maret 2016]

21