Download - humanisme sartre

Transcript
  • 5/14/2018 humanisme sartre

    1/8

    }' ~, ,- -- - , ;r -.....I

    ARTIKEL

    K E S A D A R A N D A N T A N G G U N G JA W A B P R I B A D ' ID A L A M H U M A N IS M E JE A N -P A U L S A R T R E

    Dwi Sisw an toS ta t P en ga ja r F a ku lta s F ils afa t U niv ers ita s G a dja h M a da

    Humanismemerupakan salah satu

    tema filsafat yang penting dalamkebudayaan modern. Abbagnano berpendapat

    bahwa humanisme adalah filsafat yang menjunjungtinggi nilai dan martabat manusia, yang menjadikan manusiasebagai ukuran semua hal yang berkaitan dengan keutamaan(Edwards, 1967). Mudji Sutrisno (1995) mengatakan huma-nisme sebagai paradigma berpikir yang memperjuangkandihormatinya manusia dengan harkat dan martabatnyaserta penempatan manusia sebagai pusat perjuangan

    pembudayaan dan peradaban. Tujuan pokokhumanisme adalah keselamatandan kesempurnaan manusia.

    PengantarTema sentral pembicaraan human-isme adalah manusia dan kebebasan,Untuk itu berbicara mengenai human-

    isme akan senantiasa aktual, Pertanyaantentang apa dan siapa manusia itu meru-pakan sebuah pertanyaan besar yang se-lalu mengganggu pikiran manusia dari

    abad ke abad (Dahler, 197]). Sedangkankebebasan merupakan kata yang begitudigandrungi oleh manusia, terutama olehmanusia modern dewasa ini yang di-rnanifestasikan dalam berbagai macamgaya hidup dan mode.Humanisme sebagai paradigms ber-pikir yang menempatkan manusia seba-gai pusat pembudayaan dan peradaban

    ) U R N A L F llS - A F A T . J U L I 1 9 9 7 25

  • 5/14/2018 humanisme sartre

    2/8

    mempunyai arti luas, Dalam sejarah fil-safat Barat terdapat pelbagai aliran yangmenyatakan diri sebagai pemilik human-isme, meskipun memiliki perbedaan-per-bedaan prinsip bahkan tak jarang terjadikontroversi, Aliran-aliran itu antara lain:komunisme, pragmatisme, personalisrne,eksistensialisme dan lain sebagainya.Narnun, pada abad XX ini nampaknyaaliran eksistensialisme yang lebih ber-pengaruh dan banyak dibicarakan(Beerling, 1966).Humanisme yang termasuk dalarndoktrin eksistensialisme dapat dikelom-pokkan dalarn dua mazhab, yakni (1)yang berpegang pada teisme, dan (2)yang berpegang pada ateisme. Tokohyang terkenal sebagai pendukung teismeadalah Kar l . jaspers dan Gabriel Marcel;sedangkan tokoh pendukung ateismeadalah Martin Heidegger dan Jean-PaulSartre.Tulisan ini hanya akan _mengkajipernikiran humanisme Jean-Paul Sartre,sebagai salah seorang tokoh humanis ek-sistensialisrne Prancis yang terkenal, pa-ling besar, dan berpengaruh di dunia.Sartre sebagai .tokoh humanis inginmenciptakan suatu way of life bam, se-macam moral manusiawi (Weij, 1988).Boleh dikatakan seluruh pemikirannyasebagai usaha untuk melukiskan caraber-ada-nya manusia. la menempatkanmanusia sebagai pusat orientasi, danmengatakan bahwa ada atau tidakadanya Tuhan tidak menzubahpenghayatan manusia tentang duinyasebagai eksistensi. Bagi Sartre, rnanusiamengada dengan kesadaran sebagai diri-nya sendiri; ia (manusia) tidak bisadipertukarkan. Adanya manusia berbedadengan adanya hal-hal lain yang tanpakesadaran, Eksistensi manusia adalahketerbukaan, Hal ini mengandung artibahwa manusia bertanggung jawab ter-hadap dirinya sendiri, apa pun eksis-tensinya yang teIjadi, apa pun maknayang hendak diberikan kepada eksis-tensinya (Hasan, 1989).Menurut Sartre, semuanya tundukkepada kesadaran manusia melalui kebe-basan, Tanpa kebebasan, eksistensimanusia meniadi sesuatu yang absurd.Kebebasan melekat pada setiap tindakanmanusia. Apa yang dilakukan manusia

    seharusnya diartikan sebagai ungkapandari kebebasannya. Manusia dalammembentuk dirinya sendiri, mendapatkesempatan untuk setiap kali mernilihapa yang baik dan apa yang kurang baikbaginya, Setiap pilihan yang dijatuhkanoleh manusia sebagai pribadi, tidak dapatmernpersalahkan orang lain, tidak dapatpula menggantungkan keadaannyakepada Tuhan, Melainkan harus diper-tanggungjawabkan secara pribadi, Tang-gung jawab itu harus meliputi tanggungjawab terhadap seluruh kemanusiaan.Pemikiran Sartre tersebut di atas,menarik untuk dipahami. Pemahamanterhadap ajaran Sartre akan menjadibekal yang sangat berharga dalam usahauntuk lebih memahami implikasi peng-gunaan ilmu pengetahuan modern be-serta teknologinya yang sangat menentu-kan hidup dan kehidupan manusia de-wasa ini. Walaupun seseorang mungkintidak menyetujui pandangan Sartre,tetapi ia dapat banyak belajar dari segipositip yang dapat diambil.Tulisan ini akan mengkaji pernikiranJean-Paul Sartre dengan [udul "Kesadarandan Tanggung Jawab Pribadi dalam Hu-manisme Jean-Paul Sartre". Pokokmasalah yang hendak dibeberkan dalamtulisan ini antara lain: Dasar ontologi dandasar antropologi dati humanisme .Sar-tre, Implikasi ens dari dasar humanisrneSatire itu dalam konsep kesadaran dantanggung iawab. Kemudian memperli-hatkan relevansi pemikiran Satire den-gan Pancasila.

    Wawasan TeoritisWawasan teoritis yang dipakai seba-gai dasar analisis tulisan ini sebagaiberikut, Manusia sebagai realitasmemiliki taraf-taraf yan$ bertingkat atauberjenjang, yaitu fisis-kernis; biotis;psykis, human (Bakker, 1992). Hubu-ngan keempat taraf di dalam manusia inidari satu pihak memiliki 'kesendirianrelatif (berkegiatan sendiri, menurut hu-kum dan mekanisme sendiri); dari lainpihak mereka juga 'berhubungan' eratsatu sama lain 'untuk mewujudkan satu

    manusia yan$ utuh. Mereka merupakanbagian tinggi dan rendah. 'Yang rendah'mendasari yang tinggi dan menga-J U R N A L f I L )A fA T . J U L I 1 9 9 7 Q6

  • 5/14/2018 humanisme sartre

    3/8

    rahkannya. Namun juga memberikanruang gerak dan kuasa penentuan bagirang. Jebih tinggi, Sedangkan 'Yanghngg(' mewarnai dan menatar yang ren-dah, sehingga dalam manusia sendiri ta-raf rendah itu sudah lain daripada bahanpembangunan, atau daripada pohon danhewan. ~amun yang tinggi tidak dapatmengabaikan yang rendah begitu saja. laakan dibantu atau diperingati oleh taraflebih rendah.. Keernpat taraf itu semuanya mengam-bil bagian dalam kerohanian-kejasma-man manusia, Semua taraf itu berupadimensi-dimensi yang digayakan dandiorganisasi dan dalam; atau sebaliknya:berupa gaya/intensitas yang menghayatidid dalam wujud tertentu.Manusia sebagai realitas di sampingmemiliki taraf yang bertingkat juga ber-struktur bipoiaritas, artinya mempunyaidua aspek realitas yang tidak dapat diek-strirnkan, yangtidak dilihat secara sek-toral dalam salah satu aspek kehidupan-nya, tetapi secara integral denganmengikutsertakan dan memperhatikansegala segi yang membentuk keutuhanpribadi manusia dan yang mempengaru-hinya, yaitu materialitas-spiritualitas; in-dividualitas-sosialitas; transendensi -im-manensi; eksteriorisasi -interiorisasi(Soerjanto, 1989).Sesuai dengan struktur eksistensinya,korelasi manusia dengan 'yang lain' ber-hubungan bmb~l-balik,. dengan salingmemberikan arti dan nilai, dan salingmengadakan. Bersama-sama merupakankeseluruhan pusat-pusat yang bero-tonomi -di -dalam- korelasi, dan berkore-Iasi-di-dalam-otonomi. Atau dengan katalain, yal1$ identik-di-dalam-distingsi, dandisting-di-dalam-identitas, Dalam hidupbersama rnanusra perlu saling menghor-mati sebagai yang memiliki harkat danmartabat yang luhur, memiliki otonomidan keunikan sendiri-sendiri, Maka me-nurut peneliti, sikap atau tindakan hu-manis yang mampu mewuiudkanmanusia sempuma, yaitu: (1) manusiayang mampu mengharrnoniskan seluruhaspek itu secara proporsional, artinyatidak menganggap aspek yang satu lebihpenting dati aspek yang lain, ataumenghargai aspek yang satu tetapimeremehkan aspek yang lain; (2) dalam

    ~ebel'samaan teljelma adanya sifat dansikap dasar 'subsidiaritas' dan 'solidaritas',Karakteristik Humanisme Satire

    Ditinjau dati sudut sejarah perkem-bangan humanisme dalam filsafat Barat,humanisme Sartre memiliki corak yangkhas. Humanisme filsafat Yunani kunobercorak antroposentris; humanisme fil-safat Abad Tengah bercorak teosentris;sedangkan humanisrne abad modernsekurang-kurangnya memiliki tiga corakyal'!$ berbeda, yaitu humanisme renaisan,rasionalis, dan naturalis, Sedangkan hu-marusme Sartre dikategorikan sebagaihumanisme Abad XX yang berciri sekulerdan berorientasi pada pemikiran eksis-tensialisme yang ateis. Humanisme ini di-dasarkan atas eksistensi nilai-nilai ke-manusiaan, bukan nilai-nilai esensialyang: berasal dari Tuhan.Humanisme Sartre didasarkan padasuatu. ontologi yang bereorak duahstik,meskipun tidak munu bersifat Cartesiantempi sernangatnya hampir sarna. Dasarontologi Sartre ini tertuang dalam bukuBeing and Nothingness (1956) (Ada danKetiadaan), suatu ontologi atas dasarfenornenologi, Sartre berusaha menielas-kan makna cam berada, dan ia membagi.Ieru.sdan cam berada iru dalam dua kate-801'1 yang berbeda secara radikaJ. Per-tarna, "Ada-dalam-dirinya' (Being-in-!tselfJ. untuk menunjuk "Ada" yangI~enhk dengan dirinya sendiri, "Ada yangtidak berkesadaran", Kedua, "Ada-bagi-dirinya'' (Bemg-fi....,r-itself)? untukmenunjukkan "kesadaran", "Ada yangberkesadaran", Kesadaran dalam hal initidak identik dengan dirinya sendiri.Namun Sartre dalam pembicaraan lebihmemfokuskan kepada pembicaraan(Being-lor-itself) yang merupakan cirikhas keberadaan manusia. Manusia ber-beda dengan jenis ada yang lain karenadi dalam dirinya ada aspek "kesadaran"yang memiliki sifat terbuka, baik kesada-ran akan dirinya sendiri maupun kesada-ran terhadap sesuatu yang berada di luardirinya sendiri.Analisa tentang Ada-bagi-dirinya(Being-lor-itself) mernperlihatkan bahwadalam kesadarannya, manusia bukan saiamenciptakan ketiadaan di dalam diliny'a1tetapi Juga rnemuat ketiadaan ttu, Hal iru

    J U R N P J .. F I L S "A fA T . J U L I 1 9 9 7 Q7

  • 5/14/2018 humanisme sartre

    4/8

    mernbuktikan adanya sifat unik realitasrnanusia, bahwa ia dapat menyembunyi-kan dirinya dari sesuatu objek dan dapatmenyembunyikan dirinya sebagai sesuatuyang bukan objek. Hal ini berarti bahwamanusia tidak senantiasa terikat oleh re-alitas duma objektif. Manusia adalah se-bagaimana ia menjadikan dirinya sendiri(man is nothing else but that which hemakes of himself) (Sartre, 1960). Ke-hidupan yang manusiawi hanya mungkinapabila manusia benar-benar bebas.

    Kebebasan dalam Humanisme SartreBagi Sartre, kebebasan merupakantema yang paling sentral dalam filsafathumanistiknya. Pernikiran humanisme

    eksistensialis Sartre seperti pada eksisten-sialisme umumnya, yakni menentang se-gala bentuk objektivitas dan impersonali-las yang tercermin dalam sains modemdan masyarakat industri yang cenderunguntuk menganggap manusia sebagai no-mor dua sesudah benda (Titus, 1984).Sartre menghargai dan meniunjungtinggi eksistensi pribadi serta subjektivi-tas dalam kehidupan bersama. Sartredalam Eksistenti'alism and Humanism(1960) mengatakan:'~. . existensislism; in our sense of theword, is a doctrine that does render l1U-man life possible, a doctrine, also, whichaffirms that every truth and every actionimply roth an environment and a humansubjectivity" (Ssrtre, 1960).Pendek kata kebebasan merupakandasar antropologi dalam humanisme Sar-hoe.Dalam soal kebebasan, ada dua halyang hendak dilakukan oleh Sartre, Per-tarna, Sa111'e hendak menghantam semuabentuk determinisme, Kedua, Sartre inginmenentang pandangan yang menyatakanbahwa mungkin tanpa disadari manusiatelah membangun suatu kondisi tertentuyang hams dipertanggungjawabkan, Sar-tre tidak setuju dengan pandangandemikian, sebab pada hakikatnyamanusia adalah bebas membuat apa sajabagi dirinya sendiri, Untuk sampaikepada hal tersebut SaL11'e mengemu-kakan beberapa tesis mendasar tentangkebebasan.Pertama, manusia mengalami dilerna:manusia sarna sekali bebas atau sama

    sekali tidak bebas; kemungkinan ketigatidak ada. Sartre dalam hal ini memihhalternatif pertama, yaitu bahwa manusiabebas sarna sekali. Kebebasan rnanusiabetul-betul bersifat absolut. Tidak ada ba-tas-batas bagi kebebasan. Kebebasan ti-dak dapat dibatasi oleh berbagai"prakonsepsi" yang sudah jadi dan haki-kat manusia yang tidak dapat berubah;selain batas-batas yang ditentukan olehkebebasan itu sendiri. Maka tidak adaTuhan, sebab keberadaannya dapatmembatasi kebebasan.Kedua, kebebasan merupakan halyang paling dasar bagi keberadaanmanusia. Tanpa kebebasan eksistensimeniadi "absurd", sebab tanpa kebebasanmanusia hanya menjadi esensi belaka,sebagaimana watak Being-in-itself yangbersifat massif. Ia hanya dapat dikatakanbahwa ia ada, lain tidak. Pandangan ke-bebasan Sartre yang radikal itu menjadidasar pandangan ateisnya. Dalam kaitandengan pandangan ateisnya diungkap-kan:'rf God did not exist, everythin$ wouldbe permitted"; and that, for existential-ism, is the starting point. EvcrytJllilg isindeed permitted if God does not exist,and man is in consequence forlorn, for hecannot find anythfJl$ to depend upon ei-ther within or outside himself. ..... For ifindeed existence precedes essence, onewill never be able to explain one's actionby reference to Il given lind specific hu-man nature" (Sartre, 1960).Lebih lanjut ungkapan itu ditegas-kan oleh Bertens dalam buku FilsafatBarat Abad XX Jilid II Perancis (1985)sebagai berikut:''SeandainyaAllah ada, tidak mung-kin saya bebss: Allah itu mahatahu yangsudsh mengetahui segala-galanya sebe-Ium saya melskuksn dan Allah pulalshyang sksn menentuksn hukum moral.Kalsu begitu, tidsk ada pc/uang lagi bagikrestivitas kcbcbssan. Allah sebagm AdaAbsolut tidak boleh tidak sksn memus-nahksn kebebasa.Jl manusia" (Bertens,1985).

    Ketiga, manusia dalam kebebasannyayang mutlak menemukan kenyataanyang tak terelakkan yang disebut"faktisitas" yang ikut mengkondisikankeberadaan manusia, Faktisitas ini terdiriJ UR N A l F t L~ flfA l J UL t 19 97 28

  • 5/14/2018 humanisme sartre

    5/8

    atas: tempat-ku berada, masa lampau-ku,lingkungan sekitar-ku, adanya sesamamanusia, dan kernatian-ku (Sartre,1956). Walaupun ikut mengkondisikaneksistensi, tetapi faktisitas fidak dapatmengurangi kemutlakan kebebasan. Fak-tisitas itu hanya mempengaruhipenghayatan manusia akan kebebasan-nya yang mutlak. Dalam menghadapifaktisitas in i setiap individu tergantungpada subjektivitas pribadi. Sekalipundemikian subjektivitas ini tidak bersifatsolipsistik (tertutup), melainkan bersifatterbuka.Kebebasan didasarkan atas kesadaran,bersifat intensional, dan bukan meru-pakan pergumulan antara kehendak danemosi. Kebebasan manusia itu oleh Sar-tre digambarkan dalam satu pernyataansebagaimana disampaikan Rollo May.'~... msnusispada mulanys hanyaJahsekedsr eds, menjumpai diriny terom-beng-ambing di dalam dunis - dan hamkemudien merumusksn dirinys sebagaisesuatu ..... Dis tidak aksn menjadi aps-epa ssmpsi kemudien dis menjadi se-sustu yang dis bentuk sendiri ....." (May,1958).Manusia dengan kebebasan senan-tiasa memilih dan menentukan sendiriperbuatan-perbuatannya tanpa paksaandati orang lain. Namun setiap mdividudalam mengaplikasikan kebebasan inidituntut suatu tanggung jawab, Dalamkerangka moral kebebasan, kesadarandan tan~ung jawab adalah tiga aspekyang saling berkaitan,

    Dasar-Dasar Kesadarandan TanggungJawabDalam pemikiran Satire ditegaskanbahwa kesadaran dan tanggu~ jawabmerupakan ciri manusia sebagai Being-for-itself. Dengan demikian Being-for-itself bersifat sarna luas (Co-e;.'fensive)dengan dunia kesadaran yang terbukayang cenderung ke luar did sendiri, Da-lam kesadarari ada subjek dan obiek,"Ada yang sadar" menjadi subjek, tetapidia juga menjadi objek. ladi seolah-olah

    di situ ada subjek yang berhadapan den-gan objek. Subjek adalah pengada yangsadar, sedangkan objek adalah pengadayang tak sadar, Implikasi lebih lanjut

    menurut Sartre dasar relasi antarsubjekadalah konflik.Sartre dalam pandangan tentang ke-sadaran sejalan dengan dasar ontologidan antropologinya. Sartre setuju denganfenomenologi, bahwa kesadaran selaluberarti ''k es rla rnn ~ (Consciousness-of), tetapi dalam kesadaran tercakup juga"objek-objek intensional". Kesadaran de-ngan demikian mengandungmakna duahal. Pertama, kesadaran akan diri(Consciousness of self) dan kesadaranakan sesuatu ~rsscfs::nUIlirW. Ke-sadaran akan diri tidak sama dengan pe-ngalaman dirinya, melainkan kehadiranpada dirinya secara non-tematis, Sedang-kan kesadaran akan sesuatu bersifatmutlak karena tidak ada dan tidak akanpernah ada kesadaran rnurni. kesadaranakan sesuatu adalah kesadaran tematis.Menurut Sartre, kesadaran selalucenderung menjadi sesuatu "ketiadaan"(Nothingness). Untuk menjadi sadar be-rarti menjadi sesuatu yang 'bukan dia danmenjadi "tiada". Oleh karena ituketiadaan selalu berada dalam kesadaran.Ketiadaan bukanlah sesuatu yang ab-strak, dan bukan pula berarti bahwaketiadaan adalah proses ke dunia lain(trens-wordiy); tetapi sebuah objek pen-gala man manusia. Ketiadaan adalah se-buah tindakan kesadaran, Bagi Sartre,ketiadaan sebagai sebuah tindakan ke-sadaran muncul dengan "menidak"(negation) (Bertens, 1985).Dalam kaitannya dengan kebebasan,kesadaran dapat dikatakan identik den-gan kebebasan. .Sebab, kesadaran yangselalu mengandung ketiadaan sama den-gan aktivitas kebebasan manusia sebagaimakhluk yang selalu membawaketiadaan.Tata hubungan kesadaran, kebebasandan tanggung jawab dapat dilihat darikonsep Sartre tentang kesadaran yangbersifat ateis. Dalam kebebasan mutlakyang bersifat ateis, kesadaran tidak me-ngakui adanya ketentuan atau"determinasi" otoritas nilai-nilai danmoral yang berasal dari luar dirimanusia termasuk ajaran moral dati Tu-han. Norma-norma dan nilai-nilaidiciptakan oleh kebebasan manusiasendiri.. Moral tidak memiliki dasar ke-cuali dalam kebebasan. Namun demikian

    J U RN P J . . F IL S "A F A T . J U U 1 9 9 7

  • 5/14/2018 humanisme sartre

    6/8

    manakala eksistensi atas dasar kebeba-sannya telah memilih alternatif yang adaia dituntut bertanggung jawab. Namuntanggung jawab im bersifat individual,personal.Pandangan Sartre tersebut mempu-nyai implikasi moral, yang mencer-minkan bahwa hidup manusia akanmenjadi hidup otentik apabila seseorangsecara personal benar-benar bebas;kepribadian sesuai dengan pribadi; tidaktergantung pada nilai-nilai dan norma-norma yang objektif. Dalam konteks ini,setiap manusia secara personal bebasmenyerap, memilih nilai-nilai yang dike-hendaki berdasarkan tingkat kesadaranmasing-masing individu akan kebebasandan tanggung jawab yang dimiliki. Se-baliknya, hidup manusia menjadi tidakotentik apabila kepribadian mengabaikanpersona, misalnya: seseorang sebagaipersona membiarkan diri diseret arus"massa" , ikut-ikutan atau membiarkankebebasannya dirampas. lmplikasi moralpemikiran Sartre tersebut memiliki im-plikasi positip dan negatip apabila dire-konstruksikan dalam kehidupan konkret.Pertanyaannya sekarang, bagaimanakahrelevansi pemikiran Sartre rtu denganPancasila?

    Relevansi Pemikiran Sartredengan PancasilaPemikiran Sartre di atas apabila di-komparasikan dengan pemikiran Pan-casila, maka dapat ditemukan aspek-as-pek yang bertentangan dan berkese-suaian. Aspek-aspek pemikiran Satireyang bertentangan dengan Pancasilaantara lain:Pertarna, pandangan ontologi Pan-casila jelas tidak menerima prinsip Sartreyang cenderung bersifat dualistik, karenaSartre membedakansecara tajam antaraBeing-in-itself dan Being-for-itself. Pan-casila tidak mengenal pemikiran yangdualistik yang se~L'a te$as membedakandua kenyataan yang sating terpisah. Pan-casila hanya menerima prinsip monodu-alisrne dan monopluratisme sebagairnanahal itu tercermin dalam pandangannyamengenai rnanusia,Kedua, pandangan Sartre tentangkonflik sebagai dasar hubungan atau ko-

    relasi antar subjek jelas tidak diterimaoleh Pancasila. Pancasila berpendapatbahwa hubungan antar rnanusia harusdidasarkan atas cinta-kasih untuk men-ciptakan suasana yang selaras, serasi, danseimbang, Untuk mencapai itu tidakmungkin didasarkan atas konflik yangseringkali menimbulkan disharmoni dandisonentasi. Hubungan antara sesamamenu rut Pancasila harus didasarkanpada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,persatuan, kerakyatan, dan keadilan.Tujuannya ialah untuk menciptakansuasana masyarakat yang tentram,darnai, dan sejahtera lahir maupun batin.Ketiga, dalam soal kebebasan, Sartresangat mendambakan kebebasan yangmutlak walaupun di dalamnya dikenatjuga dimensi tanggung jawab, tetapitanggung jawab itu hanya terbatas atasapa yang telah ia pilih secara pribadi,individual. Pancasila jelas menolak kebe-basan yang mutlak. Aspek kebebasanmemang diakui oleh Pancasila, tetapiPancasila merniliki terminologi konsep"kebebasan yang bertanggung iawab".Tanggung iawab bukan hanya'melulukepada dirinya sendiri, tetapi tanggungjawab dengan sesama manusia, tanggungjawab dengan alarn semesta, lebih-lebihtanggungjawab kepada Tuhan,Keempat, akhirnya hal yang sangatfundamental atau bahkan dapat di-katakan hal yang paling prinsipal adalahateisme Sartre. Apapun bentuk dan ala-sannya, ateisme Satire jelas tidak dapatditerirna o1eh Pancasila. Sebab, Pancasilamengakui paham monoteis. Bahkankalau dilihat dati susunan sila-sila dalarnPancasila, bahwa kedudukkan sila K.etu-hanan pada sila pertama itu bukan tanpamaksud dan makna. Baik langsung mau-pun tidak langsung manusia Indonesiamengakui Tuhan sebagai awal dan tu-juan realitas. Tuhan adalah sumber se-gala realitas, baik dalam arti lahiriahmaupun batiniah, ltulah sebabnya daIamrumus yang hirarkhis-piramidal ptinsipKetuhanan adalah mendasari dan menii-wai sila-sila berikutnya. Oleh karena itumembuang prinsip Ketuhanan sebagai-mana hal itu diinginkan oleh Sartre jelastidak mungkin.Sedangkan aspek positip pemikiranhumanisme eksistensialis Sartre yang

    JU ~N AL A L )I AT . JU U 1 99 7 30

  • 5/14/2018 humanisme sartre

    7/8

    berkesesuaian dengan Pancasila adalahsebagai berikut. Pemikiran Sartre tentangkebebasan, mendorong manusia dapatmenjadi lebih aktif, membangkitkandaya kreatif, progresif; sikap optimis danpantang-menyerah dalam menghadapiberbagai tantangan. Implikasinya terbukapelua~ kepada senap individu ataupribadi-pribadi untuk mengembangkandirinya".Pandangan Sartre tentang tanggungjawab dapat menumbuhkan sifat kehati-hatian atau kewaspadaan, kematangandan kedewasaan pribadi bagi setiap iridi-vidu manusia dalam melakukan tinda-kan, dan merupakan peringatan kepadasemua manusia agar selalu siapmenghadapi kenyataan duma". Peringat-an in i "membangkitkan kesadaranmanusia", bahwa dinnya berada-dalam-kebebasan bersama-sama dengan yanglainnya. Pemikiran Sartre ini membenpenekanan pada pelaksanaan keija se-cara konkret, karena eksistensi manusiaditentukan oleh perbuatannya, sebabrnanusia tiada lain adalah kumpulan-kumpulan perbuatan.Ajaran moral Satire secara irnplisitmemperlihatkan gambaran bahwamanusia tidak sekedar "ada-bagi-dirinyasendiri", melainkan juga "ada-bagi-yanglain". Dalam dimensi ini terlihat letaknilai sosialitas kemanusiaan yang dapatditerima dan dikembangkan dalampemikiran Pancasila. Secara eksplisit da-pat dikatakan bahwa Sartre mengajarkantoleransi dan pentingnya relasi denganyang lain. Pandangan ini juga sesuaidengan ajaran Pancasila.Pemikiran Sartre tentang eksistensidan kebebasan, secara implisit mengajar-kan manusia memandang masa depandengan optimis. Masa depan merupakanproyek untuk mengaktualisasikan eksis-tensi kemanusiaan. Pemikiran ini dapatmerangsa~, menggugah keberanian,membangkitkan semangat dan optimismeuntuk menuju kehidupan yang lebihbaik.

    PenutupPaparan tentang kesadaran dan tang-gung iawab pribadi dalam humanismeSatire'di atas, meskipun terdapat kele-mahan-kelemahan dalam aplikasinya

    namun secara prinsipial memberi pene- .gasan sebagai berikut.Kesadaran dan tanggung [awabpribadi merupakan persoalan' yangpenting dalam hidup manusia. Hal iniberhubungan dengan usaha mewujudkanhidup manusia menjadi otentik atauhidup sejati, Sebab kesadaran dan tang-gungjawab pribadi berhubungan dengansikap dan tindakan manusia dalammengisi ruang kebebasan yang dimiliki.Sikap dan tindakan yang diambil olehsetiap rnanusia tidak berdiri di ruangkosong, melainkan harus dipertang-gungjawabkan terhadap nilai-nilai ke-manusiaan yang sebenarnya, terhadaptugas yang menjadi kewajiban danharapan orang lam.Kesadaran dan tanggungjawab meru-pakan cit; manusia. Kesadaran dimilikioleh setiap manusia dalam hatinya. Se-hingga kesadaran pada umumnyaberkaitan denga moral, selanjutnya lazimdisebut kesadaran moral. Kesadaranmoral sering juga disebut suara batin;menjadi pengandaian utama dari tinda-lean m oral manusia. Sejalan dengan itu,setiap manusia -befhak dan juga wajibuntuk hidup sesuai dengan apa yang diasadari sebagai kewajiban dan tanggungjawab, Secara moral dia (manusia) yanghams memutuskan sendiri apa yangakan dilakukan. Setiap manusia tidakdapat melemparkan tanggung jawabpada orans: lain. Setiap manusia tidakboleh begitu saja mengikuti pendapatpara panutan, dan tidak boleh secarabuta rnenaati tuntutan sebuah ideologi,melainkan secara mandiri setiap manusiahams rnencari kejelasan tentang kewa-jiban dan tanggungjawabnya.Manusia yang bertanggung jawabialah manusia yang dapat mengatakankepada diri sendiri bahwa tindakannyaitu baik. Orang yang bertanggung jawabsemakin .kuat dan bebas serta semakinmeluas -wawasannya. Orang yang ber-tanggung jawab adalah orang yang me-nguasai diri, yang tidak ditaklukkan olehperasaan-perasaan dan ernosinya-emosi-nya, yang sanggup menuju tujuan yangdisadarinya meskipun hal itu berat, Se-baliknya, orang yang tak mau bertang-gunz jawab meniadi semakin lernah, se-makin tidak behas untuk menemukan

    J U R N A L f lL W \ F A T . J U U 1 9 9 7 3 1

  • 5/14/2018 humanisme sartre

    8/8

    diri sendiri, dan wawasannya se~kinmenyempit sebab semuanya hanya dthhatdati kepentingan dan perasaan sendiri.Orang yang ta lc mau bertanggung jawab,membiarkan diri ditentukan olehperasaannya, emosinya, sentimennya, ke-malasannya, perasaan takut, dan doro-ngan-dol'ongan irasional yang tidakdtkuasainya.Kebebasan, kesadaran dan tanggungjawab merupakan tiga aspek yang erathubungannya dalam tindakan moral


Top Related